6. BUKAN KISAH KASIH

42 2 1
                                    

Hallo! Kalo kalian mau boleh klik bintangnya ya guyss, enjoy!💗

"Yang pertama mendapatkan bola, dia adalah pemenangnya!" Anak kecil dengan kucir kuda itu berlari terlebih dahulu, lalu diikuti anak kecil satunya dengan kaos lengan pendek berwarna merah dengan gambar bendera kebanggaan Indonesia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yang pertama mendapatkan bola, dia adalah pemenangnya!" Anak kecil dengan kucir kuda itu berlari terlebih dahulu, lalu diikuti anak kecil satunya dengan kaos lengan pendek berwarna merah dengan gambar bendera kebanggaan Indonesia.

Keduanya saling berlomba untuk mendapatkan sebuah bola yang bergerak dengan putaran cepat, turun dari sebuah permukaan miring. Jika tidak memperhatikan langkah, mungkin saja kedua anak kecil dengan umur yang tak berselisih jauh itu akan tergelincir dan terguling-guling seperti bola yang mereka kejar.

"Aku yang akan mendapatkan bola itu!"

"Tidak, aku berlari lebih cepat darimu!"

Perlombaan saling menyalip itu terus berlanjut dengan adu mulut yang tak mau tersaingi. Hingga permukaan tanah kini sudah mendatar, dua anak kecil itu terus mengejar bola. Keduanya berlari semakin jauh dari rumah, melewati gapura komplek perumahan tempat keduanya tinggal hingga akhirnya berada di pinggir jalan raya yang ramai.

Banyak para pengguna jalan yang menegur karena merasa terganggu, pasalnya bermain bola di pinggir jalan juga tidak diperbolehkan. Di mana orang tua kedua anak kecil yang terlihat lincah mengejar bola itu? Perlu 'kah diberi rules sebesar papan iklan di jalan tol untuk memberitahukan bahwa bermain bola di pinggir jalan sangatlah berbahaya bagi keselamatan, itu tebakan yang tepat jika ingin tahu apa isi kepala para pengguna jalan saat melihat kedua bocah ingusan berlari dengan bebas.

"Bolanya berhenti!"

"Aku duluan yang dapat!"

"Nggak, Ndra! Aku yang dapat!" Anak kecil dengan kucir rambut itu berhenti mengambil langkah dan merengek pada temannya. "Itu bola aku!" sambungnya hampir menangis.

Namanya juga anak kecil, tak ada pengguna jalan yang berniat untuk menenangkan bocah berkucir yang hampir menangis itu. Semuanya nampak acuh, tanpa menyadari bahwa kepedulian sesama manusia sudah berkurang.

"Itu bola aku, Ndra!" Semakin dibiarkan, dia semakin menjadi. Sekarang air dengan kandungan garam itu sudah turun melewati kedua pipi gembulnya.

"Iya-iya, ini aku kasih. Aku akan mengalah, dan kamu pemenangnya, kamu senang?" Anak kecil dengan panggilan 'Ndra' itu akhirnya memilih mengalah dan memberikan bola yang berhasil didapatnya. "Harusnya kamu nggak usah bikin lomba kejar bola kalo pas kalah nangis, huh cengeng!"

"Aku bukan cengeng! Nama aku Bellova!"

"Tetep aja, huh cengeng!"

"Ndra!" Kaki pendek gadis itu menghentak tanah dengan perasaan tak terima, namanya sudah bagus namun sayang panggilan yang diberikan begitu jelek.

Dan lagi, anak laki-laki itu memilih untuk kembali mengalah dan bertingkah layaknya seorang Kakak. "Udah, jangan nangis lagi. Ayo pulang, nanti Bunda cari kita," ajaknya sembari mengusap air mata Bellova dengan baju berwarna merah yang dipakainya.

Evanescent [TERBIT]Where stories live. Discover now