17. PERASAAN AMARA

36 1 0
                                    

Enjoy ya guysss! Ayo klik bintangnya.

Bukan sebuah kebetulan saat waktu memasuki bulan-bulan musim hujan, setiap harinya awan akan diselimuti warna abu-abu, menurunkan butiran kecil air, hasil dari peperangan antara ion negatif dan ion positif di atas sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukan sebuah kebetulan saat waktu memasuki bulan-bulan musim hujan, setiap harinya awan akan diselimuti warna abu-abu, menurunkan butiran kecil air, hasil dari peperangan antara ion negatif dan ion positif di atas sana. Tak akan pernah terlewat setiap tahunnya, bersamaan dengan suramnya kehidupan seseorang, begitu abu-abu sama seperti warna awan yang menutupi bumi, peperangan antara negatif thingking dan positif thinking yang kemudian turun sebagai sebuah kegundahan di hati.

Kesedihan yang mendalam memang 'lah bukan sebuah kondisi yang bisa dikatakan baik. Bahkan Davian sebagai seorang psikiater tahu, hal itu bisa memicu adanya gejala depresi. Ah, tapi tolong jangan katakan nama penyakit yang satu ini, karena akan membuat pria yang kini terdiam sendiri di ruang kerjanya semakin merasa sedih dan teringat pada seseorang.

"Permisi, Dokter Davian. Saya ingin memberitahukan bahwa jadwal praktik Anda berakhir lebih awal, dikarenakan tidak ada pasien lagi, dan waktu praktik Anda hari ini juga akan segera berakhir." Pintu kayu yang awalnya tertutup rapat itu, kini terbuka lebar, menampakkan seorang suster yang berdiri dengan sebuah map di tangan kirinya.

Dengan tatapan tak berminat, Davian hanya melirik sekilas lalu kembali terhanyut dalam pikirannya. Teman dokter mana lagi yang harus dimintai bantuan oleh Davian agar keberadaan Bellova dapat segera ditemukan? Rasanya waktu berjalan sangat cepat tanpa jeda, sudah enam minggu, sekarang hari-harinya tidak berwarna seperti biasanya tanpa kehadiran Bellova.

"Maaf, Dokter. Apa keberadaan Bellova masih belum diketahui?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut asistennya, Davian menggeleng.

"Apa saya boleh membantu?" Lagi, Davian menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Amara, mungkin sudah yang ke seratus kalinya gadis itu menawarkan diri untuk ikut membantu mencari Bellova. Tapi apa boleh buat? Bagi Davian, Amara hanya 'lah orang asing yang bekerja sebagai asistennya, belum sepenuhnya kepercayaan diberikan pada Amara, terutama dalam hal pribadi.

Lagipula, dengan adanya Amara yang selalu bersedia menawarkan bantuan pada Davian. Dia tidak akan setega itu memanfaatkan dan menjadikan Amara sebagai pelampiasan kekesalannya karena tak kunjung menemukan keberadaan Bellova.

"Sampai kapan Anda akan terus menolak bantuan yang saya tawarkan, Dokter?"

"Lagi, kamu bertanya hal yang sama. Tapi maafkan saya Amara, kamu tidak lebih hanya sebagai asisten yang membantu saya di rumah sakit, untuk urusan pribadi, saya tahu siapa saja yang harus terlibat." Davian bangun dari kursi kebesarannya, segera membereskan barang-barang hendak pulang dan kembali merenung meminta banyak saran dari Karina.

"Tidak boleh 'kah saya membantu Anda sebagai bentuk rasa kepedulian?"

"Tidak."

"Tapi kenapa, Dokter?"

"Karena saya tidak ingin orang lain mencampuri urusan pribadi saya, terutama tentang Bellova yang masih belum kunjung ketemu. Bantuan yang kamu tawarkan, mungkin menurutmu saya memang membutuhkannya, tapi sekali lagi maaf, saya tidak membutuhkan bantuanmu." Setelah mengatakan itu, Davian beranjak meninggalkan meja yang sudah rapi. Lelah sudah Davian harus menjelaskan hal yang sama pada Amara, niatnya memang baik, tapi jika yang dibantu menolak bantuannya? Sama seperti kamu berbicara pada batu.

Evanescent [TERBIT]Where stories live. Discover now