9.

142K 17K 835
                                    

Kini Clarissa sudah mulai memasuki gerbang sekolah, bersama dengan motor barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Clarissa sudah mulai memasuki gerbang sekolah, bersama dengan motor barunya.

Di kejauhan, ternyata ada inti dari Vandero yang sedang melihat Clarissa dengan tatapan bingung. Tanpa basa-basi dan tanpa berlama-lama, mereka pun berjalan menghampiri Clarissa yang sedang mencoba untuk membuka helm fullface-nya.

"Butuh bantuan gak?" Tanya Abrasi kepada Clarissa.

"Astagfirullah masih pagi, udah ketemu setan aja." Ucap Clarissa malas.

"Oyy mulut lo minta dirobek, ha?" Solot Erosi.

"Gue duluan yang bakal robek mulut lo." Ucap Clarissa dingin, dan langsung pergi dari sana.

Ke-5 inti Vandero itu pun berjalan mengikuti Clarissa. Regan merasa penasaran kenapa Clarissa tiba-tiba bisa mengendarai motor. Ia pun mempercepat langkahnya dan kemudian berjalan di samping Clarissa.

"Ngapain lo?" Tanya Clarissa yang merasa heran dengan Regan. Tumben-tumbenan Regan mau menghampirinya.

"Si bos kesambet apa tuh?" Tanya Malik kepada Abrasi yang berada di sampingnya.

"Gak tau. Samperin aja kuy!" Ajak Abrasi kepada teman-temannya.

"Sejak kapan lo bisa motor?" Regan sangat tidak menyukai yang namanya basa-basi. Itulah mengapa ia bertanya secara to the point.

"Dih, penting buat lo?"

"Enggak juga. Gw penasaran aja, biasanya juga dianterin supir pribadi." Jawab Regan sekaligus menyindir.

"Oh." Balas Clarissa singkat.

"Lo kenapa, dah? Kesambet? Biasanya juga gak bisa diem lo." Tanya Kevan terheran-heran.

Clarissa menghentikan langkahnya yang kemudian diikuti oleh kelima pria itu. "Lo semua maunya apa sih niir? Gue banyak tingkah salah, diem juga salah." Kesal Clarissa.

"enggak salah. Kita cuma heran doang. Biasanya, kan lo tukang caper." Ucap Erosi.

"Aaah tau lah cape gue. Pengen beli batagor aja. Giliran caper dihina-hina, giliran diem ditanyain. Kemarin-kemarin lo pada kemana aja njir? Bikin frustasi aja lo, isshh." Clarissa menjadi kesal sendiri. "Lo pada, sekarang maunya gue kayak gimana? Caper lagi kayak dulu, atau gak gangguin lo lagi?" Tanya Clarissa.

Mereka berlima diam tak berkutik. Jujur mereka memang risih dengan Clarissa yang selalu caper kepada Regan. Namun, kali ini mereka merasa bahwa Clarissa sudah menjadi beda, dan mereka pun merasa ada yang kurang ketika Clarissa tidak mengganggu mereka.

"Kenapa pada diem?" Tanya Clarissa kebingungan sambil berkacak pinggang.

"Lo, kan belum nyelesain tugas lo." Ucap Regan.

"Gini ya jambret. Tugas yang lo kasih itu gak bisa gue selesain dengan waktu singkat ya, bangsat. Jadi, dimohon untuk sabar gak usah ngeburu-buru gue, bikin nambah beban pikiran aja lo, hih." Kesal Clarissa.

"Butuh waktu berapa lama, buat lo nyelesain tugas dari gue?" Tanya Regan datar.

"Lo benci gue aja terus, sumpah. Cape gue mikirin yang kayak gituan njir. Lagian lo gak mikir ya, lo yang seiblis ini aja gak berhasil ngajak damai, apalagi gue, bego."

"Yaa lagian mana ada yang mau damai sama iblis sih." Kata itu berhasil lolos begitu saja dari mulut Malik.

"Lo mau digorok, ha?" Tanya Abrasi kepada Malik.

"Eh maaf Gan. Maksud gue gak gitu kok." Ucap Malik yang sedikit merasa ketakutan dengan tatapan yang dilemparkan oleh Abrasi

"Bener juga sih kata si kingkong." Clarissa mengetuk-ngetukkan jarinya di dagunya.

"Gue gak mau tau, pokoknya lo harus tanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin." Ucap Regan tak terbantahkan.

