5. HAPPY BIRTHDAY

58 4 2
                                    

Jangan lupa masukan cerita ini ke perpustakaanmu kalo kamu suka!😇💗

Hari libur pertama yang Davian rasakan setelah enam hari beroperasi menjalankan tugas sebagai seorang psikiater, hari libur pertama yang begitu berarti baginya, karena hari ini rasanya ia menjadi turis di Indonesia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari libur pertama yang Davian rasakan setelah enam hari beroperasi menjalankan tugas sebagai seorang psikiater, hari libur pertama yang begitu berarti baginya, karena hari ini rasanya ia menjadi turis di Indonesia. Dua belas tahun berdiam di New York bukanlah waktu yang singkat, kebiasannya sebagai orang Indonesia terkulturasi dengan kebiasaan-kebiasaan ras Kaukasia.

Kembali ke Indonesia, Davian bernostalgia dengan masa kecil, ia juga harus kembali menyesuaikan diri dengan kebiasaan lokal. Dengan adat-adat yang beragam di setiap keluarga.

"Siang nanti Ibu akan pergi ke rumah teman untuk menghadiri acara pertunangan anaknya. Apa kamu mau menemani Ibu?"

Duduk berdua di meja makan bersama sang Ibu, Davian merasa amat dimanjakan dengan sedemikian rupa. Tapi hal itu wajar saja karena kesibukannya bekerja selalu menjadi penghalang untuk mempunyai waktu berdua sebagai Ibu dan anak.

"Siang ini? Sepertinya aku tidak bisa, Bu. Aku harus menjenguk pasien ke rumah sakit," jawab Davian.

"Di hari libur 'pun kamu harus ke rumah sakit? Semoga saja gaji kamu dinaikkan, anak Ibu ini benar-benar sangat rajin, sampai tidak mau menemani Ibunya ke acara pertunangan tetangga. Padahal di sana kamu bisa sambil mencari jodoh." Karina membuat Davian tersenyum kikuk.

"Mau bagaimana 'pun, itu sudah tugas aku, Bu. Aku khawatir kalo kasus yang baru mereda terulang lagi."

"Oh iya, kasus pasien bunuh diri itu?"

Davian mengangguk.

"Sudah Ibu duga, sekarang Ibu jadi khawatir sama kamu. Seandainya pasien kamu juga ikut bunuh diri, kamu tidak akan dipenjara, kan?" tanya Karina.

"Aku kurang tahu, Bu. Dengar dari gosipnya, Dokter yang merawat pasien kemarin itu sedang mengambil cuti, jadi dia dinyatakan tidak bersalah."

Karina terlihat mengangguk paham, dia akan sangat merasa khawatir jika sampai kasus bunuh diri itu kembali terjadi, apalagi jika sampai menyeret nama anaknya yang baru beberapa hari tinggal di Jakarta.

"Oh iya, Ibu tiba-tiba ingat, kalo tidak salah dua hari atau tiga hari yang lalu Ibu membaca berita di internet, katanya pasien kamu mau melakukan percobaan bunuh diri di hari yang sama dengan kasus bunuh diri, tapi tidak jadi, apa itu benar?"

Seketika tubuh Davian terasa kaku, ia cengengesan menanggapi ucapan Ibunya. "I-iya, Bu. Tapi ... Ibu jangan khawatir karena keadaan pasiennya, sekarang sudah mulai membaik."

"Bagus, kalo pasiennya sudah mulai membaik, Ibu do'akan semoga dia cepat sembuh. Dengan begitu kamu bisa semakin dekat dengan dia, dan akhirnya Ibu punya calon menantu," sahut Karina tersenyum riang.

"Bagaimana bisa begitu? Aku mau cari pasangan hidupku sendiri tanpa bantuan siapapun, Bu. Lalu dari mana Ibu bisa tahu kalo pasienku yang hendak melakukan percobaan bunuh diri itu seorang perempuan?"

Evanescent [TERBIT]Where stories live. Discover now