5 - Confess

26 1 0
                                    

Happy reading ....🤗

Selesai mengisi perut di kantin. Arista, Zalika dan Davita kembali ke kelas, tetapi sebelum itu mereka tidak sengaja melihat Ragna yang sedang duduk sendirian di taman.

Davita memberi kode kepada Arista jika harus menghampiri laki-laki itu untuk bilang sekarang tentang perasaannya selama ini.

Arista menggeleng. Ia merasa ini bukan waktu yang tepat, mental nya pun belum siap untuk bicara tentang itu sekarang.

Davita yang kesal akhirnya mendorong paksa tubuh Arista untuk mendekat ke arah Ragna. Ia segera menarik tangan Zalika dan pergi meninggalkan gadis itu berdua dengan Ragna.

Arista terdiam. Ia baru ingin membalikan tubuhnya dan pergi, tetapi suara dari Ragna langsung menghentikkannya.

"Ada apa?"

Arista menatap punggung Ragna dengan perasaan gugup. Ia pun memberanikan diri untuk duduk di samping laki-laki itu.

Hening. Tidak ada pembicaraan diantara dua remaja ini. Arista melirik sebentar ke arah Ragna, laki-laki itu terlihat tenang sekali tidak seperti dirinya yang benar-benar gugup.

Arista menghela napasnya panjang. Ia bingung harus mengikuti saran Davita atau tetap menyimpan perasaannya hingga nanti waktunya tiba.

"Oke. Tenang Arista, lo pasti bisa," batin Arista seraya menghirup udara untuk menenangkan sedikit rasa gugupnya.

Setelah dirasa perasaannya sedikit tenang. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya. "Kak Ragna punya pacar enggak?"

Ragna mengalihkan pandangannya ke arah Arista kemudian menggeleng membuat gadis itu mengangguk lemah dan membuat perasaannya semakin lega karena itu artinya Ragna tidak mempunyai pawang.

"Kalo aku suka sama Kakak boleh?"

Seketika keduanya terdiam. Mereka saling menatap satu sama lain, Ragna yang berusaha mencerna ucapan gadis itu dan Arista yang merutuki ucapannya barusan.

Beberapa detik berikutnya. Ragna tertawa memecah keheningan diantara mereka, laki-laki itu menganggap ucapan Arista hanya bercanda.

"Bercanda lo garing banget," balas Ragna sambil menggeleng pelan.

Arista yang melihat itu menatap Ragna dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagaimanana bisa laki-laki itu menganggap pernyataannya barusan bercanda?

"Aku enggak lagi bercanda. Aku serius, Kak!" tegas Arista dengan yakin sambil menatap lekat Ragna.

Seketika Ragna berhenti tertawa dan kembali menatap Arista. Ia melihat sorot mata gadis itu yang memang meyakinkan dan terlihat tidak adanya kebohongan.

"Aku serius suka sama Kakak! Dan perasaan itu udah ada dari aku kelas 10. Selama ini aku selalu diam-diam menyimpannya, tetapi hari ini aku jujur karena aku cape menyimpan ini sendiri."

Ragna benar-benar dibuat bungkam dengan pengakuan dan pernyataan gadis itu barusan. Ia tidak menyangka jika adik kelasnya ini akan menyatakan perasaan kepadanya.

"T—tapi, gue lagi enggak mau pacaran," ungkap Ragna sedikit gugup. Ia bingung harus bicara apalagi karena takut menyakiti perasaan gadis itu.

Arista menatap laki-laki di sampingnya ini dengan banyak sekali pertanyaan. Ia bingung, memang siapa yang mengajaknya untuk berpacaran? Dia hanya ingin mengakui perasaannya tidak lebih dari itu.

"Kenapa? Bukannya waktu Kak Ragna kelas 11 pernah pacaran, ya?" tanya Arista. Ia juga penasaran kenapa jawaban laki-laki itu tiba-tiba seperti ini.

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now