6 - Hari menyebalkan

21 1 0
                                    

Happy reading ....🤗

06.15 WIB

Tiga orang remaja sedang bersiap-siap untuk olahraga pagi. Mereka kesiangan karena salah satu dari mereka susah dibangunkan. Ya, Arista. Gadis itu paling malas jika harus bangun pagi dan pergi olahraga, kalau saja ia tidak sedang di rumah Davita dipastikan dia akan memilih tidur sepuasnya.

Davita kesal sekali melihat Arista yang masih duduk di atas ranjang dengan mata tertutup. Ia pun segera menarik paksa tangan gadis itu untuk segera turun menyusul Zalika yang mungkin sedang pemanasan.

Benar saja. Terlihat Zalika sedang pemanasan dengan penuh ketenangan sedangkan Davita, gadis itu harus menyeret sahabatnya agar bisa keluar.

"Lo enak banget. Bukannya bantuin gue buat bawa, nih, anak." Davita mengomel karena Zalika tidak ada niat sama sekali untuk membantunya.

Zalika tidak menjawab, ia langsung mengajak keduanya untuk segera lari. Dengan penuh semangat mereka pun mulai meninggalkan halaman rumah Davita. Terkecuali, Arista. Gadis itu berlari dengan lemah sekali sesekali menguap menandakan jika ia memang masih mengantuk.

Lima belas menit berlari, mereka berhenti di sebuah taman yang tidak terlalu banyak orang. Tiga orang remaja itu sedang beristirahat, tubuh Arista rasanya seperti sudah mandi karena begitu banyak sekali keringat.

Tiba-tiba datang dua orang laki-laki datang menghampiri mereka. Davita tersenyum melihatnya, ternyata dua orang itu adalah Dipta dan Ezra.

Arista mengernyit bingung. Mengapa mereka bisa ada di sini? Ah ... pasti Davita dan Dipta sudah janjian.

"Sorry lama," ucap Dipta ketika tiba di hadapan mereka dan ikut duduk di samping Davita, sedangkan Ezra duduk di belakang.

Davita tersenyum kemudian berkata jika mereka juga baru saja datang dan sedang istirahat.

"Kak Ragna ke mana? Gak ikut?" tanya Arista tiba-tiba. Ia sungguh berani menanyakan itu kepada teman-temannya Ragna.

"Tadi kita udah ajak dia, tapi katanya males dan mau push rank aja," jawab Dipta seadanya.

Arista menghela napasnya, ia bingung. Apa laki-laki itu tidak cape dan tidak puas? Padahal, semalam Ragna juga bermain.

Ezra menatap gadis itu dengan penuh curiga. Mengapa tiba-tiba Arista menanyakan keberadaan Ragna.

"Pasti ada apa-apa, nih, diantara mereka," batin Ezra.

Arista dan Zalika pun pamit untuk membeli minum. Mereka tidak ingin menjadi nyamuk diantara dua orang yang sedang mau CLBK, sedangkan Ezra. Laki-laki itu juga pergi entah ke mana.

Setibanya di warung terdekat Arista pun segera menuju kulkas untuk mengambil minuman, tetapi tidak bisa karena ada orang yang menghalanginya.

"Maaf ... permisi!" ucap Arista dengan begitu sopan.

Orang tersebut kemudian membalikan tubuhnya menghadap Arista.

"Kak Aksa?!" pekik Arista terkejut. Ia tidak mengerti mengapa kakak kelasnya ini selalu ada di mana-mana.

"Eh ... Arista? Di sini juga? Tumben banget, ya. Kirain cewek kayak lo gak ada di tempat orang-orang yang sering olahraga," balas Aksa dengan wajah yang menurut Arista sangat menyebalkan sekali.

Zalika yang melihat itu. Antara ikut heran dan iri karena dia hanya ditakdiran untuk menonton ke uwuan orang tanpa bisa merasakannya. Saat di taman Davita dan Dipta, sekarang di warung Arista dan Aksa.

Arista merasa mood-nya rusak karena ucapan Aksa barusan. Rasa hati ingin mengacak-ngacak wajah tampan laki-laki itu. Namun, ia tidak berani.

Arista tidak jadi membeli minum, ia langsung pergi meninggalkan tempat itu. Rasa hausnya sudah hilang begitu saja dan berganti dengan rasa kesal.

