[5] Party

5.5K 227 5
                                    

Pulang sekolah, Enola langsung disibukkan dengan semua baju kotor orang di rumah, meskipun ada Bibi, tapi tetap Enola lah yang mengerjakan. Bibi hanya fokus membuat sarapan, makan siang, dan makan malam.

"Banyak banget," keluh Enola.

Tangan kanan Enola mengusap peluh keringat di kening nya, Ia menatap lesu ke arah tumpukan baju kotor yang ada di keranjang, sudah terhitung satu jam Enola ada di ruang laundry, tapi masih belum juga selesai.

Memang, semua orang di rumah ini, memakai baju yang boros, dikit-dikit ganti, membuat pekerjaan Enola semakin banyak.

"Semoga ini cepet selesai, aku belum ngerjain tugas," gelisah Enola.

Hari ini, Ia harus segera menyelesaikan tugas sekolah nya, karena sudah tertunda beberapa hari akibat Ia sakit dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Selesai memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci, Enola duduk di kursi plastik yang ada di sebelah keranjang baju kotor, kaki nya Ia selonjor kan karena merasa pegal.

"Enola."

Lamunan Enola buyar begitu saja saat ada suara seseorang yang sangat familiar memanggil nya. Refleks, Enola menolehkan kepalanya ke arah pintu, dimana ada Gavin yang tengah berdiri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.

"Iya Kak?" jawab Enola cepat.

Buru-buru Enola berdiri dari duduk nya, Ia menatap Gavin was-was.

Gavin berdiri di luar ruang laundry menatap Enola dengan pandangan biasa, tak datar atau pun penuh emosi, membuat Enola sedikit bingung, karena tak biasanya Gavin seperti itu.

"Ngapain masih di sini?" tanya Gavin.

"Mmm, aku lagi nyuci baju," balas Enola pelan.

"Pergi ke kamar, siap-siap," titah Gavin.

Kening Enola mengerut mendengar perintah Gavin, untuk apa Ia siap-siap? perasaan Ia tidak punya rencana untuk pergi, pikir Enola.

Melihat wajah polos Enola, Gavin memutar kedua bola mata nya malas, lalu Ia berdecak sebal.

"Lo bentar lagi di jemput Josua ke pesta Gio," jelas Gavin ketus.

"Hah?" kaget Enola.

"Lo ngerti gak sih?" kesal Gavin.

Gavin menatap Enola dengan pandangan yang sedikit kesal, karena gadis itu hanya melongo di tempat nya. Karena Josua adalah sahabat nya, jadi Ia akan membiarkan Enola pergi ke pesta malam ini, dan tentu saja Gavin sudah membujuk Sang Papah agar mengizinkan Enola menghadiri pesta sahabat nya Gio.

"Tapi, Aku-"

"Gue udah ngomong sama Papah, dan lo di kasih ijin," potong Gavin cepat.

Enola terdiam, apa Ia tak salah dengar? apakah benar Brama mengijinkannya menghadiri pesta itu? pikirnya. Tapi, Enola semakin merasa bingung, karena sikap Gavin yang seakan berubah malam ini, dimana kakak nya itu tiba-tiba bicara baik-baik padanya dan memintakan ijin kepada Brama.

"Cepet!" sentak Gavin.

Mata Gavin menatap Enola tajam karena gadis itu tak kunjung bergerak dari tempat nya.

"Iya Kak," balas Enola sedikit takut.

Setelah Gavin pergi, Enola segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, lalu pergi ke kamar nya untuk siap-siap. Senyum di wajah nya terpancar indah, karena untuk pertama kalinya Ia akan datang ke sebuah pesta ulang tahun.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Enola sudah siap untuk pergi ke pesta ulang tahun Gio.

ENOLAWhere stories live. Discover now