14. JARAK YANG TERCIPTA

33 1 0
                                    

Enjoy guys!

Hanya takdir yang bisa menjelaskan seberapa mulusnya pertemuan seseorang, dan seberapa pedihnya perpisahan seseorang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanya takdir yang bisa menjelaskan seberapa mulusnya pertemuan seseorang, dan seberapa pedihnya perpisahan seseorang. Di mana waktu membantu memberikan sebongkah memori baru yang akan dikenang sebagai luka. Walaupun hari ini bukan akhir dari sebuah kisah yang sedang berjalan, namun terkoyaknya satu halaman dalam buku cerita, membuat jalan cerita runyam.

Saat sinar matahari berada di atas kepala, berbondong-bondong orang membuka bekal dan menyodorkan uang untuk membeli makanan. Ada juga sebagian manusia dengan kepedulian tinggi datang membawakan bekal untuk makan siang sehat yang dibuat oleh tangan sendiri.

Ruang inap Bellova kali ini tidak sepi, ada lima orang yang mengunjungi dan memberikan do'a untuk kesembuhannya. Sekeranjang buah segar yang masih baru di simpan di atas sofa, dan sebuah kotak nasi dengan harum semerbak yang akan membuat perut berguncang saat tutupnya terbuka.

"Terima kasih sudah temani anak Bunda ya, gadis manis."

"Sama-sama Tante, aku senang temani Kakak di sini, Ayah dan Ibuku juga memberi izin. Kami suka bermain permainan dadu bersama, tapi dia selalu menang, tolong katakan padanya untuk mengalah pada yang lebih muda." Ucapan Aurora, gadis kecil yang ikut memenuhi ruang inap Bellova membuat tawa ringan mengundara.

"Apa Ayah dan Ibumu bekerja di rumah sakit ini?" Pertanyaan dari Ratna, Bunda Bellova, ditanggapi dengan gelengan kepala.

"Kebetulan kedua orang tua Aurora adalah paman dan bibi saya, jadi Aurora menunggu kedua orang tuanya siuman di sini." Bukan suara Aurora yang terdengar formal itu, melainkan Davian.

Ia turut hadir menyambut orang tua pasien yang datang untuk menjenguk. Jam makan siang yang awalnya akan dihabiskan di kantin, kini ia habiskan untuk menjalin ikatan persaudaraan bersama keluarga pasien.

"Tante yakin Ayah dan Bundamu akan bangga karena putrinya sangat baik, mereka berdua akan segera bangun saat melihat putri kecilnya membantu orang lain." Ratna berusaha mengontrol raut wajahnya saat menyadari telah merubah arah pembicaraan.

"Terima kasih."

"Oh iya, saya lupa belum berkenalan dengan suster baru yang mengganti Yolla itu, siapa nama kamu?" Ratna melirik Amara yang sedari tadi setia berdiri di samping Davian.

"Saya Amara, Tan."

"Nama yang bagus, terima kasih sudah ikut menjaga anak saya, ya."

"Tidak masalah, itu sudah kewajiban saya."

Selanjutnya hanya pembicaraan random yang menjadi topik. Hingga akhirnya satu persatu orang yang mengunjungi ruang inap Bellova pamit meninggalkan ruangan.

"Bunda pamit pulang ya, kalo ada hal penting, kamu bisa beritahu Amara atau Dokter Davian." Bellova mengangguk dengan mengulas senyum kecil.

"Istirahat yang cukup cantiknya, Ayah."

Evanescent [TERBIT]Where stories live. Discover now