3 - Bahagia sesaat

35 1 0
                                    

Happy reading ....🤗

Arista dan kedua temannya memilih untuk berteduh di pinggir lapangan setelah berlari di bawah matahari siang yang panas sekali. Mereka tidak seperti teman lain yang pergi ke kantin atau kelas. Tiga orang itu hanya ingin beristirahat dulu sebentar.

"Sebel banget gue. Pelajaran olahraga siang-siang gini." Davita mengeluh sambil terus mengusap keringat di pelipisnya.

"Kali ini gue setuju. Pelajaran olahraga, tuh, enaknya di jam pertama atau enggak terakhir. Bukan tengah-tengah gini. Mana matahari lagi terik-teriknya lagi," sahut Zalika yang melakukan hal sama seperti Davita.

Arista hanya mengangguk. Kemudian, matanya tidak sengaja melihat Ragna dan juga kedua temannya melewati lapangan. Laki-laki itu memakai peci di kepalanya, bisa ditebak jika mereka baru selesai salat dzuhur.

Arista merasa, rasa panasnya berganti menjadi adem ketika melihat penampilan Ragna yang seperti itu. Ia tersenyum mengagumi salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang begitu indah.

Zalika dan Davita merasa heran ketika melihat temannya yang tersenyum sendiri. Mereka pun mengikuti arah pandang Arista. Keduanya kemudian mengangguk mengerti mengapa gadis itu seperti orang gila yang tersenyum sendiri.

"Pantes senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Lagi ngeliatin mas idamannya ternyata," goda Zalika sambil menyenggol tangan Arista.

Arista yang tersadar jika Zalika sedang menggodanya hanya menunduk malu. Ia sudah seperti maling yang tertangkap basah.

"Mas ex ganteng banget. Wajahnya yang cerah secerah matahari siang ini seperti mengajakku untuk berumah tangga dengannya." Davita ikut tersenyum ketika melihat Dipta.

"Dih, alay lo!" cibir Zalika.

Davita tidak menghiraukan ucapan dari temannya. Ia hanya tersenyum sambil terus melihat ke arah Dipta hingga ketiga laki-laki itu menghilang dari pandangannya.

"Udah merhatiinnya. Mereka juga udah gak ada. Ayo, ke kantin gue haus banget," ajak Zalika membuyarkan lamunan Arista dan Davita.

Davita segera bangkit dari duduknya. Namun, Arista masih di posisi yang sama. Gadis itu enggan untuk pergi dari sana.

"Gue nitip beli aqua aja. Males kalo harus jalan-jalan pas lagi PMS gini." Arista memberikan selembar uang kepada Zalika.

"Oh. Lo lagi dateng bulan? Kapan?" tanya Davita.

"Tadi pagi."

Mereka mengangguk paham. Keduanya mengerti apa yang Arista rasakan karena sama-sama sering merasakan itu disetiap bulannya. Setelah itu Zalika dan Davita pun pergi meninggalkan gadis itu sendirian di pinggir lapangan.

Tiba-tiba datang seorang perempuan yang memakai jas osis menghampiri dirinya.

"Kak Vereka?"

"Hai, lagi ngapain di sini?" tanya Vereka kemudian duduk di samping Arista.

Arista menjawab jika dirinya sedang istirahat dan menunggu kedua temannya yang sedang ke kantin.

"Oh iya, Kak. Aku mau nanya tentang Kak Ragna boleh gak?" tanya Arista.

Vereka tersenyum kemudian mengangguk. Tentu saja dengan senang hati ia akan menjawab dan memberi tahu apa pun yang diketahuinya tentang Ragna.

"Ragna itu suka anime. Dia sering ngomongin tokoh-tokohnya sama Ezra kalo lagi jam kosong. Dia juga suka main game mobile legend."

Arista mengangguk sambil berohria. Pantas saja story WhatsApp Ragna isinya hanya foto kemenangan atau kekalahan laki-laki itu dalam bermain game mobile legend.

"Ragna juga pernah dihukum karena bolos ke kantin waktu lagi pelajaran seni budaya. Sampe disuruh ngerjain tugas sampe 25 halaman."

Lagi, Arista hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Ternyata Ragna seperti siswa pada umumnya yang sedikit nakal. Ia juga pernah melihat laki-laki itu yang sedang berlari-lari dikejar oleh guru. Entah apa yang dilakukan olehnya hingga membuat guru tersebut seperti marah sekali.

Setelah membaca pesan dari HP-nya. Vereka pamit kepada Arista karena dia harus segera pergi untuk mengahdiri rapat osis.

Beberapa menit setelah kepergian Vereka. Kedua temannya pun datang dan segera memberikan titipan itu kepada Arista. Gadis itu menerima dan mengucapkan terima kasih.

***

Di sini Arista sekarang. Di parkiran sekolah yang ramai sekali, bel pulang baru berbunyi lima menit lalu. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mencari keberadaan kedua temannya.

Matanya kembali melihat Ragna dan Dipta yang sedang memarkirkan motornya. Laki-laki itu benar, ia pulang bersama temannya seperti kemarin.

"Ayo," ajak Davita yang baru saja datang. Tentu saja dengan Zalika di sampingnya.

Seketika Arista mengalihkan pandangannya ke arah mereka. Kemudian gadis itu menaiki motor Zalika yang sudah ada pengemudinya di depan. Sedangkan, Davita perempuan cerewet itu menaiki motornya sendiri.

Hari ini, Arista ikut nebeng kepada Zalika karena kebetulan temannya itu ada urusan yang tempatnya searah dengan rumah Arista.

Selama perjalanan, Arista tidak henti-hentinya tersenyum karena sekarang ia sudah mengetahui hal baru tentang Ragna. Tiba-tiba motor Zalika berhenti karena ternyata mereka sedang dilampu merah.

Arista yang merasa bosan mencoba untuk mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Deg!

Seketika jantungnya berdetak kencang, napasnya berhenti untuk beberapa detik, matanya juga ikut memanas saat melihat pemandangan di depannya.

Lampu kembali hijau. Kendaraan-kendaraan yang tadi berhenti kembali berjalan lagi. Zalika yang juga baru menyadari hal sama seperti Arista sontak terkejut.

"Itu Kak Ragna bukan? Kok, sama cewek." Zalika bertanya dengan suara yang cukup keras.

Arista tidak menjawab. Ia menunduk, hatinya sakit sekali melihat laki-laki yang dicintainya bersama perempuan lain. Gadis itu tidak bisa lagi menahan air matanya.

"Kenapa Kak Ragna bohong sama aku? Bukannya tadi Kak Ragna bareng sama Kak Dipta? Kenapa sekarang malah sama cewek?" tanya Arista dalam hatinya. Ia semakin menangis. Apalagi, dengan Ragna yang sepertinya sangat bahagia ketika membonceng perempuan itu. Mereka terlihat tertawa bersama. Entah sedang menetertawakan apa.

Baru beberapa menit lalu Arista bahagia karena membayangkan Ragna, tetapi sekarang harus merasakan sakit. Kenapa kenyataan pahit ini justru datang disaat yang tidak tepat seperti ini.

"Are you okay, Ris?" tanya Zalika sambil melirik ke arah kaca spion. Namun, temannya masih setia menunduk.

Ini memang salahnya yang terlalu menaruh harapan lebih kepada Ragna. Ini memang salahnya yang terlalu berekspetasi tinggi tentang Ragna. Mengapa gadis itu tidak sadar jika pesan dari Ragna kemarin itu hanya bentuk penolakan secara halus.

Motor Zalika akhirnya berhenti di depan rumah Arista. Gadis itu segera turun kemudian mengembalikan helm dan mengucapkan terima kasih.

Arista tidak bicara apa pun lagi. Ia langsung masuk ke rumahnya tanpa mendengar panggilan dari Zalika.

"Baru pulang, Ris?" tanya Dinda.

Arista tidak menjawab. Ia berjalan dengan tatapan kosong melewati ibunya begitu saja, gadis itu langsung masuk ke kamarnya. Dinda mengernyit bingung melihat keanehan anaknya itu.

Hallo, semuanya🥰

Gimana sama part ini? Suka engga?

Gimana perasaan kalian kalo ngeliat doi kalian sama cewe lain?

Btw, dari sini sifat Ragna mulai ketauan. Dia suka boong ternyata.

Makasih buat yang udah mau baca❤️

Semoga kalian suka sama cerita kedua ku ini😍

Jangan lupa vote and coment guys:*
Thank you and see you next part...

❤️❤️❤️❤️❤️

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now