2. MEMAHAMI

91 4 0
                                    

Jangan lupa klik bintang!

Terusik dari tidur karena bising alat konstruksi, Davian dengan wajah bantalnya terpaksa bangkit dari kasur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terusik dari tidur karena bising alat konstruksi, Davian dengan wajah bantalnya terpaksa bangkit dari kasur. Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul tujuh pagi, perjalanan yang cukup jauh membuatnya tidur sangat tenang malam tadi.

Dengan lunglai ia menuruni anak tangga satu-persatu, berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum, sekarang bising konstruksi tidak terlalu terdengar, namun dentingan alat masak sekarang membuatnya lapar.

"Pagi anak Ibu." Kirana yang sedang mengaduk nasi goreng tersenyum saat melihat anak bujangnya sudah bangun.

"Pagi juga, Ibu."

"Hari ini kamu diantar Pak Karta, ya? Ibu sudah bilang kemarin sama beliau," ucap Karina. Lansia itu memilih untuk membuka obrolan setelah sekian lama keduanya tidak berbicara secara langsung.

"Kemarin Pak Karta juga bilang, Bu. Tapi aku lebih memilih buat bawa mobil saja, karena takut nanti bentrok dengan jadwal antar Ibu, itu 'pun kalo diberi izin," sahut Davian. Setelah menuangkan air putih ke dalam gelas, ia membawanya ke meja makan.

Sembari mengaduk nasi goreng dan memasukkan beberapa bahan, Karina tampak mempertimbangkan ucapan sang anak. "Kamu yakin mau bawa mobil? Ibu agak khawatir kalo kamu nyasar."

"Tidak akan, Bu. Mungkin aku lupa sama jalan-jalan di Jakarta, tapi ada Pak Karta sama google maps yang bisa kasih tahu aku."

"Yakin, ya? Kamu nggak akan nyasar."

"Iya, Bu. Janji."

Dengan harapan diizinkan, Davian berdoa dalam hati. Hingga akhirnya, setelah Karina terdiam dan membawa dua piring nasi goreng, wanita itu mengangguk. "Ibu izinkan, asal kamu tidak kebut-kebutan di jalan, kalo lupa jalan kamu segera telepon Pak Karta atau pakai google maps," ucap Karina memberi izin.

Sumringah, Davian mengangguk kencang, tak lupa dengan ucapan terima kasihnya. Pagi ini, hubungan antara Ibu dan anak kembali dekat setelah sekian lama saling menahan rindu, dan untuk pertama kalinya Davian akhirnya dapat merasakan sarapan bersama dengan suasana yang hangat setelah dua belas tahun.

°°°

"Selamat datang, Dokter Davian, saya berterima kasih karena Anda bersedia bergabung dan ikut merawat para pasien bersama kami."

"Saya yang seharusnya berterima kasih, senang bisa bergabung."

Jabat tangan formal itu terlepas setelah saling menggenggam beberapa saat. Ya, hari pertama bertugas di rumah sakit. Tak ada berbeda dengan rumah sakit diluar negeri, bangunan berbau obat sudah menjadi makanannya sehari-hari.

"Selamat bertugas ya, Dokter. Dan untuk semuanya saya pamit undur diri terlebih dahulu karena ada kepentingan, mertua saya hendak pulang, jadi saya harus mengantarnya." Dengan tersenyum canggung pria dengan name tag manager rumah sakit tersebut dengan terpaksa pamit untuk pulang terlebih dahulu.

Evanescent [TERBIT]Where stories live. Discover now