08. DSD : KESALAHAN WAWAN

2.1K 415 118
                                    

Allo pren...

Vote dulu yaa

TANDAIN TYPO!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TANDAIN TYPO!


08. DSD : KESALAHAN WAWAN

Wawan menghentikan laju sepedanya kala ia merasa kesusahan mengayuhnya. Ia pun meminta Riya yang memboncengnya agar turun terlebih dahulu.

"Rantainya lepas, Ri," ucap Wawan setelah memeriksa bagian mana yang membuatnya sulit mengayuh sepedanya.

"Kok, bisa? Lo jarang di kasih oli pasti nih," ucap Riya, ikut jongkok di samping Wawan yang sedang mengamati sepedanya.

"Di kasih. Setengah tahun lalu kayaknya."

"Lo gimana, sih? Punya sepeda itu di rawat. Malah di telantarin gini, susah kan, jadinya. Sekarang bisa nggak di pasang?"

"Susunan rantainya hilang satu, kayaknya jatuh di jalan. Harusnya di bawa bengkel."

"Ha?! Terus nggak bisa di pasang, dong???" pekik Riya kaget. Ia kira rantainya hanya lepas biasa dan bisa kembali dipasang. Ternyata satu susunan rantai sepeda Wawan hilang entah kemana. Rantainya pun sudah terlihat berkarat. Kemungkinan besar, sepedanya sulit berjalan.

Riya menghembuskan napas panjangnya. Gadis itu berdiri dengan perasaan risau. "Tau gini, tadi gue mending naik angkutan umum. Udah jam tujuh kurang, jarak sekolah masih jauh. Telat deh," gerutunya menatap jalan Raya yang ramai kendaraan lewat.

Wawan hanya diam merasa bersalah. Sebenarnya, bukan karena malas Wawan tidak memberikan oli pada rantai sepeda. Olinya sudah habis dan ia belum mampu membelinya. Tidak. Sebenarnya ia mampu, hanya saja Wawan terlalu sayang jika uangnya digunakan untuk membeli oli, selama sepeda masih aman. Ia lebih mementingkan makan yang cukup untuk kedua adiknya. Perusahaan ayahnya sedang dilanda bangkrut dan Ibunya membuka usaha jualan gorengan rempeyek yang dititipkan pada kedai-kedai kecil. Wawan tidak berani jika meminta uang untuk hal ini.

Ia berdiri menghadap Riya yang terlihat sungkan dengan nasib malang mereka. "Gue ke sana sebentar, ya?" tunjuk Wawan pada sebuah Wartel (Warung Telepon) yang ada di sebelah halte.

"Ngapain?"

"Telepon Joko atau Pras buat jemput lo ke sekolah."

"Terus, lo gimana?"

"Nyari bengkel, benerin sepeda."

"Waktunya nggak akan cukup, Wan. Nanti telat datang ke sekolah," kata Riya memberitahu.

Melihat Wawan hanya diam saja menatap sepedanya, membuat Riya berdecak kesal. "Nggak ada waktu buat ngelamun. Lo kenapa, sih? Sakit?" ucap Riya sembari memegang lengan kanan Wawan yang ternyata terasa sangat panas. "Lo sakit, Wan. Badan lo panas. Kenapa berangkat sekolah, sih?!"

"Kalo gue nggak berangkat, nanti lo berangkatnya sama siapa?" ucap Wawan.

"Ya gue bisa naik angkutan umum."

Dai's Short Dream [TELAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang