f e b r u a r i (08)

378 188 244
                                    

"Ada rasa, hanya saja tak berani untuk menyapa."

- Abidzhar Ragnala Akhilendra




Tolong pencet bintang di sisi kiri bawah, ya!!♡

"Ra?"

"Balik pulang aja, ya?"

Tidak ada jawaban dari Zora, gadis itu membisu sembari merasakan perih di perutnya. Ia harus mengajak Alfan untuk mampir sarapan, tetapi waktu semakin berjalan cepat.

Alfan mencekal tangan gadis itu karena mulai memberontak. "Mau kemana?"

"Yaudah, maaf kalo tadi bikin emosi, Sayang."

"Yang?" Alfan kesal dan terus memanggil Zora sebab gadis itu selalu diam.

Zora mencengkeram kuat seragam Alfan membuat sang empu semakin khawatir. Alfan menatap gadisnya prihatin, ia mengelus pucuk rambut gadisnya dan mengajaknya untuk menaiki bus saja.

"Nggak mabuk'kan kalo naik bus?" tanya Alfan membuat Zora menggeleng.

"Ayo keburu telat!" Zora menaiki bus yang dihentikan Alfan baru saja dengan penuh semangat. Seolah-olah dirinya merasa sehat.

Mereka menduduki kursi paling belakang nomor dua serta Zora berada di samping kaca. Itulah kebiasaan Zora bila menaiki bus.

"Sepeda lo gimana, Mas?" tanya Zora dengan tatapan tidak setajam biasanya.

Gadis itu memang sengaja untuk berpura-pura kuat di depan kekasihnya, meskipun rasa sakit di sekujur tubuh menerpanya. Ia tidak ingin Alfan merasa khawatir, biarpun sebenarnya ia juga merasa risih.

"Biarin, Ra. Lebih penting pacarku dari pada sepeda busuk itu, hehe," jawab Alfan terkekeh.

Sudut bibir Zora terangkat menyuguhkan senyuman manis. "Kalo ilang?"

Alfan diam sejenak, ia teringat bahwa sepeda itu adalah hadiah ulang tahun dari Papanya. Bagaimana jika hilang? Ah ... pasti ia akan diterkam.

"E—enggak ...."

"Moga aja," ujar Alfan lagi.

"Nggak eman-eman?"

"Kalo hilang tinggal beli lagi, Ra." Alfan menyombongkan diri.

Zora menghembuskan napasnya pasrah. "Jangan pamer, Mas. Gua takut kalo il feel." Ia hanya bisa berkata dalam hati, ia lupa bahwa Alfan memang memiliki kesombongan tingkat tinggi.

Tak mereka sadari, seseorang berseragam sama sedang memperhatikan mereka dengan tatapan penuh kebencian. Cowok itu serasa ingin menghentikan bus lalu berjalan kaki, tetapi akan sia-sia sebab gerbang sekolah semakin dekat.

"Kalo sakit nanti bilang, ya?" Alfan mengacak rambut gadisnya setelah mereka turun dari bus sekolah itu.

Zora mengangguk. "Kalo nanti bilang lo mau ngapain?"

"Gua juga nggak bakal sembuh kalo lo liatin doang," ujar Zora ketus.

Alfan mencubit hidung kecil gadis itu. "Ngeselin!"

Zora and Twin YearsWhere stories live. Discover now