Fifteen (Now, say goodbye to first lieutenant jati)

565 23 4
                                    

Mon maap nih ye ku update lagi, soalnya ada yang komen 'dia ke pelabuhan tapi kok naik pesawat' malu woy, ku ganti dulu lah yak


"I'll take you.."



Jati menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. Tangannya bergerak untuk mengelus pipi kanan devanda dengan lembut.

Devanda berjalan ke arah kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian untuk berpergian.

Selesai mengganti baju, devanda turun dan menemukan jati tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Ayo."

Jati yang mendengar ada seseorang yang berbicara langsung berdiri dan menggenggam tangan devanda.

"Eh tunggu, mama sama papa gimana?" Tanya devanda pada jati yang hendak berjalan.

"Mereka masih ada urusan mendadak katanya." Jawab jati.

Devanda hanya mengangguk lalu kembali berjalan.

Sesampainya di pelabuhan untuk mengantar jati ke Kalimantan, jati dan devanda turun dari mobil lalu berjalan ke arah kerumunan orang.

Jati berjalan ke arah kerumunan orang berseragam loreng dan meninggalkan devanda.

Sementara devanda dia diam menunggu jati di kerumunan ibu-ibu yang menggunakan seragam Persit Kartika Chandra Kirana.

Devanda yang melihat jati mendekat langsung menghampirinya.

Devanda berlari kecil ke arah jati lalu memeluk jati dengan erat. Sangat erat. Seolah devanda tak ingin jati pergi meninggalkannya.

Jati yang mendapat pelukan yang erat dari devanda membalasnya pelukan devanda yang tak kalah erat.

Selama 2 menit mereka berpelukan, mereka melepas pelukannya.

Saat melepas pelukan, jati melihat mata devanda berkaca-kaca.

"Jaga kesehatan ya disana." Ucap devanda sembari menahan tangisnya. Dia bahkan masih sempat-sempatnya untuk melemparkan senyuman pada jati. Senyuman yang tampak sangat menyedihkan. Sangat menyedihkan.

"Kamu juga ya, aku titip mama sama papa." Devanda menganggukkan kepalanya. Tanpa sadar, air matanya lolos begitu saja tanpa izin dari devanda. Dia terus melemparkan senyuman pada jati yang terus menatap dirinya.

Tangan jati bergerak untuk menghapus air mata devanda yang berada di pipi kanannya.

Jati melihat devanda semakin menangis saat dia menghapus air matanya menggunakan tangan kirinya.

Mengingat jika jati akan meninggalkannya selama 2 bulan dan itu bukan waktu yang sebentar. Bilang saja devanda alay atau semacamnya, tapi mengingat keduanya baru saja menjalin hubungan itu membuat devanda sangat tidak terima dengan kepergian jati.

Devanda menghapus air matanya lalu tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya. Dia masih sedikit terisak tapi dia mencoba untuk kuat di hadapan jati.

Dia mengambil tangan jati lalu menciumnya.

Tangannya bergerak untuk membenahi baret merah jati. Saat membenahi baret merah jati, dia melihat lambang Tribuana Chandraca Satya Dharma itu di baret jati. Devanda seperti pernah melihat baret itu. Dia terus mencoba untuk mengingat dimana dia melihat lambang Tribuana Chandraca Satya Dharma itu. Devanda terus mencoba mengingat dimana ia melihat baret merah dengan lambang Tribuana Chandraca Satya Dharma itu.

Tak sadar, devanda kembali meneteskan air matanya saat dia mengingat dimana dia melihat lambang Tribuana Chandraca Satya Dharma.

(Mohon maaf kalo salah yaa)

Jati yang melihat devanda kembali meneteskan air matanya hanya bisa terdiam. Dia mengambil tangan devanda dan menggenggamnya, dia juga sesekali mencium punggung tangan devanda agar dapat menenangkan hati serta pikiran devanda.

"Kak reino.... Kak bima.... Kak ardi...."

Jati mendengar jelas nama yang devanda sebutkan tadi yang jati tidak ketahui siapa pemilik nama yang devanda sebutkan. Dia mencoba untuk berpikir positif bahwa nama yang devanda sebutkan tadi adalah nama dari kakak lelakinya. Jika dia bertanya sekarang itu pasti akan membuat hati serta pikiran devanda menjadi lebih buruk.

Devanda mengingat dimana dia melepas ketiga kakaknya untuk meninggalkannya selama 1 tahun. Dia merelakan ketiga kakaknya untuk pergi selama 1 tahun dan bahkan dia juga merelakan salah satu dari mereka untuk pergi selama-lamanya. Merelakan seseorang yang kita cintai itu sangat berat, butuh perjuangan untuk merelakan seseorang yang kita cintai untuk pergi selama-lamanya, devanda bahkan membutuhkan 3 bulan untuk mengiklaskan kepergian sang kakak.

Devanda yang saat itu masih berada di Mapolres mendapatkan kabar kematian dari sang kakak langsung pergi dari Mapolres dan pergi ke bandara.

Devanda melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri bahwa ada dua orang yang menggunakan seragam loreng dengan baret merah sambil membawa peti mati. Dia bahkan terus mencari keberadaan kakak ke duanya tapi dia tidak menemukan seseorang yang dia cari.

Dia berlari ke arah kerumunan orang yang membawa peti mati untuk mencari kakak ke duanya tanpa menghiraukan teriakan maria.

Dia mengingat bagaimana sang kakaknya mengatakan bahwa dia akan pulang dengan keadaan baik-baik saja, tapi yang kita terima hanya peti mati, dog tag, baret merah, serta barang-barang yang orang yang kita sayangi yang kita terima. Menunggu selama 1 tahun saja rasanya sudah sangat menyiksa, apalagi merelakan seseorang yang kita cintai untuk pergi selama-lamanya. Rasanya jika devanda mengingat itu hatinya terasa di sayat sayat oleh beribu-ribu pisau.

Semua kejadian itu berputar di kepala devanda bak skenario film. Mulai dari dia berjuang hingga masuk Bintara polri sampai dia melihat peti mati yang ia terima. Sungguh itu adalah mimpi buruk bagi semua adik termasuk devanda. Merelakan seseorang untuk pergi selama 1 tahun saja sudah sangat menyiksa apalagi jika kita hanya menerima peti mati dan kalung salib yang masih berlumuran darah yang dimana kalung itu adalah kalung yang devanda belikan untuk sang kakak sebelum berangkat.

Jati tersenyum lalu mengusap lembut Surai pendek devanda.

"Aku berangkat ya.." ucap jati berpamitan pada devanda.

Devanda mengangguk dan tersenyum. "Jaga diri disana.. kalo sampe sana jangan lupa chat aku kalo ada waktu." Devanda mengusap bahu jati dengan lembut. Ada rasa takut sekaligus khawatir karena jati akan meninggalkannya selama 2 bulan. Takut kehilangan jati. Khawatir dengan keselamatan dan kesehatan jati saat berada di Kalimantan.

Jati mengangguk dan mencium dahi devanda.

Setelah itu jati mulai berjalan meninggalkan devanda yang masih terisak.

Dia menengok ke belakang dan melihat devanda tengah menatapnya sembari melambaikan tangannya. Dan ia pun membalas lambaian tangan devanda.

Tak terasa satu persatu kapal telah pergi meninggalkan keluarga mereka masing-masing. Tangisan devanda mengiri kepergian sang kekasih.

"Aku menunggumu kembali ke pelukan ku lagi sayang....."

Nah ini baru betul, makasih ya yang udah komen. Author nya emang agak  bodoh😊

Let Me Love YouWhere stories live. Discover now