[17] Weird

8.2K 433 24
                                    

Sepulang dari Mall, Enola terus mengurung diri di dalam kamar, Ia tak memiliki niat dan semangat untuk bergabung dengan yang lain di lantai bawah, selepas bertemu Seril yang ternyata sedang mengandung anak dari Josua, Enola seolah kehilangan semangat.

Bukan karena cemburu, tapi karena merasa sudah dikhianati oleh Seril, selama ini, Sesil tau jika Enola dan Josua dekat, bahkan dalam beberapa kesempatan, Seril sering melihat Josua yang terus mendekati Enola.

Tapi, ketika bertemu tadi, ternyata Seril sedang hamil anak Josua, perut nya pun ternyata sudah lumayan besar, Enola bahkan baru menyadari nya tadi, karena dalam kesehariannya, Seril selalu memakai baju oversize.

Jika dipikir-pikir, Seril dan Josua pasti menjalin hubungan di belakang dirinya. Enola tak habis pikir, kenapa Josua mendekati dirinya jika Josua sudah berhubungan dengan Seril?

"Enola?"

Tubuh Enola tersentak kaget saat sebuah tangan besar hinggap di bahu nya, bahkan Enola sampai menjatuhkan gelas yang Ia pegang sedari tadi.

"Kakak?" kaget Enola.

Lamunan Enola buyar, Ia memutar tubuh agar berhadapan dengan Brian. Enola tak menyadari kehadiran Brian di dalam kamarnya.

Kening Brian mengerut heran, Ia dapat dengan jelas menyadari perubahan Enola, semenjak pulang dari Mall, gadis itu terlihat murung dan mengunci diri di kamar. Bahkan saat Brian memanggil nya beberapa kali, Enola tak bergeming.

"Ahh, Kak maaf, Enn gak sengaja jatuhin gelas nya!" panik Enola.

Wajah kaget Enola berubah menjadi panik, tanpa menghiraukan Brian, Enola segera membungkuk berniat mengambil gelas tersebut, untung saja gelas nya tidak pecah.

Tapi, sebelum tangannya meraih gelas tersebut, Brian dengan cepat mencegah dengan mencekal tangan Enola, membuat jantung Enola berdegup kencang. Ia teringat kejadian kemarin saat Ia memecahkan gelas di dapur, apakah Brian akan marah lagi sekarang kepadanya? pikir Enola.

"Kak... Maaf, Enn b-beneran gak s-sengaja," kata Enola gagap.

Tangan Enola yang di cengkram Brian mengepal takut, bahkan Enola sempat ingin memundurkan langkah nya, tapi tak bisa karena tangannya di cekal.

Apalagi saat melihat wajah datar Brian, Enola semakin takut saja.

"Kak ak-"

"Masih sakit?" tanya Brian tiba-tiba.

"Hah?"

Saat akan kembali meminta maaf, Enola dibuat bingung dengan pertanyaan Brian yang tiba-tiba, alhasil Ia hanya menatap Brian dengan tampang polos, membuat Brian menghela nafas pelan.

Perlahan, Brian menggenggam tangan Enola, lalu membukakan kepalan nya, sehingga Ia bisa melihat tangan Enola yang di plester.

Manik tajam nya meneliti plester tersebut, Ia bahkan mengusap pinggir plester tersebut, seolah ikut merasakan sakit dari luka yang dialami Enola.

"Masih sakit?" tanya Brian lagi dengan nada yang berubah sedikit lembut.

"Emm, enggak," balas Enola canggung.

"Kenapa gelas nya jatuh? kalau gak sakit?"

Enola terlihat semakin bingung dengan pertanyaan Brian, Ia menatap Brian dengan kening mengerut nampak sedang berpikir.

Melihat hal tersebut, Brian berdecak pelan, lalu melepaskan tangan Enola, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana nya.

"Gelas nya jatuh, bukan karena tangan nya sakit kan?" tanya Brian memastikan.

ENOLAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora