2 - Pulang bareng Aksa

42 2 0
                                    

Happy reading ....🤗

Bel pulang telah berbunyi sejak tiga puluh menit lalu. Arista yang baru selesai piket sedang menunggu jemputan di parkiran sekolah. Parkiran sudah sepi hanya ada beberapa motor dari anak-anak  organisasi yang masih ada kegiatan.

Seketika, Arista memfokuskan pandangannya ke arah Ragna dan Dipta yang sedang asik mengobrol sambil menyalakan mesin motornya. Ia tersenyum melihatnya. Jika saja laki-laki itu pulang sendiri, Arista pasti akan meminta Ragna untuk mengantarnya pulang.

"Hayo. Ngeliatin apa lo?" tanya seorang membuat Arista seketika mengalihkan pandangannya.

Arista menghela napasnya panjang. Ia tidak mengerti mengapa Aksa selalu saja merusak mood-nya. Gadis itu sedang asik memerhatikkan Ragna, tetapi laki-laki menyebalkan ini malah mengganggunya.

"Tumben sendiri. Dua bocil cerewet itu ke mana? Biasanya selalu stay di mana pun dan kapan pun." Aksa membuka helm nya tanpa turun dari motor n-max abu kesayangannya.

Arista sempat bingung siapa yang dimaksud dari dua bocil cerewet itu, hingga ia sadar jika julukan itu untuk kedua temannya.

"Pulang duluan. Tadi gue ada piket dulu," jawab Arista dengan wajah datar.

"Hahaha. Kasian banget. Punya temen, kok, enggak setia kawan," ledek Aksa sambil tertawa puas sekali.

Arista memutar bola matanya malas. Ia tidak tahu di mana letak lucunya hingga membuat Aksa tertawa seperti itu.

"Mau gue anter enggak?" tanya Aksa dengan tawa yang mulai mereda.

Arista menatap laki-laki itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa maksudnya? Tadi saja Aksa meledek dirinya, mengapa sekarang tiba-tiba baik dengan menawarkan hal ini.

"Iya tau. Gue ganteng. Jangan liatin gue kayak gitu, deh, nanti kalo lo jatuh cinta gue gak jamin bisa tanggung jawab," ucap Aksa sambil membenarkan rambutnya dan bercermin di kaca spion.

Arista ingin muntah mendengar itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang memiliki rasa percaya diri tingkat tinggi seperti Aksa ini.

"Masih lebih ganteng mas crush gue, sih," balas Arista kemudian berjalan meninggalkan laki-laki itu.

Baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba harus berhenti karena HP-nya berbunyi dan ada panggilan masuk dari orang yang akan menjemputnya.

Arista membuang napasnya kasar. Bukan tanpa alasan, ternyata motornya mogok dan harus dibawa ke bengkel. Itu artinya, orang itu tidak bisa datang untuk menjemput dirinya.

Aksa yang memerhatikkan itu dari tadi segera menyalakan motornya dan menghampiri Arista.

"Kenapa? Pasti gak jadi dijemput, ya? Udah, deh, ini emang takdir kita untuk pulang bareng Arista Magdalena Prima."

"Ayo, cepet naik!" lanjutnya sambil memberikan satu helm untuk gadis itu.

Arista hanya diam. Ia tidak pernah mau terjebak dalam situasi seperti ini. Namun, kali ini dia terpaksa menerima ajakan Aksa karena ini juga sudah sore dan akan susah untuk mendapatkan angkutan umum.

Gadis berpipi chubby itu segera menerima helm tersebut dan memakainya. Setelah itu, ia segera naik dengan bertumpu pada bahu Aksa. Motor abu itu pun meninggalkan area sekolah.

Di perjalanan menuju pulang. Aksa tidak pernah berhenti bicara, entah itu bicara hal penting atau pun tidak. Sesekali kali Arista juga tertawa karena omongan laki-laki itu yang sangat random. Jalanan kota yang macet tidak membuat mereka bosan karena diisi dengan canda dan tawa.

Berada diposisi seperti ini, membuat Arista jadi membayangkan. Bagaimanana jika dirinya dan Ragna yang seperti ini. Pulang bersama, menikmati angin sore dan melihat gedung-gedung tinggi selama perjalanan. Ah, baru membayangkan saja sudah sebahagia ini bagaimanana jika benar-benar terjadi.

Tentang Kamu dan RasaWhere stories live. Discover now