Prolog

149 4 1
                                    

Happy reading ....🤗

Hari senin pagi, semua murid dan guru SMA Astronesia sedang melangsungkan upacara. Seorang gadis mengeluh karena pemberi amanat upacara tidak juga menutup pidatonya meskipun ini sudah hampir satu jam.

"Ini kapan selesai, sih, panas banget. Mana kaki gue pegel lagi gara-gara berdiri terus," gerutu gadis itu yang bernama Davita Ratnaduhita. Ia sudah seperti cacing kepanasan yang tidak bisa diam.

"Bukan cuma lo doang yang kepanasan, tapi kita semua juga. Gak usah lebay, deh," sahut Zalika Dominica yang berdiri di depannya.

"Gue takut perawatan gue selama ini sia-sia cuma karena kelamaan di bawah matahari. Lo tau kalo skincare itu mahal, 'kan?" Davita membela dirinya.

"Lo baru dikasih panas segini aja udah ngeluh? Panas yang lo rasain sekarang enggak sebanding sama perjuangan pahlawan untuk kemerdakaan negara kita ini." Zalika mulai kesal. Ia juga sering perawatan seperti Davita, tetapi tidak selebay sahabatnya ini.

Davita menggeram kesal mendengar ucapan Zalika. Ia tidak menjawab lagi karena ucapan sahabatnya itu cukup membuatnya tertohok.

Seseorang yang dari tadi menyimak interaksi mereka hanya menggeleng pelan. Dua sahabatnya memang tidak pernah akur jika sedang bersama, tetapi saling mencari jika salah satunya tidak ada. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan mereka yang seperti itu.

"Rista. Bantuin dong!" rengek Davita sambil melirik sebentar ke belakang, berharap sahabatnya yang ini akan membela dirinya.

Arista Magdalena Prima atau orang sering memanggilnya Rista atau Aris, gadis cantik yang memiliki alis cukup tebal, rambut hitam panjang, berpipi chubby dan berzodiak pisces. Ia sangat suka membaca novel dan Wattpad.

Selain suka membaca. Ia juga diam-diam menyukai kakak kelasnya yang bernama Ragnala Alaric Jauzan laki-laki yang berzodiak libra itu sudah mengisi hatinya sejak satu tahun lalu. Tadinya, Arista tidak percaya dengan istilah jatuh cinta pada pandangan pertama. Akan tetapi, setelah ia merasakannya baru dia mengerti. Ragnala bukan laki-laki most wanted seperti yang ada di tokoh-tokoh novel. Dia hanya lelaki sederhana yang hitam manis dan berkumis tipis. Memiliki suara merdu, membuatnya semakin mendapatkan nilai lebih dimata gadis itu.

Banyak yang bilang, jika orang berzodiak pisces itu orang paling mudah jatuh cinta karena sangat perasa. Dan, ya. Itu benar, Arista merasakannya. Gadis itu menyukai Ragnala ketika dia masih kelas 10. Padahal mereka tidak sengaja bertemu di kantin waktu itu. Entah apa yang bisa membuatnya jatuh cinta kepada laki-laki itu karena sampai saat ini Arista masih diam-diam menyimpan perasaan kepada Ragnala yang hatinya tidak tahu untuk siapa.

"Arista!" panggilan seseorang membuatnya berhenti menatap laki-laki yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

"Lo ngeliatan apa, sih, sampe gak denger gue ngomong." Davita menatap aneh sahabatnya yang akhir-akhir ini memang banyak sekali melamun.

"Enggak. Itu gue, gue gapapa kok," balas Arista berusaha mengelak.

Ragnala yang sedang fokus menatap ke arah depan seketika menoleh ke belakang karena mendapatkan tepukan dari sahabatnya, Ezra Isander.

"Apaan, sih?" tanya Ragnala kesal karena Ezra menepuk bahunya cukup keras.

"Itu. Adek kelas merhatiin lo dari tadi." Ezra memberi tahu sambil menunjuk ke arah Arista dengan dagunya.

Ragnala segera melihat ke arah gadis itu. Ia tidak melihat jika Arista sedang memerhatikannya, laki-laki itu hanya melihat Arista yang sedang mengobrol dengan kedua temannya.

"Lo. Bohong, ya?" tanya Ragnala menyelidik. Ia tahu jika Ezra sering sekali menjahilinya.

"Enggak. Kali ini gue bener, Rag!"

"Udah diem woi! Upacara nya udah mau selesai, cepet nunduk buat doa." Dipta Gunaadhya yang juga sahabat dari Ragnala ikut menyahut dan menghentikkan interaksi mereka.

***

Arista menatap dirinya depan cermin. Ia izin ke toilet untuk mendinginkan kepalanya karena tidak bisa menelan materi matematika di jam pertama setalah upacara ini. Selain itu, dia juga sengaja ke toilet dekat kelas Ragnala karena ingin melihat laki-laki itu.

Gadis itu bingung. Mengapa semakin hari perasaannya kepada Ragnala semakin bertambah. Padahal, selama ini mereka tidak pernah ada kedekatan. Memiliki nomor ponsel laki-laki itu pun hanya untuk menonton story-nya saja.

Arista ingin mengungkapkan semua perasaannya kepada Ragnala karena menyimpan perasaan sendirian dan menyukainya diam-diam sangatlah menyakitkan. Akan tetapi, ia hanya memiliki mental yupi. Gadis itu tidak berani untuk mengaku karena takut Ragnala akan membencinya.

"Arrghh!" Arista mengacak rambutnya kasar, kemudian mencuci wajahnya dengan air di wastafel.

Sekarang Arista hanya bisa pasrah. Ia akan terus membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya. Gadis itu akan membiarkan hingga nanti waktu yang menjawabnya.

Hallo, semuanya🥰

Btw. Ini cerita kedua yang aku buat setelah I am Hurt. Ada yang udah baca ceritanya? Kalau belum cuss baca. Ceritanya ga kalah seru😍 versi bukunya juga udah ada. Kalau kalian penasaran bisa langsung pesan. Info pemesanannya bisa dilihat di update'an cerita I am Hurt.

Makasih buat yang udah baca❤️
Semoga kalian suka😍

Jangan lupa vote and coment guys:*
Thank you and see you next part...

❤️❤️❤️❤️❤️

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now