Adel sedang terdiam di sofa kamar nya dengan laptop yang menyala menjadi satu satunya pencahayaan disana. Pikiran nya mengulang kembali kata-kata dari Sang pengisi hatinya saat ini.
"Maaf...aku blom bisa"
"Aku mohon kamu ngerti aku"
"Aku juga ngerasain hal yang sama dengan kamu Del tapi..."
"Aku masih trauma dengan suatu hubungan... Aku masih takut..."
"Maaf..."
Dirinya kembali melihat kalung yang belum ia kembalikan kepada sang pemilik. Senyum dalam foto itu sangat terlihat bahagia. Adel ingin membuat senyum Ashel kembali seperti itu lagi. Masih ada harapan. Ashel yang meminta nya.
"Tolong bantu aku sembuhin trauma ini, maaf kalau aku kurang ajar sama kamu"
"Padahal bukan kamu penyebab luka yang dalam di hati ku saat ini tetapi aku meminta kamu untuk menyembuhkan nya"
"Maaf aku egois..."
"Aku minta maaf...tapi tolong bantu aku, Del."
°°°Adel sudah berada di kantornya. Hari ini dirinya ada pertemuan dengan menteri luar negeri dan membahas beberapa isu yang akan ditindak lanjuti. Seperti biasanya, jika ada agenda khusus pasti Adel akan menggunakan supir nya dan mobil dinas yang diberikan.
Satu jam setengah untuk sampai ke gedung pertemuan mereka. Sudah ramai sekali media yang hampir menutupi jalan masuk ke dalam gedung padahal hari sudah semakin gelap.
Adel dikawal oleh beberapa bodyguard dan berhasil masuk ke dalam gedung dengan aman. Saat sampai Adel langsung menemui para rekan-rekan dan senior senior nya disana. Beberapa menit kemudian pertemuan ini pun dimulai dan mulai serius.
"Oh tidak bisa seperti itu, kita sudah sangat baik menjaga diplomasi antara Indonesia dan India" Ucap salah satu perempuan dengan menggunakan jas berwarna merah maroon.
YOU ARE READING
Invisible String
Fanfictiontanda-tanda yang Tuhan berikan selama ini ternyata mengikat eksistensi kehadiran ku di dunia dengan dia.