awal mula (1)

886 39 0
                                    

Seorang wanita hamil sedang duduk di sebuah kursi cafe dengan koper disebelahnya menunggu seseorang.

" Jen , kamu sudah lama?." Ucap seseorang pria sambil menepuk pundaknya dari belakang membuat wanita itu kaget.

"Enggak juga kok , aku baru aja disini." Ucap wanita itu sambil menatapnya dengan tatapan aneh dengan koper disampingnya membuat pria tersebut menatap selidik.

" Kamu ada yang mau dibicarakan penting?. Muka mu kelihatan ada yang mau dibicarakan serius , cerita aja ke kakak Jen". Lantas wanita itu menatapnya dengan serius.

" Aku mau kasih tau kalau Theo anggap anak yang aku kandung bukan anak dari dia kak , aku harus gimana mau yakinkan dia, tadi malam ada orang kirim foto aku lagi pelukan sama cowok dan berduaan sama cowok di depan apartemen terus dia marah langsung usir aku" Ceritanya membuat pria bernama Dimas itu menatapnya kaget.

" Kok bisa?siapa cowok itu? , terus anak kamu gimana? Kandungan kamu masih usia 5 bulan, kasihan sekali bayi itu tidak mau di akui sama papa nya." Sungguh Dimas pun kaget mendengarnya bagaimanapun dia adalah kakak Jen , dia pasti khawatir.

" Orang yang aku peluk itu teman dekat aku kak , aku pelukan sama dia karena dia mau pamit ke jepang. Aku ketemu sama dia di apartemen waktu habis dari apartemen Lisa beberapa bulan lalu." Jen menjelaskan semuanya dengan muka yang sedih. Jelas mendengar itu dimas sedih , gimana nasib adiknya ini. " Ya udah kamu ikut sama kakak ya , tinggal sama kakak sama istri kakak."

Akhirnya mereka pun beranjak dari cafe tersebut untuk pulang ke rumah , yang bertanya apakah istri Dimas nanti tidak keberatan, jawabannya adalah tidak karena Jen berteman dekat dengan Jian istri dari dimas.

4 bulan berlalu

Dimas terlihat mondar mandir di depan ruang bersalin , perasaannya tidak enak tentang nasib adiknya.

" Mas , kamu tenang. Aku yakin Jen pasti kuat di dalam sana." Ucap Jian menenangkan sang suami yang sedang gelisah sedari tadi

" Aduh aku takut sayang , jadi takut deg kalau kamu ngelahirin nanti." Dimas langsung melihat perut istrinya. " Anak ayah sehat sehat ya jangan bikin bunda sakit." Ucapnya sambil mengelus perut Jian.

Pintu ruang bersalin terbuka membuat Dimas dan Jian menatap dokter yang baru saja keluar dengan muka penatnya.

"Dok gimana keadaan adik saya? Dia baik Baik aja kan? Gak kenapa kenapa kan? Dok? Dijawab dong , saya panik ini". Tanya Dimas bertubi tubi karena sang dokter hanya diam saya. Jian yang melihat itu kembali menenangkan Dimas yang panik.

" Mas tenang , kalau dokternya kamu tanya kayak gitu dia juga bingung kan mau jelasin darimana." Hal itu membuat Dimas diam dan menatap dokter di depannya.

" Untuk keadaan bayinya , dia sehat dan lahir dalam keadaan yang lengkap tanpa ada kekurangan. Tapi..."

" Tapi apa dok? Adek ipar saya baik baik saja kan?" Kali ini giliran Jian yg ikut panik tapi tidak sepanik Dimas tadi.

" Untuk ibunya , mohon maaf sekali dia mengalami pendarahan yang sangat hebat tadi sehingga... Membuat kami tidak bisa menyelamatkannya." Jelas dokter itu yang membuat Dimas dan Jian terdiam sekita. Dokter itu pun kembali pergi lalu keluarlah box bayi yang di dorong oleh suster membuat Dimas dan Jian menatap bayi itu sendu.

" Mas , aku kasihan dengan bayi itu, Jen kenapa ninggalin dia dan kita mas? Padahal Jen udah janji mau rawat bayi itu sama aku sampai bayi yang aku kandung juga lahir." Jian menitikkan air mata nya rasanya sedih dengan sebuah kalimat yang dilontarkan oleh dokter tadi.

" Aku juga sedih Jian , tapi ini sudah takdir dan kita gak bisa menentukan takdir yang sudah dibuat Tuhan." Tentu saja Dimas sedih tapi buat apa menangis hingga teriak teriak itu tidak akan mengembalikan adiknya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana nasib bayi itu nantinya.

" Permisi , ini ada surat yang dititipkan pasien tadi sebelum meninggal" suara satu suster itu dan memberikan suratnya kepada Dimas.

Kak dimas dan kak Jian , terimakasih karena sudah mau bantu aku , aku tau kok kak kalau aku gak akan bertahan karena sebelum melahirkan aku ada cek ke dokter , dan dokter bilang kandungan ku sedikit lemah. Kak aku mohon kalau aku gak bertahan tolong kasih bayi itu ke Theo ya kak , ke suami aku. Aku sama dia belum bercerai sama sekali Kaka , aku juga tidak tau , tapi please tolong kasih bayi ini ke dia ini permintaan terakhir aku ke kakak , kalau Theo gak mau please kak bujuk dia biarin bayi yang aku lahirin tinggal sama dia.

Oh , iya kak bayi itu aku namanya David aku mau dia diberi nama David Leonard Pratama, aku akan tetap masukkan nama Theo dibelakangnya.
Aku cuman mau bilang ini aja kakak , maaf kalau aku ada salah sama kakak.

                                    Ibu dari David
                                           Jennie

Setelah membaca surat dari Jen tersebut Dimas dan Jian tidak bisa lagi menahan air matanya. Segitu ingin kah Jen agar bayi itu tinggal bersama papa nya. Tapi Kalau itu yang Jen mau Dimas akan usahakan bagaimanapun itu ada permintaan terakhir dari sang adik




Yang penasaran

                             Dimas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

                             Dimas

   Teman Jen yang pelukan sama Jen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

   Teman Jen yang pelukan sama Jen

                             Jian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

                             Jian

David Where stories live. Discover now