Zalika yang melihat sahabatnya pergi pun akhirnya mengikuti, tetapi sebelum itu dia menatap tajam ke arah Aksa. Entah mengapa gadis itu juga ikutan kesal.

"Dasar cowok nyebelin! Cowok setres! Cowok gila!" umpat Arista kesal, rasanya ia ingin membunuh orang itu sekarang juga. Udah dipaksa untuk lari pagi, liat orang pacaran, sekarang harus bertemu dengan laki-laki paling menyebelkan di dunia. Bagaimana tidak tersiksa hidup gadis berpipi chubby itu.

Zalika datang dan mengusap punggung Arista, ia berusaha untuk menenangkan emosi Arista.

***

Panas terik matahari siang membuat Arista yang disuruh Dinda untuk pergi ke warung berjalan dengan langkah cepat sekali.

"Bu, ini barangnya." Arista menyimpan kresek berukuran sedang itu di atas meja di teras rumah. Dinda yang sedang mengangkat jemuran mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Arista berjalan cepat menuju dapur karena tenggorokannya sangat kering sekali sekarang. Setelah meneguk habis satu gelas air, ia pun kembali pergi ke kamarnya. Apalagi, jika bukan untuk tidur siang.

Gadis itu naik ke atas kasurnya kemudian mengambil ponsel yang berada di atas nakas, ia ingin sekali mengirim pesan kepada Ragna karena setelah dia jujur kemarin laki-laki itu tidak memberikan respon apa pun. Mengirim pesan satu kata pun tidak.

Aduh ... Arista. Memang apa yang diharapkan dari laki-laki seperti Ragna? Dipikirannya hanya ada anime dan mobile legend saja. Salah besar jika berharap lebih kepada Ragnala Alaric Jauzan. Salah.

Bosan membuka Instagram akhirnya beralih ke WhatsApp. Arista melihat jika Ragna kembali update, ia pun langsung melihatnya.

Arista menghela napasnya. Terjadi lagi, isinya cuma sebuah gambar kemenangan dalam bermain mobile legend. Sudah cukup. Gadis itu tidak tahan jika tidak membalas story tersebut.

Arista MP :

Kak, kenapa enggak ikut pas tadi olahraga pagi sama Kak Dipta dan Kak Ezra?

Pertanyaan itu memang tidak relate dengan isi story Ragna. Akan tetapi, ia juga tidak ingin bertanya atau membahas tentang isi story laki-laki itu.

Belum ada balasan dari Ragna. Padahal terlihat jelas jika sekarang laki-laki itu sedang online. Hingga tiga puluh menit berlalu pun belum ada tanda-tanda jika pesan itu akan centang dua biru.

Arista mengacak rambutnya frustasi. Mengapa hari ini orang-orang menyebalkan sekali. Pagi tadi harus berhadapan dengan Aksa, sekarang harus sabar menunggu balasan dari Ragna.

Namun, tunggu ... apa Ragna sengaja membiarkan pesan itu tidak terbalas. Apa dia marah karena pengakuan Arista kemarin? Apa mungkin juga laki-laki itu langsung ilfil karena Arista menyatakan cintanya duluan?

Ah ... itu tidak mungkin. Arista yakin jika Ragna bukan laki-laki yang seperti itu. Akan tetapi, jika memang kenyataannya seperti itu bagaimana?

"Bodo amat! Gue gak peduli! Mau lo bales chat gue atau enggak. Gue gak peduli!" teriak Arista frustasi sambil membanting ponsel itu ke samping.

Rasanya semesta memang sedang menguji kesabarannya saat sedang datang bulan seperti ini. Semua orang berubah menyebalkan atau mungkin cuma perasaan? Tidak! Itu memang benar terjadi.

Arista akan selalu mengingat hari ini. Hari yang menurutnya hari menyebalkan sedunia.

Hallo, semuanya🥰

Gimana sama part ini? Suka ngga?

Kalian sering kayak Arista enggak? Kesel pas saat PMS padahal itu masalah kecil.

Makasih buat kalian yang udah mau baca cerita kedua ini.

Jangan lupa vote and coment guys:*
Thank you and see you next part...

❤️❤️❤️❤️❤️

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now