Nine

675 34 2
                                    

Ga ada niatan buat kasih vote gitu?

Bekasi 07:30

Satu persatu orang turun dari pesawat dengan membawa senjata lengkap.

Devanda menyibak rambutnya yang sudah tidak tertutupi baret lalu Membenarkan posisi sniper miliknya.

"Bekasi pukul 07:30 pagi hari, disini 15 orang sudah berkumpul untuk melakukan operasi penangkapan teroris.

Di sini markas rahasia yang disediakan oleh Mapolres Bekasi kita akan mulai tugas operasi ini pada pukul 08:00. Ingat, ini bukan sekedar latihan tapi ini tugas operasi. Saya harap kalian semua melakukan tugas operasi ini dengan profesional. Jelas?"
"Siap! Jelas!"

Devanda berjalan ke arah kursi lalu mendudukkan dirinya di kursi berwarna hitam itu.

Devanda menghela nafas panjang lalu menaruh sniper miliknya di sampingnya.

"Penembak jitu D diharap untuk memasuki ruang koordinasi. Terimakasih."

Hingga akhirnya suara walkie talkie yang berada di pundak devanda membuyarkan lamunannya. Dengan segera, devanda langsung masuk ke ruang koordinasi.

"Sekarang sudah pukul 08:00, waktu dimana kita akan menjalani tugas operasi penangkapan teroris.

Disini kita akan bertugas selama 1 Minggu.

Untuk sekarang, kita akan melakukan pengawasan dan pengintaian terhadap teroris yang tinggal di sebuah permukiman warga.

Tim satu dan dua akan berpencar. Sementara penembak jitu akan ambil posisi di gedung dan mengamati pergerakan kita, jika aman penembak jitu akan diperbolehkan untuk ikut bersama tim satu. Jelas? Berangkat!"

"Siap! Jelas!"

Satu persatu orang yang berada di ruangan itu keluar dengan membawa senjata lengkap dengan baret berwarna hitam.

"Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai!"

"Berdoa selesai!"

Satu persatu orang masuk ke dalam mobil yang disediakan disana.

Hingga akhirnya tak ada satupun mobil yang tersisa disana.

"Penembak jitu D sudah berada di posisi." Devanda mulai mengambil posisinya. Sedangkan Toni berada di belakang devanda untuk mengamati keadaan sekitar mereka dan juga tim satu dan tim dua.

Devanda terus menyipitkan matanya guna melihat apa yang dilakukan oleh tim satu dan tim dua.

6 hari kemudian...

Terhitung sudah 6 hari devanda menjalani tugas operasi ini dan mereka terus melakukan pengintaian terhadap teroris ini.

Hari ini adalah hari terakhir devanda menjalankan tugas operasi ini. Setelahnya devanda akan pulang.

Kali ini mereka akan melakukan operasi pada dini hari, yakni pada pukul 04:30.

"Mari kita lakukan tugas operasi penangkapan teroris ini dengan sungguh-sungguh, tugas penangkapan ini dilakukan pada pukul 04:30 dini hari.

Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Dimulai!"

"Berdoa selesai!"

Satu persatu orang masuk ke dalam mobil yang disediakan oleh Mapolres Bekasi.

Hingga tak ada satupun mobil yang tersisa disana.

Seperti biasa, devanda selalu berada di atas gedung untuk mengintai pergerakan tim satu dan tim dua.

"Tim dua, izin melapor. Di gudang tempat tinggal diduga sebagai teroris ada 9 orang Sandra." Devanda langsung terdiam begitu mendengar suara walkie talkie yang mengatakan bahwa ada 9 Sandra di gudang tempat tinggal teroris yang mereka incar.

Devanda langsung teringat dengan Maria dan devano.

Ia langsung menggeleng kan kepalanya lalu kembali fokus pada pergerakan tim satu dan tim dua.

Hingga akhirnya devanda mendapati satu orang yang membawa sebuah pistol mengendap-endap di belakang tim satu.

Dor!

Satu tembakan berhasil devanda lepas dan mengenai kepala bagian belakang orang tersebut.

Devanda menghela nafas panjang lalu memijat pelipisnya teratur.

Dia kembali memperhatikan pergerakan dari tim dua.

Hingga akhirnya devanda melihat penembak jitu dari musuh yang berada di gedung yang tak jauh dari gedung tempat devanda dan Toni mengambil posisi.

Dor!

Satu tembakan kembali devanda lepaskan dan tepat mengenai kepala bagian depan penembak jitu tersebut.
Karena merasa sudah aman, devanda membereskan peralatan tembak miliknya lalu turun untuk ikut dengan tim satu.

Devanda langsung mengambil posisi paling depan begitu dia sampai di gerombolan tim satu itu.

Betapa terkejutnya devanda saat melihat Sandra yang teman devanda sebutkan tadi.

"Mama... papa..."

"Saya akan coba untuk bebaskan Sandra itu." Ucap devanda pada restu.

"Resikonya cukup bahaya dev, musuh terlalu banyak." Devanda menggelengkan kepalanya lalu menunjuk ke arah Maria dan devano.

"Ada liat orang itu? Itu orang tua saya, saya berhak untuk menyelamatkan kedua orang tua saya. Saya menghormati anda bukan berarti saya takut dengan anda, saya menghormati anda sebagai atasan bukan sebagai orang yang sudah rela berkorban demi saya. Kalau anda berada di posisi saya, apa yang anda lakukan? Diam saja? Ngga kan?

Saya di besarkan dari keluarga militer, saya lebih tau apa yang harus saya lakukan. Kalau orang tua ada di posisi ini, apa yang akan anda lakukan? Menyuruh orang lain untuk menyelamatkan? Itu ide yang bodoh." Ucap devanda lalu mengambil senjata miliknya dan mulai masuk ke ruangan tempat Maria dan devano di sekap.

Dor!
Dor!
Dor!
Dor!

Setelah masuk, devanda langsung menembak 4 orang yang berada di samping devano dan Maria.

Dengan gerakan cepat, devanda langsung mengambil pisau di saku celana dinas miliknya lalu membuka ikatan tali pada tangan dan kaki devano dan juga Maria.

"Devanda....."

Selesai membuka tali pada tangan dan kaki devano, maria dan pengawal dari devano, devanda langsung mengarahkan mereka untuk keluar dari gedung tersebut.

"Bawa orang tua saya terlebih dahulu, saya akan menyusul nanti." Ucap devanda lalu kembali masuk ke dalam gudang itu.

Setelah mencari kesana dan kemari, devanda menemukan terduga teroris yang tengah tertidur pulas di meja.

Dengan cepat, devanda mengambil borgol yang ada pada saku celananya dan memakaikannya pada tangan teroris yang tengah tertidur pulas itu.

Setelah memborgol tangan teroris itu, devanda membopong tubuh teroris itu untuk keluar.

"Dia kan teroris nya? Bawa dia." ucap devanda sembari memberikan teroris itu pada restu.

Dor!

"BRIPKA DEVANDA!!"




Kalian kangen aku ga? Ih gamau gasuka, gelay.

Let Me Love YouWhere stories live. Discover now