[14] 🩸

9.1K 343 8
                                    

"Kak, aku gapapa kok, gak usah diobatin, ini cuma luka kecil, darah nya juga gak banyak, ak-"

"Bisa diem gak?" sentak Brian sedikit kasar.

Brian tak menoleh ke arah Enola sedetik pun, Ia sibuk mengobrak-ngabrik laci dan lemari, untuk mencari kotak P3K. Entah dimana kotak itu berada, seakan menghilang di telan bumi.

Kotak P3K memang selalu tersedia di seluruh ruangan rumah ini, Zoya adalah tipe orang yang sangat Freepare, jadi jika ada orang sakit atau terluka, tidak usah mencari kemana-mana lagi.

Kak Brian pasti marah, batin Enola.

Kedua mata Enola tidak fokus dari tadi, Ia menatap gusar sekeliling nya, kedua tangan nya saling meremas di pangkuan, dengan wajah yang sudah pucat pasi. Trauma itu sangat mempengaruhi Enola.

Setelah menemukan kotak P3K yang sedari tadi dicari, Brian langsung mendekati Enola yang sedang duduk di sisi ranjang dengan langkah pelan tapi lebar.

Wajah nya senantiasa datar tanpa ekspresi, membuat Enola semakin cemas saja.

"K-kak, m-maafin Enn," lirih Enola.

"Aku bilang diam!"

Bibir Enola kembali mengatup rapat, Ia memejamkan sekejap kedua mata nya saat di bentak oleh Brian, tapi tak lama dari itu, Ia kembali membuka mata, bahkan melotot, terkejut, karena Brian menarik tangan nya yang terluka.

Niat hati ingin menarik tangan nya, karena tidak ingin merepotkan Brian, Enola malah meringis, karena cekalan tangan Brian yang kuat, membuat nya tidak bisa berkutik.

"Sshhh...." ringis Enola.

Beberapa kali ringisan keluar dari bibir Enola, tapi, Brian sama sekali tidak menghiraukan nya, Ia malah fokus untuk mengobati luka akibat pecahan gelas tersebut, mulai dari membersihkan luka nya, memberika betadine, dan membalutnya menggunakan perban kecil.

"Lain kali jangan terluka," ujar Brian datar.

Tanpa sadar, senyum di wajah cantik Enola tersungging, Ia merasa sedikit senang karena ada yang mengkhawatirkan nya.

"Gelas itu berasal dari Paris," sambung Brian datar.

Deg. Seketika senyum di wajah Enola memudar, kembali digantikan dengan raut wajah sedih dan menyesal. Sepertinya Enola sudah membuat masalah di rumah ini, padahal Ia baru tinggal beberapa hari.

Enola menarik tangan nya dari genggaman Brian pelan-pelan, lalu menundukkan kepala nya dengan perasaan tak enak.

Tadi nya Enola merasa sedikit senang, Ia kira Brian sudah mulai menerima kehadiran nya di keluarga ini, tapi sepertinya Ia salah, karena Brian masih sama, masih membenci dirinya.

"Maaf Kak," cicit Enola.

"Hmm."

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Brian bangkit, memutar tubuh nya ke arah pintu, lalu melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Enola yang sedang diliputi perasaan sedih.

Perlahan kepala Enola terangkat, Ia menatap nanar pintu kamar nya yang sudah kembali tertutup.

"Aku selalu jadi benalu dimana pun," gumam Enola.

***

"Lohh, tangan nya kenapa, sayang?" kaget Zoya.

Tanpa meminta persetujuan Enola, Zoya menarik tangan putri nya, meneliti tangan Enola yang diperban. Sungguh, Zoya tidak tau jika Enola sudah terluka, karena Ia baru pulang dari Toko kue nya.

Zoya memiliki Toko kue atau bisa di sebut cafe, dimana menunya lebih ke dessert, berupa cake dan minuman kekinian.

"Aku gapapa kok Mom."

ENOLAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum