DEONTARA| [7. Terpergok]

171 32 2
                                    

Mama!

Deo langsung melepas ciumannya dengan Dara dengan terpaksa. Padahal ciumannya kali ini adalah ciuman yang begitu memabukkan baginya dari sekian banyaknya wanita yang di pacarinya.

Deo mendengus menatap malas sang mama yang kini berdiri dengan tatapan nyalang di depan pintu kamarnya."Mama ngapain sih kesini? Nggak bilang-bilang lagi," kesal Deo karena kedatangan mamanya merusak momen ciumannya bersama Dara.

"Apa kamu bilang?" Sentak mamanya tak terima, terlihat wanita paruh baya berjalan menghampirinya."Mamanya ke sini bukanya di sambut dengan hangat, malah kamu tanya ngapain mama ada di sini?" Mamanya mengeleng-gelengkan kepalanya heran menatap sang putra yang saat ini sedang kesal karena keberadaannya.

"Kalau keberadaan mama di sini menganggu kalian, mama yang akan pergi dari sini," tegasnya lagi lalu berbalik berniat pergi meninggalkan mereka berdua.

Saat itu juga Dara bangkit berusaha mengejar langkah kaki mama Deo yang saat ini sudah mulai beranjak pergi meninggalkan kamar ini.

"Tunggu dulu tante!" Dara berusaha mencegah dengan suara bergetar. Rasa malunya saat ini dia abaikan begitu saja karena tak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka bertiga, meski tadi ia tak tahu kenapa tak menolak ciuman yang di lakukan pak Deo terhadapnya. Bukankah hal itu sungguh sangat keterlaluan?

Tapi?

Tatap mata Dara kembali menatap ke arah punggung wanita paruh baya yang masih tampak begitu cantik kini sudah keluar dari kamar pak Deo. Dara kembali melangkahkan kakinya berusaha mengejar mamanya pak Deo saat ini.

"Tante tunggu!"

"Tante... Apa yang Tante lihat tadi adalah sebuah kesalahpahaman, kami nggak ada hubungan apa-apa sama pak De....," Ucapan Dara terjeda dengan sahutan cepat yang di lakukan mamanya pak Deo.

"Saya tahu! Saya sangat tahu gimana kelakuan putra saya selama ini," jedanya menatap sinis ke arahnya.

Dara sedikit merinding saat dirinya merasa di kuliti habis oleh wanita paruh baya yang baru di kenalnya saat ini.

Tatap mata Dara berusaha sekuat tenaga menatap mata yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan rendah, ia tak habis pikir kenapa dia harus berurusan dengan mereka dalam keadaan yang sangat tak memungkinkan.

"Sudah hal biasa bagi Deo yang selalu membawa keluar masuk wanitanya ke dalam rumah ini... Jadi, hal itu bukanlah hal aneh bagi saya, tetapi dari yang saya lihat malam ini kamu adalah satu-satunya wanita yang terlihat begitu lugu dengan wajah natural dari sekian banyaknya wanita yang di kencani Deo," jelasnya lagi, namun kali ini tatapan sinis dan mengejek itu berganti dengan tatapan intimidasinya menelisik dari ujung kaki hingga tatapan itu berhenti di wajahnya.

"Ya, semoga saja Deo bisa berhenti dari aktivitas buruknya itu dan sesegera mungkin bisa menjalani hubungan serius untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan bersama wanita yang tepat."

Deg!

Jantung Dara berpacu cepat saat mendengar kata pernikahan. Tidak, tidak! Dia tak bisa melakukan semua ini, bukankah tadi ia baru saja merelakan hubungannya dengan Dejan karena kata pernikahan. Tetapi di jam berikutnya, dia harus mendengar pernyataan pernikahan lagi hanya karena sebuah kesalahpahaman yang sulit di jelaskan.

Sungguh apes sekali hidupnya ini!

Dara ingin sekali menjerit sekeras mungkin, tapi apa dayanya yang gak bisa melakukan apa-apa lagi. Namun saat ia mendengar suara derap langkah kaki pak Deo membuatnya bisa bernafas lega.

"Jangan bicara yang aneh-aneh ma!" Sentak Deo menatap tajam ke arah sang mama.

"Dia bukan siapa-siapa Deo ma, dia berada di sini itu karena sebuah tanggung jawabnya yang harus di lakukan untuk merawat tangan Deo yang terkilir karena ulahnya," jelasnya,"Jadi, yang mama lihat itu hanya sebuah kesalahpahaman saja dan gak lebih dari itu... Lagian kami tadi hanya berciuman saja," lanjutnya lagi yang langsung di beri jeweran oleh mamanya.

"Apa kamu bilang? Ciuman saja? Kamu pikir nggak sih kalau dia itu anak orang Deo, kamu nggak boleh seenaknya begitu saja merusak anak orang tanpa sepengetahuan mereka,"teriak mamanya nyalang.

Tetapi Deo malah mendekat ke arah dara yang terdiam."Kamu boleh pulang dan pak Sapto sudah siap mengantarkan mu ke rumah dengan selamat," ujar Deo yang saat ini sedang mengusir secara halus dara dari rumahnya karena tak ingin mendengar perdebatan panjang bersama mamanya yang tak akan pernah bisa berhenti jika dia tak mengalah dan menuruti permintaan sang mama.

Dara mengangguk lalu menatap ke arah mamanya Deo."Tante saya pamit pulang dulu," pamitnya dengan nada kikuk, setelahnya dia pergi begitu saja tanpa pamitan terlebih dahulu dari Deo yang berada di ujung anak tangga yang di lewatinya.

"Cantik ya!" Lagi-lagi sang mama membahas Dara saat gadis itu pergi dari rumahnya.

Tetapi Deo langsung pergi begitu saja melewati mamanya, saat itu juga jemari mamanya mencengkeram erat lengannya."Ada apa lagi sih ma?" Geram Deo melirik ke arah sang mama."Kalau tujuan mama ke sini hanya untuk melukis lengan Deo,mendingan lain kali nggak usah ke sini... Ganggu kesenangan orang saja," ketusnya kesal lalu pergi begitu saja.

Namun saat berjalan beberapa langkah suara sang mama kembali membuatnya menghentikan langkahnya."Sampai kapan kamu seperti ini? yang selalu mempermainkan hati wanita Deo...apalagi tadi mamamu ini memergoki mu berciuman dengan wanita itu," tanyanya dengan suara di buat setegas mungkin karena ia tak ingin putranya terus bermain-main dengan banyak wanita yang terus bergantian setiap harinya.

Sebagai orang tua, ia ingin kehidupan putranya bahagia dan berada di tangan wanita yang tepat, supaya saat berada di Kalimantan ia tak begitu memikirkan keadaan putranya yang sedang merintis cabang baru perusahaan tambang batu bara di Jakarta, meski selama ini selalu bergonta-ganti pasangan, tetapi ia tetap ingin putranya memiliki pasangan yang terbaik meskipun kelakuannya sangat berkebalikan dengan apa yang di inginkan.

"Sudahlah ma! jangan lagi bahas dia di telinga Deo.. karena dia bukan siapa-siapa Deo," Jelasnya berusaha menghentikan mamanya untuk tak lagi membicarakan tentang Dara, baginya Dara bukanlah wanita idamannya yang memenuhi kriteria yang di puja-puja selama ia menjalin hubungan bersama wanita yang di kencaninya.

Karena itulah, dia selalu bergonta-ganti pasangan selama seminggu sekali karena ingin mencari wanita yang tepat untuk bersanding di sampingnya hingga tua nanti.

Namun nyatanya sampai dia menginjak umur 25 tahun masih belum menemukan wanita yang di inginkannya, tetapi bukanlah Dara yang di inginkannya untuk menjadi pendamping hidupnya. Karena baginya saat ini ia ingin Dara merasakan apa yang di rasakan om Arfan dulu saat di tinggal begitu saja oleh mamanya Dara.

Deo tersenyum jahat saat mengingat rencana yang akan selalu membuat Dara terikat olehnya sampai kapanpun.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

DEORANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang