Prolog

15.2K 1.1K 64
                                    

Halooo bertemu lagi dengan aku di Cerita Eveline, spin off dari kisah Bella-Arthur:v

Apa kabar?

Alhamdulillah banget, aku bisa lanjut kisah ini. Semoga kalian suka yaa:v xixixi

Sebelum itu, aku mau kasih penjelasan sedikit dulu. Jadi, Cerita ini bergenre Romance ya, dan cerita ini mengikuti alur dari Arabella Transmigration versi Wattpad. Yang Rindu sama Arjuna, bisa ketemu di cerita ini.

Buat pembaca baru, aku saranin baca Arabella Transmigration dulu, biar bisa kenal sama Eveline, William dan Li. Kalau pembaca Bella-Arthur pasti udah kenal banget sama tiga orang ini kan?

Oke, sekarang aku Publis prolognya dulu. Jangan lupa masukan di reading list/ library kalian yaaa<3

-The Choice-

Di landa kebingungan membuat Eveline sedikit frustasi. Hatinya telah menetap pada William, musuh dari Kerajaannya. Namun, Eveline merasa ragu, sangat ragu. Apa William merasakan apa yang ia rasakan juga?

Katakan lah kalau Eveline terbawa perasaan. Ya, setiap pertemuannya dengan William membuat getaran aneh dalam diri Eveline. Bahkan, Eveline yang pernah menyukai Nicholas-Pangeran dari Zayaland, tidak pernah merasakan rasa seperti ini.

Kehadiran William seperti merubah Eveline. Membuat Eveline tanpa sadar telah melupakan Nicholas.

Namun sebuah tamparan keras menghantam Eveline. William. pria itu adalah musuh dari Kerajaannya. Dan juga orang yang di benci oleh Kakaknya-Arthur, karena berniat merebut Kakak iparnya-Arabella.

Lantas bagaimana Eveline harus bertindak? Apakah Eveline harus mempertahankan cintanya pada William yang entah mencintainya juga atau tidak, Atau melupakan William dan mulai menerima Li-Raja Vaskal yang terbilang sangat mencintainya?

"Salam Putri."

Eveline terlonjak kaget dengan seruan itu. Gadis itu mengusap dadanya dan menatap ke arah orang yang menyapanya tadi.

"Paman Woll," ujar Eveline dan kemudian tersenyum.

Pria paruh baya itu ikut tersenyum. "Bolehkah saya berbicaralah dengan anda sebentar saja, Putri? Sebelum saya pergi," ujar Woll.

Eveline tersentak menanggapi. "Tentu Paman."

Eveline menuntun Paman Woll untuk duduk di sebuah kursi yang berada di depan kamarnya.

"Apa yang ingin Paman bicarakan?" tanya Eveline setelah hening beberapa saat.

Woll menghela napas dan menatap Eveline dengan senyuman tipis, walaupun tertutup oleh janggut panjangnya.

"Saya hanya ingin berterima kasih pada Putri," ujar Woll membuat kerutan tampak di dahi Eveline.

"Untuk apa Paman?" tanya Eveline heran.

Lagi-lagi Woll tersenyum. "Selama ini, penglihatan yang saya dapatkan, selalu terjadi. Termasuk, kematian putri saya Amela," ujar Woll yang terlihat sedih saat mengingat nasib putrinya yang berakhir tragis karena kesalahannya sendiri.

Eveline hanya diam, menunggu Woll melanjutkan ucapannya.

"Tapi, baru kali ini, sebuah penglihatan menyeramkan yang saya dapatkan, tidak terjadi. Dan itu karena kehadiranmu, Putri," lanjut Woll.

"Maaf Paman, aku tidak mengerti dengan maksud Paman," ujar Eveline.

"Kerajaan Torix. Apa kau mengetahui latar belakang permusuhan Torix dan Estemoral?" tanya Woll membuat Eveline terdiam.

Tentu, Eveline mengetahui latar belakang permusuhan Torix dan Estemoral. Karena seorang wanita yang merupakan neneknya.

"Aku mengetahuinya Paman," cicit Eveline seraya menundukkan kepalanya. Eveline kembali tertampar kenyataan, jika cintanya pada William salah. William adalah musuhnya, dan Eveline tidak bisa mencintainya karena sama saja Eveline menghianati Kerajaannya.

Woll kembali menghela napas panjang. "Saat itu, saya mendapati penglihatan mengerikan, yaitu sebuah perang besar antara Torix dan Estemoral. Perang yang sama dengan perang yang terjadi ratusan tahun lalu." Woll memejamkan matanya sebentar, sebelum menatap teduh pada Eveline yang diam mencerna penjelasannya.

"Tapi, perang itu tidak terjadi. Kau tahu Putri, semua itu berkat dirimu. Kalau saja kau tidak berinteraksi dengan Raja Torix, mungkin ... Ah, mungkin kejadian mengerikan itu sudah terjadi. Saya tahu, jika kau selalu bertemu dengan Raja Torix, maafkan saya karena selalu memantau anda Putri."

"William, dia mencintai Ratu Arabella dan berniat merebutnya dari Raja Arthur. Tapi sekarang, saya tidak tahu mengenai isi hati William. Apa ia masih mencintai Ratu Arabella atau telah sudah berpindah pada anda," lanjut Woll.

Eveline tersentak mendengar ucapan Paman Woll saat mengatakan jika William telah berpindah haluan padanya. Berdehem sejenak, Eveline balik menatap paman Woll dan tersenyum kikuk. "M-maksud Paman?"

Sekali lagi, Woll tersenyum. "Saya tahu jika kau mempunyai perasaan lebih pada William. Tapi Putri, kau harus memutuskan pilihanmu. Memilih Raja William yang entah mulai mencintaimu atau memilih Raja Li, yang terang-terangan mencintaimu," ujar Woll yang kemudian berdiri.

Woll mengusap pelan surai cokelat keemasan milik Eveline yang masih duduk. "Jaga dirimu, Putri. Saya harap, kau bisa memilih yang tepat. Saya permisi." Woll beranjak pergi meninggalkan Eveline yang terdiam seribu bahasa.

Memilih. Siapa yang harus Eveline pilih?

Apakah William? Jika Eveline bertanya pada hatinya, maka ia akan dengan lantang meneriakkan jika ia memilih William. Namun, William adalah musuhnya, dan juga pria yang mencintai Kakak iparnya.

Atau, haruskah Eveline melupakan William dan menerima kehadiran orang baru.

Li? Raja bar-bar yang terang-terangan mencintainya. Apa Eveline harus membuka hatinya pada Li? Tapi Eveline merasa tidak bisa, hatinya sudah berlabuh pada William.

Apa yang harus Eveline lakukan?

----

M

aafkan aku, jika prolognya gaje. Sebenarnya aku belum mau Publis ceritanya, t-tapi tiba-tiba rindu sama William dan Li, jadi ya udah:v hehehe

Oke jangan lupa Follow akun Wattpad aku dan juga Ig aku, ya biar dapat informasi mengenai cerita ini^^

Oke jangan lupa Follow akun Wattpad aku dan juga Ig aku, ya biar dapat informasi mengenai cerita ini^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











07-05-2021

Tertanda:
Starla⭐

PRINCESS EVELINE: The Choice [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang