[2] Bad Day

9.4K 310 25
                                    

Enola sudah siap dengan seragam olahraga yang melekat ditubuh ideal nya, hari ini Ia akan mengikat rambut nya ke atas, karena kebetulan ada pelajaran olahraga.

Saat akan meraih tas sekolah nya yang berwarna navy dari atas ranjang, tanpa sengaja Enola melirik ke arah tangan kirinya, di sana terdapat luka goresan bekas semalam.

Helaan nafas keluar dari bibir Enola, lalu tak lama kemudian Enola mengambil cardigan berwarna putih tulang dari dalam lemari, kemudian memakainya.

Setelah memakai cardigan tersebut, Enola berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya di cermin, lebam di pipinya sudah terlihat memudar membuat senyum Enola mengembang, tapi goresan luka di tangan nya akan lebih lama hilang, jadi Ia memakai cardigan.

Cardigan sudah seperti sahabat sejati untuknya, karena cardigan lah yang akan menutupi luka-luka di tangan atau tubuh nya, dan terhindar dari wawancara dadakan orang-orang di sekolah.

"Semangat," gumam Enola sambil tersenyum berusaha menghilangkan awan hitam yang membalut dirinya.

Setelah siap, Enola langsung keluar dari kamar menuju ruang makan.

Saat berada di tangga paling bawah, Enola dapat melihat ke arah ruang makan, di sana sudah ada semua orang, dan mereka sedang makan dengan damai dan tenang.

"Aku tunggu di luar aja deh," gumam Enola.

Tak ingin mengganggu ketenangan di ruang makan, Enola memutuskan menunggu Seril di luar, karena mereka selalu berangkat sekolah bersama, meskipun harus di hadapkan dengan side eye yang selalu Seril tampilkan.

Seril adalah kakak Enola, yang merangkap juga sebagai kembaran dari Gavin.

Enola, Seril, dan Gavin menimba ilmu di sekolah yang sama, yaitu SMA Gajah Mada. Enola berada di kelas 10 IPA 3, Sesil di 11 IPS 1, dan Gavin di 11 IPS 2.

***

"Enn!"

Teriakkan seorang gadis berhasil mengambil alih atensi Enola yang baru memasuki koridor kelas 10. Gadis itu adalah Rachel Evanya, sahabat satu-satunya yang dimiliki oleh Enola.

Rachel mempunyai sifat yang hampir mirip dengan Enola, yaitu polos dan baik, tapi Rachel sedikit berbeda karena gadis itu pemberani, tak seperti Enola yang mental nya sudah di down kan oleh keluarga nya sendiri, membuat Enola selalu ketakutan.

"Hai, Rachel," sapa Enola.

Bukannya menjawab, Rachel malah merangkul bahu Enola dengan alis yang Ia naik turunkan sekali, seolah membalas sapaan Enola.

"Gimana PR Fisika, udah?" tanya Rachel.

Mendengar itu, sontak Enola menggelengkan kepalanya, Ia sudah tau ke mana arah pembicaraan ini, yang akhirnya pasti Rachel ingin menyontek.

"Bukannya aku udah ajarin ya?" heran Enola.

"Iya sih, tapi tetap aja, aku gak bakal ngerti kalau soal fisika, hehehe," cengir Rachel.

Enola hanya tersenyum, Ia sudah terbiasa dengan Rachel yang selalu menyalin tugas rumah nya, lagi pula mereka sudah seperti twins yang selalu berbagi dan kemana-mana selalu bersama.

Mereka berdua terus berjalan, sampai akhirnya tiba di kelas mereka, ternyata di sana sudah tak siapa-siapa, karena memang bel masuk sudah berbunyi dari 4 menit yang lalu.

Enola dan Rachel segera menyimpan tas mereka, lalu kembali keluar dari kelas menuju lapang outdoor, karena pelajaran pertama adalah olahraga.

"Wah wah, Kak Gavin ganteng banget ya," kagum Rachel.

ENOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang