19. DSD : SEBERAPA GENIUS RIYA?

1.9K 373 48
                                    

Allo...

Vote dulu!

Maaf ya pren, ini aku nulis seadanya dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maaf ya pren, ini aku nulis seadanya dulu.
Nanti bakal revisi setelah lolos cetak.

TANDAIN TYPO!


19. DSD : SEBERAPA GENIUS RIYA?

Riya merasa tak berguna berdiri di laboratorium ini. Stupid Club di tahun 1998 ini yang sengaja dibuat oleh Direktur Toba adalah rancangan penggemblengan siswa-siswi untuk berani membuktikan kekreatifan mereka. Entah itu dalam bidang akademik maupun non akademik.

Riya sejak tadi sudah selesai menyempurnakan penelitiannya mengenai racun Botulinum yang ia temukan di makanan-makanan kurang diproses seperti sosis, sayuran kaleng, produk daging, produk makanan laut dan daging kalengan atas bimbingan dari Direktur Toba dan Miss Wanah, yang menaungi program Stupid Club ini.

Sosis yang baru saja Riya teliti di hadapannya itu menunjukkan hasil penelitian kalau di dalam makanan tersebut mengandung Botulinum. Sedangkan Botulinum sendiri adalah merupakan jenis racun yang cukup kuat.

"Racun ini merupakan polipeptida yang terdiri lebih dari 1.000 molekul asam amino yang disatukan. Racun ini cukup bahaya, karena bisa melumpuhkan otot dengan mencegah pelepasan molekul pemberi sinyal atau neurotransmitter asetilkolin," ucap Riya menjelaskan laporannya yang sudah ia rekap dalam bentuk makalah.

"Ini bahaya?" tanya Wawan dengan mengangkat satu alisnya. Cowok itu masih rapi menggunakan jas laboratorium. Dia duduk menyamping menatap Riya.

"Ini racun. Jelas bahaya. Botulisme Keracunan Makanan, merupakan jenis yang muncul akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri C. Botulinum. Khususnya makanan kalengan seperti ikan atau daging kalengan yang pengolahannya kurang baik baik. Sosis juga termasuknya," jawab Riya lengkap.

"Tapi, kan, sosis udah jadi makanan sehari-hari anak-anak MHS," sahut Wawan dengan raut menantang. Apa ini? Riya heran, mengapa setiap mereka eksperimen, Wawan selalu berbeda sikapnya.

"Botulisme itu penyakit langka akibat racun yang menyerang sistem saraf, Wan. Racun tersebut dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum. Pasalnya, bakteri tersebut dapat menghasilkan racun yang kuat, bahkan dapat mengancam nyawa orang yang terkena infeksi bakteri tersebut. Tergantung individu sih, mau menjaga makananya atau enggak."

"Dampaknya apa?" tanya Wawan lagi terus menerus.

"Dapat menyerang sistem saraf," jawab Riya kesal.

"Emang sistem saraf ada apa aja?"

"Kamu sengaja ngetes aku?"

"Gue cuma menanyakan apa yang gue nggak tau," sahut Wawan seraya mengedikkan bahunya.

Riya kaget. Bukan karena sahutan dari cowok itu. Melainkan kosa kata yang Wawan gunakan kini telah berubah menjadi lo-gue. Padahal kemarin masih baik-baik saja. Dari semua pertanyaan yang Wawan lontarkan juga bukan level cowok itu. Wawan pintar, tidak mungkin Wawan bertanya seperti anak SD. Riya berpikir kalau Wawan memang sedang mencoba mengetesnya.

"Buat apa tanya kalau kamu udah tau jawabannya?" ujar Riya balik bertanya.

"Kalo gue tau, ngapain gue tanya?" sambar Wawan memajukan dagunya. Songong.

"Oke, aku jawab. Sistem dan jaringan saraf pusat itu terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Kedua organ ini memiliki peran yang berbeda dalam sistem saraf. Tapi kalo udah kena racun butolinum, resikonya tinggi. Bisa merenggut nyawa."

"Jadi, solusinya?"

"Ya, hindari makanan-makanan yang kurang proses yang tadi aku sebutin."

"Apa aja tadi? Gue lupa, coba ngomong ulang," ledek Wawan menampilkan senyum meremehkan. Ekspresi Wawan yang terlewat songong itu membuat Riya kesal. Sebenarnya cowok itu kenapa?

"Tidak ada pengulangan. Menghabiskan waktu," jawab Riya jutek.

"Gampang, gue bilang ke Direktur Toba sama Miss Wanah kalo lo nggak bisa diajak kerjasama."

"Kok, ngadu?" kata Riya kaget. "Kamu kenapa, sih? Bukan kamu banget."

"Baiklah Riyanti, saya tertinggal banyak. Maaf membuat kalian menunggu. Miss boleh dengar lagi laporan yang kamu buat?" Suara wanita itu mengalihkan fokus Wawan dan Riya yang sedang berdebat. Terlihatlah seorang guru cantik bertubuh tinggi dengan rambut gelombang sebahu. Lipstiknya merah merona, bulu matanya cukup lentik, tak lupa pula postur tubuhnya yang anggun. Sepertinya dia memiliki darah blasteran Eropa. Warna matanya sedikit ada kilauan biru jika terkena cahaya terang matahari.

Mau tak mau, Riya pun kembali mengulangi penjelasan laporan miliknya di hadapan Miss Wanah. Wawan pun terkekeh kemenangan melihat kekesalan Riya.

"Kalo kita nggak tau itu makanan ada racunnya gimana dong?" tanya Wawan lagi-lagi.

"Kan, sekarang udah tau, Wawan."

"Ibu-ibu banyak yang nggak tau, tuh."

"Dainuri Setiawan Jaya, hasil penelitian ini akan dipublikasikan di Konferensi Pers Magnesium High School setelah acara Kemerdekaan nanti dan di masukkan stasiun televisi. Jadi, kemungkinan besar akan banyak warga yang sadar betapa pentingnya menjaga makanan yang kita konsumsi," kata Miss Wanah lembut.

Riya melirik Wawan yang hanya menganggukkan kepalanya santai. Punggung cowok itu bersandar pada kursi yang ia duduki dengan gaya santainya. Sok-sokan, kata Riya dalam hati.

"Apa ada yang masih mau kamu sampaikan, Riyanti?" tanya Miss Wanah mempersilakan Riya untuk kembali bicara.

"Oh, ada Miss. Cuma ini sih, terlalu banyak mengonsumsi makanan kurang proses kayak sosis, sayuran kaleng dan semacamnya itu memang dapat merenggut nyawa. Tapi cukup langka. Kebanyakan hanya terkena penyakit, salah satunya TBC. Paling sering banget nyerang orang-orang. Itu aja sih, Miss."

Miss Wanah tersenyum. Ia pun meminta makalah hasil penelitian milik Riya. Membolak-balikkan halamannya untuk diperiksa, dan berkata, "Laporan ini Miss terima, Miss akan salurkan kepada Direktur Toba. Terimakasih atas kerja kerasmu Riyanti. Semoga dapat yang terbaik di ujian kelulusan nanti."

"Terimakasih, Miss," jawab Riya melebarkan senyumnya.

"Untuk kamu, Dainuri Setiawan Jaya. Besok giliran karya ilmiah kamu yang harus disetorkan. Jangan lupa buat makalahnya seperti Riyanti, ya," kata Miss Wanah mengingatkan.

"Oke," jawab Wawan. Singkat, padat, tak jelas. Bahkan ekspresinya pun tak bisa dimengerti oleh Riya.

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalanya. Wawan ini manusia humoris namun kadang cuek, dia juga seringkali perhatian namun jatuhnya meremehkan dan sombong. Sikapnya tak tertebak. Bahkan, Riya yang mengira mengenal Wawan sudah sejauh ini, pun ternyata belum ada apa-apanya dengan sikap begajulan Wawan yang menjadi khas cowok tersebut.

Apa dia memiliki kepribadian ganda?

Riya segera menepis pikiran-pikiran negatif yang bersarang di kepalanya itu.

Sekarang, ia sudah mendapati punggung Wawan yang berjalan keluar meninggalkannya seorang diri di laboratorium.

__________

Diketik 924 kata

👆
(Lengkapnya di versi novel, kalo jadi terbit tapi).

Spam next disini >>>

Dadah👋👋👋

Dai's Short Dream [TELAH TERBIT] ✓Where stories live. Discover now