9 - Dibohongi

20 1 0
                                    

Happy reading ....🤗

Arista berdiri di koridor dengan mata yang memandang fokus ke arah lapangan. Gadis itu membawa satu botol air minum untuk diberikan kepada Ragna setelah nanti laki-laki itu selesai olahraga.

Di samping kanan dan kirinya ada Zalika dan Davita yang juga menemani. Tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri mereka dengan baju basah karena keringat, kemudian mengambil alih botol air minum yang dipegang Arista dan langsung meneguknya hingga tersisa setengah.

Arista yang melihat itu menatap tajam kepada laki-laki tersebut. Minuman itu untuk Ragna mengapa dengan lancang dia mengambil dan meminumnya. Sungguh tidak sopan.

"Kak Aksa?" pekik Arista. Ia sungguh tidak terima minumannya tinggal tersisa setengah dan sisa itu malah dipakai Aksa untuk mencuci wajahnya hingga air itu benar-benar habis.

"Makasih airnya." Aksa mengembalikan kembali botol kosong itu kepada tangan Arista kemudian pergi begitu saja.

Arista menggeram kesal, ia sungguh membenci kakak kelasnya ini. Gadis itu melempar botol kosong tersebut ke arah Aksa dan tepat sasaran sekali karena langsung mengenai kepala belakang laki-laki itu.

Aksa menoleh kemudian mengusap belakang kepalanya yang sakit karena lemparan itu cukup keras.

"Lo kenapa, sih?" tanya Aksa saat tiba di hadapan gadis itu.

What? Aksa masih menanyakan kenapa? Setelah laki-laki itu mengambil air yang seharusnya itu untuk Ragna. Wajah tampan tanpa merasa berdosa itu membuat Arista semakin ingin mencakar dan menonjoknya sekarang juga.

Arista menghentakkan kakinya kesal. Ia tidak mengerti kenapa manusia semenyebalkan Aksa harus ada di dunia ini.

"Kenapa kakak minum air itu? Air itu buat Kak Ragna." Arista menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia tidak tahu mengapa bisa sesedih ini jika air itu tidak sampai ke tangan Ragna.

Aksa yang melihat perubahan Arista seketika merasa bersalah, ia sungguh tidak bermaksud membuat gadis itu bersedih karena biasanya Arista hanya akan kesal dan tidak sampai sedih seperti sekarang ini.

Laki-laki itu segera meminta maaf karena kelakuannya kali ini yang mungkin memang sudah keterlaluan.

"Kakak, sih, makanya jangan gangguin Arista terus," ujar Davita akhirnya angkat bicara setelah sedari tadi ia hanya menjadi penonton.

Zalika mengusap punggung Arista berusaha menenangkan gadis itu yang mungkin sebentar lagi akan menangis.

Aksa segera bertekuk lutut di hadapan Arista karena gadis itu hanya menunduk, laki-laki itu kemudian menyatukan tangannya memohon agar Arista bisa memaafkannya.

"Tapi boong, wle! Emang enak dikerjain. Makanya jangan nyebelin jadi orang," ledek Arista kemudian pergi meninggalkan Aksa yang masih setia bertekuk lutut.

Sial. Aksa dikerjain balik ternyata, ia dapat melihat wajah Arista yang sangat senang sekali ketika gadis itu berhasil membohonginya.

Zalika dan Davita menahan tawanya ketika melihat wajah kesal Aksa, kemudian pergi untuk menyusul Arista.

***

"Berengsek!" Davita melempar ponsel itu ke atas ranjang.

Gadis itu kesal setelah melihat sebuah foto dari story yang Ragna buat. Bukan foto biasa, melainkan foto yang isinya tiga orang laki-laki, yaitu Ragna, Dipta dan Ezra bersama dua orang perempuan yang entah siapa.

Davita merasa ikut dibohongi karena kemarin, Arista mengajak Ragna untuk photobooth bersama mereka. Namun, laki-laki itu menolak karena katanya tidak pernah bermain jauh dengan perempuan mana pun apalagi hingga berfoto.

"Yang katanya gak pernah main jauh sama cewek apalagi sampe foto bareng. Terus ini apa berengsek Ragna? Mereka berdua bukan cewek gitu? Mereka itu banci? Tempat ini juga, setahu gue lebih jauh dari pada tempat photobooth yang kita ngajakin, lo!" Davita memandang kembali foto tersebut sambil memarahi Ragna seolah laki-laki itu memang ada di hadapannya.

Arista hanya bisa menangis, seengak mau itu kah Ragna dekat-dekat dengannya hingga berbohong seperti ini.

"Buat lo, Arista! Gue harap lo bisa ngambil pelajaran dari sini. Ragna itu bukan cowok baik, dia udah bohong sama lo. Dan kebohongan adalah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Karena kalo awalnya tukang bohong, ke depannya juga bakal tetep bohong. Gue yakin lo ngerti maksud gue," lanjut Davita dengan emosi yang mulai mereda.

Davita juga merasa sakit karena difoto itu Dipta terlihat dekat sekali dengan salah satu perempuan itu.

Zalika hanya diam sambil memeluk tubuh Arista. Gadis itu bisa meraskan bagaimana sakitnya Arista sekarang. Dibohongi oleh orang yang kita cintai memang sakit sekali, tetapi kita jadi tahu jika kita tidak boleh terlalu percaya kepada seseorang karena endingnya hanya akan merasa kecewa.

Arista jadi ingat ucapan Zalika beberapa hari lalu yang mengingatkan dirinya untuk tidak berharap lebih karena sampai sekarang Ragna belum juga memberikan kepastian.

Gadis itu merasa semakin hari sifat asli Ragna semakin terlihat. Laki-laki itu tidak sebaik seperti apa yang ada dipikirannya selama ini. Ia jadi ragu, apa dia bisa kuat menghadapi seseorang yang entah hatinya untuk siapa, apa dia kuat menunggu hingga waktunya tiba padahal belum tahu akhirnya bahagia atau kecewa, apa dia kuat mencintai laki-laki yang tidak pernah peduli dengan keberadaannya ini.

Arista tetap lah Arista yang sangat keras kepala. Ia memiliki seribu harapan untuk tetap mempertahankan Ragna. Perempuan berzodiak pisces dengan segala kelembutan dan cintanya akan berusaha untuk yakin jika Ragna adalah laki-laki terbaik yang dikirim semesta untuknya.

"Mungkin itu cuma temennya, Vit," ujar Arista dengan air mata yang mulai mereda.

Zalika maupun Davita menatap Arista dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa pun alasannya kebohongan adalah hal yang tidak bisa dimaafkan.

"Are you sane?" tanya Davita tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Arista mengangguk. "Gue waras. Tapi, di sini Kak Ragna enggak sepenuhnya salah. Mungkin dia bilang gitu karena gak mau bikin gue sakit dan berusaha jaga perasaan gue. Meskipun gue tau cara dia salah dengan pergi main sama orang lain padahal sebelumnya gue ngajak duluan. Tapi, gapapa itu sedikit bikin gue sadar dan harus intropeksi diri apa yang kurang dan salah dari diri gue sehingga Kak Ragna nolak pergi bareng gue dan memilih pergi sama yang lain."

Davita menggeleng. Ia tidak menyangka jika rasa cinta temannya ini kepada Ragna sudah sedalam itu. Arista hanya sedang menutupi kenyataan dengan sebuah harapan yang didasari kebohongan, memaksakan rasa senang yang dia buat hanya untuk memenuhi ekspetasinya.

Zalika menyimpulkan jika Arista tahu dan sadar jika perlakuan Ragna selama ini hanya bentuk penolakan yang tidak langsung disampaikan oleh lisan. Akan tetapi, Arista menolak itu dan menentang jika kenyataan tidak seperti itu meskipun sebenarnya iya ....

Hallo, semuanya🥰

Gimana sama part ini? Suka ngga?

Gimana? Ada yg sama kayak Arista? Yg kalo udaa jatuh cinta bakal buta? Semua orang kek nya bakal gitu ya wkwk

Makasih buat yang udah mau baca cerita kedua ku ini.

Jangan lupa vote and coment guys:*
Thank and see you next part....

❤️❤️❤️❤️❤️

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now