"Ck, iya iya." Ucap Clarissa malas. Tiba-tiba saja ia mengingat kejadian kemarin, waktu ia menemukan seseorang yang ia lihat waktu membeli cakue. "Nama ketua Daksa itu Sakti Adra Dinata, bukan?" Tanya Clarissa.

Regan mengerutkan keningnya. "Tau dari mana, bukannya lo hilang ingatan?"

Clarissa tidak menjawab pertanyaan Regan. "Kasih gue alamat basecamp mereka, buruan!"

"Heh anj, jangan ngadi-ngadi lo. Lo mau abis sama mereka, ha? Meskipun lo nyebelinnya masyaallah, tapi gue juga gak mau bunuh lo dengan cara kayak gini kali." Ucap Abrasi.

"Terus lo mau bunuh gue dengan cara apa? Kalo emang beneran mau bunuh gue, bunuh aja sekarang, sumpah. Gue emang pengen banget mati sih."

"Lo ngomong gitu sekali lagi, abis lo ditangan gue." Ancam Regan dengan tatapan tajamnya.

"Gue pengen mati nj–." Bukannya takut dengan ancaman Regan, Clarissa malah dengan sengaja mengucapkan hal itu.

CUP

Regan menempelkan bibirnya di bibir indah Clarissa. Tidak lama, ia hanya memberikan satu kecupan kecil saja.

Malik, Kevan, Erosi, dan Abrasi membulatkan mata dan mengangakan mulutnya tak percaya. Ada apa dengan bosnya ini? Mengapa ia tiba-tiba mencium Clarissa?

"Gue gak bakal biarin lo mati, sebelum tugas lo selesai. PAHAM?" Ucap Regan.

"Heh jambret, lo main nyosor-nyosor aja. Bibir gue udah gak suci lagi njim, ah. Gue bacok juga lo." Kesal Clarissa karena Regan telah mengambil firstkiss-nya tanpa seizinnya.

"Gue minta lo selesaiin tugas lo secepatnya." Ucap Regan dengan tatapan tajam.

"Halah bacot, lo. Gue gak peduli, itu urusan lo." Clarissa memutar bola matanya malas.

"Bukannya lo gak mau si Regan benci sama lo?" Tanya Kevan sembari melipat tangannya di depan dada.

Oh, iya. Clarissa baru mengingatnya kembali. "Aaah njir. Syaratnya gak ada yang lain apa?"

"Itu satu-satunya." Ucap Abrasi.

"Vandero, fuck you." Clarissa mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi meninggalkan semua inti Vandero.

"Anj, tuh orang berani-beraninya bilang fuck you ke kita." Kesal Erosi. "Belum tau aja apa yang bisa kita lakuin." Lanjutnya.

"Udahlah, ngalah aja sama cewek!" Kevan merangkul pundak Erosi.

"Buruan ke kelas, bentar lagi bel bunyi!" Regan berjalan mendahului teman-temannya.

"Itu satu lagi, malah main ninggal mulu." Ucap Malik.

"Lo mau mati hari ini?" Tanya Abrasi kepada Malik sembari memperhatikan punggung Regan yang sudah mulai menjauh.

"Ya enggaklah njir. Gue tuh cuma kesel aja sama tuh orang. Gak bisa gitu kalo mau jalan itu ngajak-ngajak kita, terus nungguin kita. Ini mah boro-boro nungguin, langsung nyelonong gitu aja." Protes Malik.

"Demo mau gak?" Ucap Kevan terkekeh.

"Pengen sih, tapi cuma masalah gitu doang. Kalo kata si Clarissa mah 'Depresot gue lama-lama'" Malik menirukan gaya Clarissa.

"Udah cocok lo jadi si Clarissa, tinggal pake rok doang." Abrasi menepuk bahu Malik, kemudian pergi menyusul Regan.

"Bangsat, gak gitu juga lah, anjing."

"Yaudahlah mending susul mereka, mau ngapain juga nongkrong di sini!?" Erosi beralih, dan merangkul bahu Kevan dan Malik. Kemudian mereka pun berjalan menyusul Abrasi dan Regan ke kelasnya.

"Hari ini bagian jadwal bu siapa?" Tanya Erosi.

"Bu susi kayaknya." Jawab Kevan sedikit tidak yakin.

"OTW bolos nih. Gue suka yang kayak gini nih." Ucap Erosi dengan ekspresi bahagia.

I'm Not Clarissa [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang