1 - Taman

74 4 1
                                    

Happy reading ....🤗

Arista berjalan memasuki area sekolah yang masih sepi. Entah apa yang membuat gadis berpipi chubby itu datang pagi-pagi sekali padahal kedua temannya mungkin masih sibuk untuk bersiap.

"Dorrr!"

Arista yang baru berjalan beberapa langkah di koridor seketika berhenti karena terkejut. Ia segera menoleh untuk melihat siapa yang telah membuat mood-nya rusak sepagi ini.

"Kak Aksa?" Arista hampir saja ingin memukulnya, tetapi tidak jadi karena ternyata orang itu adalah kakak kelasnya.

Laki-laki yang memakai jas itu hanya tersenyum melihat wajah kesal Arista. Namanya adalah Akarsana, tetapi sering dipanggil Aksa. Memiliki tubuh tinggi, beralis tebal, bibir pink alami karena dia bukan perokok.

"Tumben banget. Cewek yang namanya selalu ada di buku pelanggaran. Datang sepagi ini? Gue gak lagi mimpi, 'kan?" tanya Aksa dengan wajah yang dibuat-buat seolah dia memang tidak percaya.

Arista memutar bola matanya malas, jika saja laki-laki yang ada di hadapannya ini bukan kakak kelas dan anggota osis. Ia pasti sudah mencakar wajah tampan Aksa yang menyebalkan itu.

Tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri mereka. Orang itu ternyata Ezra, teman dari Ragna.

"Aksa. Ayo, ke kelas gue. Katanya lo mau bantu?" ucap Ezra kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Arista.

"Lo? Lo yang sering diam-diam ngeliatin Ragna dari kejauhan, 'kan?" tanya Ezra membuat Arista terkejut. Jadi, selama ini ada orang yang sering menangkap basah kelakuannya saat sedang memerhatikkan Ragna. Malu, itu lah yang dirasakan gadis itu sekarang.

Arista langsung saja berlari menjauh dari dua laki-laki itu. Ia tidak ingin jika nanti Ezra akan menanyakan hal-hal lain yang membuat dirinya ketahuan jika ternyata gadis itu menyukai Ragna.

Hening untuk beberapa saat, hingga akhirnya Ezra kembali mengajak Aksa untuk segera pergi ke kelasnya.

"Kepada semuanya. Diharapkan untuk segera ke lapangan karena acara kreasi seni dari kelas 12 IPS 1 akan segera dimulai. Terima kasih."

Pengumuman tersebut diumumkan oleh salah anggota osis yang ikut membantu keberlangsungan acara. Memang, ini sudah kegiatan rutin setiap minggu di SMA Astronesia. Di mana dari kelas 10 hingga kelas 12 akan menampilkan bakat dari setiap kelasnya. Ternyata minggu ini kelas Ragna yang akan tampil. Mungkin, itu juga yang membuat Arista datang pagi-pagi sekali. Ia ingin duduk paling depan untuk melihat penampilan laki-laki idamannya itu.

Tiba-tiba kedua temannya datang dan duduk di samping Arista. Ia menoleh kemudian bertanya kenapa mereka lama sekali.

"Gue dandan dulu bentar, Ris. Mas ex, kan, mau tampil. Jadi gue harus cantik biar dia ngelirik gue," ucap Davita sambil membenarkan rambutnya yang sudah sangat rapi.

"Lo. Ngarep balikan sama Kak Dipta, ya?" tanya Zalika, membuat Davita membulatkan matanya kaget.

Davita dan Dipta memang pernah menjalin hubungan saat mereka masih kelas 8 SMP. Davita menyadari jika waktu itu cintanya masih cinta monyet yang hanya untuk main-main saja. Arista juga tidak menyangka jika temannya dan teman Ragna adalah mantan. Rasanya dunia sempit karena kebetulan ini.

Davita ingin menjawab. Namun, tidak jadi karena ternyata acara itu sudah di mulai.

Acara demi acara telah ditampilkan, hingga giliran Ragna sekarang. Laki-laki itu terlihat menunduk ke bawah. Entah apa yang dilihatnya. Arista hanya memerhatikkan dengan jantung yang berdetak kencang.

Ragna mulai mengeluarkan suara merdunya. Laki-laki itu ternyata bernyanyi sholawat. Arista yang melihatnya seketika meneteskan air mata. Membayangkan bagaimanana jika nanti ia menikah dan menjadi makmum dari Ragna. Pikiran ini sangat kejauhan, tetapi memang hanya itu yang ada dipikirannya sekarang.

Zalika yang menyadari jika Arista menangis segera bertanya. "Lo kenapa?"

Arista pun langsung mengusap air matanya. Ia juga tidak tahu mengapa tiba-tiba menangis saat mendengar suara dari laki-laki idamannya itu.

