Part Delapan

4K 815 566
                                    

Huaaa, tadi sibuk rapat OSIS, sampe lupa sama cerita Eveline. Untungnya langsung cek WP dan liat target udah tembus:v gercep langsung nulis:v xixixi

Semoga suka ya<3
Selamat membaca guys👀

Jangan lupa Vote dan komen(Tanda kalau kalian menghargai karya Star:)

Kalau ada typo komen aja biar Star perbaiki 🌝

-------

Eveline merebahkan tubuhnya di ranjang dengan senyum yang terus mengembang. Gadis itu tak bisa menutupi rasa bahagianya. Bahkan para dayang yang menatapnya aneh, tidak Eveline hiraukan.

"Putri, apa anda baik-baik saja?" Dayang Eveline bertanya sopan. Keningnya sedikit berkerut, karena setelah pulang dari hutan, tuan putrinya tak berhenti tersenyum.

Eveline menoleh dan menggeleng kecil. Gadis itu merubah posisinya jadi tengkurap dan menyembunyikan wajah cantiknya di kasur. "Ah, aku sungguh bahagia. Setelah lama di gantung, akhirnya aku bisa menjadi kekasihnya," pekik Eveline, suaranya tenggelam di dasar kasur empuknya.

Sang dayang hanya bisa melihat Eveline dengan kening yang masih berkerut. Sedikit penasaran, apa yang bisa membuat tuan putrinya sebahagia ini.

"Putri, apa anda membutuhkan sesuatu? Hamba akan mengambilkannya," ujar sang dayang.

Eveline mengangkat kepalanya. Memasang mimik wajah tengah berpikir, sebelum menjawab ucapan sang dayang. "Lukisan. Tolong ambilkan lukisan milikku," pinta Eveline. Ia merubah posisinya jadi duduk di pinggir ranjang.

Sang dayang menurut, dan langsung bergegas mengambil lukisan yang di maksud. Lukisan itu sudah terpajang di dinding kamar Eveline. Tepat berada di sebelah jendela.

"Ini, Putri."  Dayang itu memberi lukisannya pada Eveline.

Eveline menerimanya dan kembali tersenyum. "Keluarlah dan jangan lupa tutup pintunya. Aku ingin sendiri dulu," ujar Eveline tanpa menoleh pada sang dayang.

Sang dayang menurut. "Baik Putri. Hamba pamit undur diri." Dayang wanita itu, menarik diri untuk keluar, namun suara Eveline kembali menghentikan langkahnya.

"Ah, tunggu sebentar. apa saat aku pergi, ada yang menanyaiku? Emhh ... Atau mungkin masuk ke kamar ini?" tanya Eveline, menatap penuh pada sang dayang.

"Yang Mulia Raja tadi menanyaimu, Putri," jawab sang dayang. "Dan hamba menjawab, seperti yang anda perintahkan," lanjutnya menunduk takut. Jelas, karena ia telah berbohong pada Rajanya.

Eveline mengangguk paham. "Apa hanya Kakak yang menanyaiku?"

Dayang itu menggeleng pelan. "Yang Mulia Raja Vaskal tadi datang berkunjung. Ia ingin menemui anda, dan bahkan hampir masuk ke dalam sini, Putri. Namun, hanya berhenti di depan pintu, setelah itu Raja Vaskal bergegas pergi," jelas sang dayang.

Kening Eveline berkerut. Apa Li pergi begitu saja, karena sadar jika Eveline tak ada di dalam kamar?

Larut dalam pemikirannya, seketika Eveline tersentak dengan satu hal yang melintas di benaknya.

Apa Li tahu mengenai hubungan Eveline dan William?

Bagaimana perasaan pria itu?

Bukannya apa, hanya saja Eveline merasa bersalah. Selama ini, Li selalu datang dan mungkin menaruh harap besar padanya, untuk bisa menjadi bagian dari dirinya. Dalam artian, menjadi pendamping hidup dan juga Kerajaannya.

Lantas bagaimana keadaan pria humoris itu, jika tahu Eveline sudah menjalin hubungan dengan William? Jujur saja, Eveline takut Li menjauh darinya, dan mungkin akan membencinya.

PRINCESS EVELINE: The Choice [Tamat]Where stories live. Discover now