f e b r u a r i (03)

474 265 161
                                    

"Sikapmu membuatku bingung, ya? Bingung harus berjuang atau cukup sekian."

-Cea Asell Amartya




Katanya, jatuh cinta itu anugerah paling indah yang dirasakan oleh dua insan. Tetapi, bagaimana dengan cinta yang hanya dirasakan oleh salah satu diantaranya?

Bahkan, cinta ini bukan sekadar dua insan belaka. Entah itu cinta segi empat, segi lima, dan segi enam sekalipun. Rumit, itulah yang dirasakan Zora.

Perihal mencintai dalam diam, sama saja menyakiti diri sendiri. Menyakitkan, tetapi candu. Berulang kali Zora harus merasakan seperti itu. Berbondong-bondong kekecewaan, selalu ia saksikan di depan mata. Mengapa? Itulah konsekuensinya.

"Hati lo buat siapa, sih?" Hanya bisa berucap dalam hati, Zora heran dengan tingkah Revin yang selalu baik ke semua orang. Cemburu? Tentu, tetapi ia tidak memiliki hak untuk itu.

Setelah hening beberapa menit, kelas itu ramai lagi dengan bermacam-macam suara. Ada yang menyanyi, ghibah, suara ketukan meja, teriakan para pecinta lelaki yang sedang digoda, serta suara tangisan Cakra yang kembali bersulang setelah beberapa hari diam.

"Eh, woi. Cakra kenapa?"

"Cakra kenapa lagi, nih?"

"Kayaknya dibully lagi, deh. Kasian."

"Pasti Lisa yang bikin nangis."

Suara penuh heran dari para murid membuat Cakra menangis sekencang-kencangnya. Miris, ada yang kasihan dan ada yang tertawa lebar.

"Lo kenapa, sih? Nangis mulu," tanya Lisa yang sudah selesai menulis.

"Eh, Lis. Biarin aja nanti juga diem," ujar cowok tak kurus dan tak gemuk bernama Danar. Lisa hanya menatap kasihan pada Cakra.

"Cieee ... Lisa liatin Cakra terus. Kalian pacaran, ya?" tanya Abi setelah sekian lama tidak berbaur dengan mereka.

"Dih, ogah!" jawab Lisa sembari mengibaskan rambutnya.

Zora tertawa melihat berbagai tingkah teman-temannya itu. Ia juga menatap Bintang penuh kebencian sebab Bintang selalu menggoda Revin. Selain memainkan rambut Revin, Bintang juga memberi perhatian berlebihan. Sebab, ada luka benturan pada kepala Revin karena kejadian pagi tadi.

"Jangan singgah jika tak sungguh. Jangan caper gue baper, bego!" Revin hanya bisa mengumpat dalam hati. Perihal Bintang adalah mantan kekasihnya, tetapi mengapa ia tetap memberi perhatian yang menarik diri Revin.

"Aduh, enak banget punya pacar," kata Danar.

Ada seseorang yang tiba-tiba matanya tertuju pada Zora. Cowok itu sangat ingin tahu kehidupannya. Menjadi pengagum rahasia, dan ternyata ia mencintai dalam diam sejak awal berjumpa. Ya, masa MPLS.

"Kaya gue ini, dong! Jones, alias jomblo enak sekali," tawa Naufal.

"Oallah, kirain jomblo ngenes!" ejek Danar.

"Eh, Ra. Lo udah punya pacar?" tanya Danar tiba-tiba. Pertanyaan itulah yang ditunggu cowok pengagum rahasia Zora.

"Nggak," jawab Zora singkat sembari menulis rangkuman.

"Kenapa?" Akhirnya, cowok itu bersuara.

"Soalnya nggak bisa caper, hehe." Sial! Ada yang tersindir, nih.

Zora tersenyum puas sebab Bintang langsung spontan menatapnya. Ia berdiri, lalu mengajak Jira untuk pergi ke kamar mandi. Tidak ada alasan apa-apa, hanya gabut semata setelah menatap rangkuman materi yang sangat menyebalkan.

Zora and Twin YearsWhere stories live. Discover now