"Suara Kak Ragna bagus banget, Ris. Gue gak mau tau, lo harus bisa dapetin dia," ucap Davita tiba-tiba. Membuat Arista maupun Zalika menoleh ke arahnya. Bukan tanpa alasan. Selama ini, hanya mereka bertiga yang tahu perasaan Arista kepada laki-laki itu. Ia takut jika ada orang lain yang mendengarnya.

Davita yang ditatap seperti itu langsung diam. Seolah tahu jika tatapan dari kedua temannya itu adalah sebuah peringatan untuk dirinya tidak berbicara apa pun lagi.

***

Bel telah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Bukannya pergi ke kelas. Arista malah pergi ke taman belakang sekolah. Ia sengaja pergi ke sana untuk menghilangkan rasa bosan karena sekarang kelasnya sedang jam kosong.

Arista duduk di kursi panjang. Di depannya terdapat banyak sekali tanaman dan berbagai jenis bunga. Rumput-rumput hijau juga pohon rindang menambah kesan sejuk ketika berada di sana. Gadis itu menutup matanya menikmati angin yang menerpa kulit lembutnya.

Tiba-tiba kursi bergerak seperti ada yang mendudukinya. Arista menoleh untuk melihat siapa orang yang baru saja duduk di sebelahnya. Seketika jantung gadis itu berdetak kencang, napasnya seolah berhenti, udara sejuk berubah menjadi panas.

"Ikut duduk boleh, 'kan?" tanya orang itu memandang ke arah Arista sebentar.

Arista tidak menjawab. Ia masih tidak percaya jika orang yang ada di sebelahnya ini adalah Ragna, laki-laki yang selama ini dia sukai.

"Gue pasti lagi mimpi." Arista bergumam pelan sambil terus menatap Ragna.

Ragna menoleh kemudian menaikan satu alisnya. "Apa? Lo bilang sesuatu?"

Arista menggeleng pelan. Ia pasti sedang mabuk Ragna sekarang karena suara laki-laki itu jelas nyata sekali terdengar olehnya. Gadis itu segera mengusap wajah untuk menyadarkan dirinya.

Ragna yang melihat itu menjadi ikut bingung. Ia pun segera pergi dari sana karena mendapat pesan dari Dipta jika ada hal penting yang harus dibicarakan.

"Sadar Arista, sadar! Otak lo pasti lagi dipenuhin sama Kak Ragna sekarang, makanya lo halu." Arista berbicara pada dirinya sendiri.

"Kamu enggak lagi halu. Ragna emang beneran nyata dan ada duduk di samping kamu tadi," ucap seorang perempuan yang tidak Arista kenal.

Perempuan yang memakai jas osis itu berjalan menghampiri Arista kemudian duduk di sampingnya.

"Kenalin. Nama aku Vereka Cassaundra. Teman sekelasnya Ragna." Perempuan itu memperkenalkan dirinya dengan tangan yang mengajak Arista untuk berjabat.

Dengan pertanyaan penuh di kepalanya. Arista tetap menerima jabatan tangan dari perempuan itu. "Arista Magdalena Prima, Kak."

"Kamu suka sama Ragna, ya?" tanya Vereka tiba-tiba, membuat Arista membulatkan matanya kaget. Dari mana kakak kelasnya ini tahu?

"E—enggak. Kok," gugup Arista.

Vereka tersenyum melihat Arista yang gugup seperti itu. Ia sudah tahu karena tidak sengaja mendengar obrolan gadis itu dengan dua temannya saat dia sedang merekam penampilan Ragna.

"Gak usah canggung gitu. Aku tadi denger sendiri saat kamu lagi ngobrol sama temen-temen kamu. Apalagi, dengan tingkah dan omongan kamu pas tadi ada Ragna. Itu semakin bikin aku yakin kalo kamu emang suka sama dia."

Arista diam, sekarang rahasia itu sudah mulai ada orang lain yang mengetahuinya.

"Tenang aja, rahasia kamu aman sama aku. Kita bisa jadi teman dan mungkin aku bisa bantu kamu untuk deket sama Ragna." Vereka berbicara itu dengan penuh keyakinan.

Arista tersenyum. Ia senang jika mempunyai teman kakak kelas yang baik seperti ini. Apalagi, Vereka satu kelas dengan Ragna. Itu akan memudahkannya untuk mencari tahu tentang laki-laki itu.

Hallo, semuanya🥰

Gimana sama part ini? Suka engga?

Makasih buat yang udah mau baca❤️

Semoga kalian suka sama cerita kedua ku ini😍

Jangan lupa vote and coment guys:*
Thank you and see you next part...

❤️❤️❤️❤️❤️

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now