11. DSD : EMANG SUKA?

1.9K 393 261
                                    

Allo....

Masih nungguin nggak?

Vote dulu yaaa..

Vote dulu yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TANDAIN TYPO!

11. DSD :  EMANG SUKA?

Bagi Riya, nilai adalah segalanya. Tinta berbentuk angka yang tertoreh di atas kertas ulangan atau ujiannya adalah harga dirinya. Jika tinta itu tidak tertulis angka 9 ke atas, hancur sudah mentalnya di rumah. Dengan nilai yang tinggi, Riya mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya. Dengan nilai tinggi, Riya bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Dengan nilai tinggi, Riya tidak akan dimarahi mereka habis-habisan.

Oleh karenanya, Riya selalu mencari cara agar bisa berada di atas Wawan prestasinya. Tapi, sungguh. Itu sangat sulit. Laki-laki itu terlalu pintar. Ia baru kemarin bisa mengalahkan nilai Wawan, itupun hanya ulangan mingguan tiap angkatan di MHS sesuai kelas jurusan.

"Gue nggak mau saingan sama Wawan. Tapi Ayah sama Bunda minta gue supaya dapet nilai terbaik," gumam Riya. Duduk di teras rumahnya bersama Rangga yang menemani.

"Tapi, kan nggak harus pakai cara saingan, Ri. Lo bisa kerja sama," kata Rangga memberi solusi.

"Wawan susah di ajak serius. Sering banget diajak eksperimen, kerja kelompok, dan macem-macem tapi suka gombalin gue. Gue risih, nggak bisa fokus. Dia sulit banget buat kerja sama."

"Nggak mungkin, Ri. Dia orangnya humble. Lo yang terlalu sensitif kali. Lo risih digodain dia?" tanya Rangga menatap Riya dari samping. Sedangkan gadis itu malah terdiam bingung. Riya menatap rumput-rumput yang tertanam di halaman rumahnya. Hembusan angin dari arah barat membuat rerumputan itu menari kesana-kemari. Ada satu pohon mangga di samping bangunan rumahnya yang sedang berbuah. Seekor tupai yang meloncat dari tangkai ke tangkai pohon mangga itu pun seolah-olah sedang ikut menunggu jawaban Riya seperti yang Rangga lakukan.

"Ya, risih, sih. Tapi...." Riya menggantungkan kalimatnya.

"Tapi?"

"Tapi, sepi."

Rangga terkekeh mendengar jawaban Riya yang ragu dan malu-malu secara bersamaan.

"Jangan bilangin Wawan, ih," ujar Riya khawatir kalau cowok yang kini duduk di sampingnya akan membocorkan percakapan mereka pada Wawan.

"Kemarin waktu lo dapet nilai tertinggi, Ayah sama Bunda senang nggak?" tanya Rangga tiba-tiba.

"Senang, mereka bilang kalo gue mau minta apa, gitu. Terus ya gue minta sesuatu lah, kesempatan nggak datang dua kali," jawab Riya. Seminggu sebelum kedua orang tuanya pergi dinas, Riya sempat di tawarkan sesuatu oleh mereka, sebab nilai ulangannya mendapat predikat terbaik.

"Lo minta apa?"

"Minta biar tunangan kita dibatalin."

Rangga segera merubah posisi duduknya menjadi tegap setelah mendengar jawaban dari Riya. Ia tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

Dai's Short Dream [TELAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang