3. TIGA PERMINTAAN

69 3 0
                                    

Terima kasih sudah mampir dan bersedia membaca cerita ini🤗🔥

Decitan brankar terdengar begitu nyaring melewati setiap ruangan, namun tak membuat para penghuni yang sedang berbaring di atas kasur dengan selang infus ataupun terduduk di kursi roda terusik dari kesibukannya, di rumah sakit ketukan sepatu dan r...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Decitan brankar terdengar begitu nyaring melewati setiap ruangan, namun tak membuat para penghuni yang sedang berbaring di atas kasur dengan selang infus ataupun terduduk di kursi roda terusik dari kesibukannya, di rumah sakit ketukan sepatu dan rusuhnya para perawat serta dokter yang mondar-mandir tergesa adalah hal biasa.

Namun kali ini mungkin berbeda, desas-desus gosip yang berseliweran di antara para perawat dan dokter, membuat mereka panik. Apalagi setelah melihat garis polisi membatasi sebuah wilayah, bercak darah yang mengering menjadi objek utama yang menarik perhatian.

Para wartawan berdatangan untuk meliput dan menyampaikan berita, beberapa pria dan wanita berseragam abu-abu datang lengkap untuk menyelidiki, banyak juga warga sekitar yang penasaran dan ikut tergesa menyampaikan berita dari satu media ke media lainnya.

"Telah terjadi tragedi bunuh diri di area rumah sakit kota, seorang pasien pengidap gangguan jiwa berinisial D menghembuskan napas terakhirnya beberapa menit yang lalu, tepatnya pada pukul sembilan lewat dua belas menit, pihak rumah sakit memberikan pernyataan bahwa pasien awalnya lepas kendali dini hari tadi, namun untuk selengkapnya, mari kita bicara dengan salah satu saksi yang masih berada di TKP. Kami bersama dengan salah satu satpam penjaga, bagaimana kesaksian Anda."

Di sisi lain kesibukan yang sedang terjadi di luar rumah sakit, Davian baru saja hendak mengunjungi ruangan tempat pasien bernama Bellova di rawat. Karena kejadian kemarin yang sempat membuat Davian panik, berakhir membuat Bellova diharuskan untuk menginap di rumah sakit.

Luapan emosi yang tak terkendali hampir membuat Bellova melukai dirinya sendiri, dan hal itu yang menjadi faktor utama diharuskannya dilakukan rawat intensif. Setiap tiga jam sekali, Yolla diminta Davian untuk melihat keadaan Bellova secara diam-diam, dan saat ini Davian sudah berdiri di depan pintu ruang inap pasiennya.

"Selamat pagi, Dokter Davian."

Baru saja hendak mengetuk pintu, Davian kembali menarik tangannya. Di dapati seorang pria dengan jas putih sama seperti dirinya.

"Selamat pagi juga, Dokter."

"Ah, maaf jika saya menganggu, kemarin saya tidak sempat untuk bersilaturahmi dengan Anda. Jadi pagi ini menyempatkan, kebetulan saya sedang tidak ada pasien dan melihat Anda di sini. Tidak mengapa jika saya ingin memberikan ucapan selamat, kan?"

"Tidak apa-apa, Dokter. Terima kasih karena sudah menyempatkan waktunya, boleh saya tahu nama Anda?" sahut Davian sembari mengulurkan tangannya. "Saya Davian."

"Saya Sean, dokter bedah. Senang bisa bertemu dengan Anda." Dokter Sean ikut mengulurkan tangannya, keduanya menjalin silaturahmi. "Kalo begitu silahkan lanjutkan tugas Anda, Dokter Davian. Senang berkenalan dengan Anda," ucap Dokter Sean.

Setelah kepergian dokter bedah tersebut, Davian kembali menghadapkan badan ke sisi di mana pintu ruang inap pasiennya berada. Tangannya terangkat mengetuk pintu beberapa kali dengan tempo yang sama.

Evanescent [TERBIT]Where stories live. Discover now