4.

165K 18.6K 1.1K
                                    

Keesokkan harinya

Hari ini Clarissa bangun pagi, karena hari ini ia akan mulai berangkat ke sekolah. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya menuju ke arah kamar mandi. Namun, niatnya ia urungkan ketika melihat pantulan dirinya di kaca.

"Eh njir, si Clarissa cakep banget dah. Ini nih, definisi cantik luar dalam dan dalam. Raganya cantik, jiwanya apalagi, gue juga orangnya baik. Definisi bidadari kerasukan bidadari. Perpaduan yang sangat perfect." Clarissa berbicara kepada dirinya sendiri.

Clarissa pun melanjutkan kembali langkahnya, untuk ke kamar mandi. Ia pun mulai membersihkan dirinya selama 15 menit. Ia keluar dari dalam kamar mandi dan langsung memakai seragam sekolahnya. Ia kembali berkaca untuk melihat penampilannya lagi.

"Eh tunggu, nanti kalo gue ke bawah harus cipika-cipiki gak ya? Biasanya kan kalo ortu sama anak suka pake cium-cium gitu. OMG kalo gitu nanti gue bakal ciuman sama om-om dong. Dia bukan bapak gue bangke."

"Eh tapi kan yang ciuman kan raga si Clarissa ya. Tapi, gimana kalo ciuman itu bekasnya nembus sampe ke jiwa gue. Nanti gue gak suci lagi dong. Aaaah njim ngeribetin bener. Sama bapak sendiri aja gue gak pernah. Apa gue gas aja ya? Semoga aja gue dapet promo kan, kalo misalnya gue balik ke raga gue kesucian gue juga balik lagi. Di sini kan gue lagi menjalankan suatu misi kebaikan. Nah iya gitu aja, yaudah gaslah njim."

Clarissa pun keluar dari kamarnya dan pergi ke bawah untu sarapan pagi. Di sana sudah ada Sarah dan juga Irawan.

"Eh, Cla udah siap?" Tanya Sarah sembari merentangkan tangannya.

Udah gue duga harus cipika-cipiki. Batin Clarissa malas.

"Iya, ma." Jawab Clarissa sembari menghampiri Sarah. Sarah pun menciumi kedua pipi Clarissa, dan Clarissa pun melakukan hal yang sama kepada Sarah. Clarissa menghampiri Irawan dan melakukan hal yang sama juga.

Clarissa duduk di samping Irawan dan di depan Sarah.

"Cla, kamu mau hadiah apa dari papa?" Ucap Irawan secara tiba-tiba.

Clarissa mengangkat sebelah alisnya. "Hadiah buat?" Tanya Clarissa kebingungan.

"Atas kesembuhan kamu ini."

Njir sembuh doang dapet hadiah. Gue mah dapet rangking 3 besar, gak pernah tuh dapet hadiah. Pas ulang tahun juga gak pernah, karena gak ada yang inget. Batin Clarissa.

"Kok malah diem, Cla?"

"E-eh enggak kok, pa."

"Jadi, mau hadiah apa?"

Enaknya minta apa, ya? Harus yang paling dibutuhin banget nih. Apa gue minta motor aja ya, biar gak usah jual mobil? Siapa tau suatu hari gue juga butuh mobil. Batin Clarissa.

"Motor, pa." Jawab Clarissa dengan cepat.

Irawan dan Sarah mengerutkan keningnya. "Motor? Kamu, kan gak bisa motor." Ujar Sarah.

"Iya, Cla. Mintanya gak usah aneh-aneh gitu, ah!" Ucap Irawan.

"Aku bisa, kok. Cuma.... aku gak pernah nunjukkin sama mama, papa aja. Beneran deh!"

"Enggak, minta yang lain aja!"

"Tapi aku pengen motor, pa." Rengek Clarissa. "Ya ya ya?"

"Pokoknya enggak. Papa mending beliin kamu rumah, apartemen, atau pun yang lain. Kalo motor, papa tolak." Ucap Irawan tak terbantahkan.

Namun, Clarissa tak menyerah. Ia masih berusaha menbujuk Irawan untuk membelikannya motor. "Ayolah, pa! Aku beneran bisa kok. Ya ya ya? Please!" Mohon Clarissa.

I'm Not Clarissa [Segera Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora