Part Dua

5.7K 939 118
                                    

Hallo apa kabar?

Masih bertahan di lapak ini? Semoga masih ada yang baca:)

Jangan lupa Vote dan komen<3

————

Eveline tersentak kala Kakaknya---Arthur melempar sebuah jubah di wajahnya. Saat ini, Eveline sedang ada di ruang kerja Arthur, karena Kakaknya memanggil.

"Jelaskan," titah Arthur sembari bersedekap dada dan bersandar di meja.

Eveline menatap jubah itu sekilas, sebelum matanya membulat saat mengetahui ini jubah William. Apakah Kakaknya marah karena jubah ini?

"K-kak, i-ini ... A-aku ... A-aku." Eveline tergagap. Gadis itu tidak tahu harus menjawab apa. Tubuhnya mulai gemetar saat tidak sengaja netranya melihat Arthur yang tampak murka. Jelas Arthur marah, karena Eveline berhubungan dengan Kerajaan musuh.

"Itu milik Raja Torix 'kan? Sekarang jelaskan, bagiamana bisa ada padamu. Apa kau bertemu dengannya?" sela Arthur.

Eveline menunduk. Tangannya meremas kain jubah itu hingga kusut. Bibirnya keluh dan tidak sanggup bersuara.

"Apa kau tuli? Aku menyuruhmu untuk menjawab bukan diam seperti orang bisu!" Arthur berujar kasar.

Eveline memejamkan matanya sejenak sebelum membuka kembali dan menatap Arthur. "Ma-maaf Kak ...," cicit Eveline. Sungguh Eveline sangat takut sekarang, aura Kakaknya sungguh kuat.

"Aku tidak butuh kata maafmu. Sekarang jujur, berapa kali kau bertemu dengannya dan apa saja yang terjadi pada kalian?"

Jujur saja, ini pertama kalinya Arthur berkata keras penuh intimidasi seperti ini pada Eveline. Mengingat jika adiknya berhubungan dengan musuh kerajaan sekaligus orang yang Arthur benci, membuat darah Arthur mendidih.

"A-anu K-kak ...." Eveline gemetar dan tidak bisa menjawab. Gadis berusia dua puluh tahun itu hanya bisa menunduk.

"Jawab Eveline!"

Eveline kian gemetar. Gadis itu tidak menyangka jika Kakaknya akan mengetahui mengenai William. Eveline merutuki dirinya karena tidak menyembunyikan jubah ini dan malah menggantungnya. Ya menggantungnya di sudut kamar selama tiga tahun ini. Entah apa yang di pikirkan Eveline.

"A-anu K-kak, i-ini ...." Eveline menunduk dan tambah meremas kain jubah itu hingga semakin kusut.

"Mengapa kau jadi gagap seperti itu, hah! Sekarang jawab Eveline! Sudah sejauh apa hubungan mu dengan Raja sialan itu! Apa kau mau jadi penghianat huh? Apa kau lupa siapa pria itu? Dia adalah musuh Kerajaan kita dan juga pria tidak waras yang menyukai Istriku!" Napas Arthur memburu.

Eveline belum berkutik.

"Evel—"

"Ada apa ini? Hei mengapa kau membentak calon Ratu-ku," sela Li yang tiba-tiba muncul.

Arthur mendengus dan menatap Li tajam. "Ini bukan urusanmu Li!" tekan Arthur.

"Ohoho, jika kau berurusan dengan Eveline, maka itu akan menjadi urusanku juga," ujar Li seraya menggandeng bahu Eveline.

Eveline hanya melihat sekilas ke arah Li, sebelum menunduk kembali.

Arthur mengepalkan tangannya. "Sial!" umpat Arthur dan berlalu keluar begitu saja dari dalam ruangan.

PRINCESS EVELINE: The Choice [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang