[06] apartement

552 1 0
                                    


****

Hari ini lagi lagi lea absen dari
kelas karena harus mengantar sahabatnya, rencananya ia berniat mengantar sahabatnya ke bandara sekaligus berangkat sekolah tapi sehabatnya yang sungguh luar biasa mengacaukan rencana cantiknya mau tak mau ia absen mau datangpun sudah telat.

"ais! Gue bosen lagi " gumam lea sambil menunggu pintu lift terbuka untuk menuju apartementnya karena ada beberapa barang yang ia perlukan jadi ia memutuskan mampir dan kembali lagi kerumah kakeknya.

Pintu lift terbuka lea pun melangkah menuju apartementnya saat membuka apartement ia merasa ada sesuatu yang aneh saat pertama membuka pintu tapi apa, ia bingung.

"tumben nih gue tinggal ngk rusuh ni ruangan, apa pas gue tinggal udah gue bersihin ya, ais gue lupa bodo amat lah setidaknya ngak usah capek capek bersihin lagi" lea yang bingung tentang ruangannya yang bersih hanya menggaruk kepala dan segera ke kamarnya untuk sekedar mandi dan mengambil barangnya.

15menit ia pun selesai mandi dan
Mengganti bajunya dengan kaos hitam polos dan celana jensnya.

Membuka lemari pakaian lagu mengambil cadangan baju seragam, lalu buku pelajaran, dan benerapa novel yang belum sempat ia baca namun saat ia sibuk membereskan barang ia mendengar suara dari arah luar kamar ia pun berhenti dan mencoba mendengarkan,ia segera mengambil tongkat basebalnya dan mengendap keluar.

"ck, siapa sih lancang banget" saat ia sampai di dapur ia melihat seseorang berada dibalik pintu kulkasnya ia pun mengangkat tongkat basebal nya berniat memberi hadiahnya namun belum semoat tongkat itu bergerak kepala seseorang menonjol dan berbalik menatapnya.

"akkkhh ...pa-pa? " kaget Lea dengan matanya yang melotot.

"seprais... " ucap ayah dengan gembira namun tiba tiba muka papa mendatar dengan tatapan dinginnya.

"mampus, alarm bahaya" batin lea menjerit.

"ada apa dengan jidatmu?" tanya ayah to the poin.

"a? Oh jatuh pa" ucap lea seadanya ia tak mungkin mengatakan yg sebenarnya tapi ia pun memang mengatakan yang sejujurnya bahwa ia jatuh, jatuh dari lantai 5 sih "

"jatuh dimana? "
"kamu tidak memberitahuku"
"siapa yang melakukannya?"
Ucap ayah lea beruntun.

"loh papa kok pulang tidak memberitahu dulu biasanya papa pasti memberitahu" ucap lea bertanya dan diakhiri senyuman semanis mungkin namun naas sekali teman-teman muka menyeramkan dari seorang ayah didepan ini tidak berubah malah semakin menyeramkan.

"jangan mengalihkan pembicaraan arthea willson!!"
Lea yang mendengar nada keras itu lsngsung menutup mata dan segera mengambil nafas dalam dalam dan memaksakan senyum kembali sambil membuka matanya perlahan.

"duh pa, slow satu -satu ya, lea jelasin lea jatuh disekolah beberapa hari lalu dan lea sudah tidak apa apa " ucap lea dan tersenyum semanis mungkin.

"tidak apa-apa? Lantas siku mu? Lantas kaki mu?"

"mampus lo, kok bisa papa cepet balik harusnya lusa " batin lea terus menjerit merutuki rencana yang kacau.

"ya kan udah ke dokter udah diobati nanti juga sembuh, papa jangan hawatir okey" ucap lea memberi intruksi agar ayahnya tak perlu cemas.

"bagaimna papa tidak cemas luka mu baru dan bisa bisanya kau suruh papa tenang saat putri papa yg papa jaga ini lecet,papa akan bicara dengan kakek mu! " ucap mutlak ayah mampu membuat otot otot badan lea menegang.

"hah? Untuk apa pa, papa tidak perlu begitu ini kesalahan ku bukan kakek lagipun kakek sudah merawatku dan akupun tidur dimension kakek" lea terus membujuk papanya agar ia tak perlu bertemu kakek jika sampai bertemu bisa perang dunia ke 10
Namun naas teman teman penjelasan lea hanya angin lalu untuk pspanya.

Dan disinilah seorang arthea willson berada setelah 1 jam berdebat dengan papanya yang over posesif ,duduk diantara dua kutub utara dan selatan yang saling melempar kan tatapan dingin.

"hufftt... " lea hanya bisa berkali kali mengambil nafas banyak seolah ia akan kehabisan lebay memang tapi lea sudah cukup tegang berhadapan dengan dua orang yang sangat kejam dimatanya.

"ayah, kenapa kau tega" setelah sekian lama bersitegang akhirnya papa hanya mengeluarkan kalimat itu dan disambut tatapan dingin nantenang kakek.

"aku mempercayakan lea pada orang-orang mu tapi mereka tidak becus ayah lihat lah putriku, dari awal aku sudah bilang bahwa putriku tanggung jawab ku ayah" ucap papa kecewa.

"jadi menurutmu aku tidak becus?" lea merasakan nada kakeknya meninggi.

"eemm pa, kek lea baik baik saja jadi tolong tak perlu dibahas yang jelas aku baik baik saja kan? " ucap lea berharap bisa menghentikan perdebatan yang akan terjadi.

"diam lea, papa belum selesai" ucap papa membuat lea merapatkan kembali mulutnya.

"nak, masuklah kekamarmu biar kakek bicara dengan papamu" ucap kakek menyuruh lea kekamar lea pun berdia menuju kamarnya dan tak lupa menghentakkan kakinya ke tangga dan hal itu sontak membuat kakinya sakit ia lupa bawa ia memiliki luka untungnya ia tak berteriak bisa-bisa para orang tua dibawa mendatanginya.

"ayah, ku mohon jangan melibatkan lea dia anakku satu satunya aku tak ingin dia seperti kita terlibat bahaya" ucap papa arthea kepada ayah mertuanya.

"mau sampai kapan? Walau kau membawanya jauh dia tetap slalu jadi target musuh karna dia memiliki darah yang sama dengan kita "

"ayah, tidakkah kejadian dulu membuat mu sadar? Aku tak ingin arthea seperti dulu" Arga mulai mengingat masalalu dimna lea putrinya mengalami kecelakaan akibat dirinya.

"lea yang dulu beda dengan yang sekarang jadi berhentilah, walau kau menentang aku tetap akan melibatkannya" ucap kakek lea bulat tanpa bantahan hal itu mampu membuat papa lea frustasi ia mengusap kasar wajahnya lalu menunduk pasrah sampai kapan pun ia tak bisa melawan ayah mertuanya yang memiliki hal paten atas putrinya.

" kau tahu anak derik mendatangiku" ucapan kakek lea mampu membuat Arga melotot kearah Ayah mertuanya.

"Dia menawarkan dirinya menjadi pengawal putrimu, bukan kah itu menarik Arga? " ucap kakek lea dengan tenang.

"cih, bedebah kecil itu pasti memiliki niat terselubung" sinis Arga.

"ya seperti yang kau tau derik membuang bongkahan berlian ,lalu mengapa kita tak memungut bongkahan itu lalu membuatnya menjadi perhiasan bernilai".

"terserah ayah, tapi jika itu membahayakan putriku maka akan ku lenyapkan" ucap Arga yang telah mengerti jalan fikiran mertuanya yang licik.

Dangerous ZONE Where stories live. Discover now