DEORANTA | [29. Melepas Rindu]

74 8 0
                                    

29. Melepas Rindu

Deo tersenyum saat mobil yang di tumpanginya itu berhenti di depan kosan dara. Dia keluar dari dalam mobil menatap lekat suasana sekitar yang tampak begitu sepi.

Tatap matanya langsung menatap ke arah pintu kosan dara yang terlihat mulai terbuka perlahan, hingga memperlihatkan wanita yang sangat di rindukannya itu kini terlihat begitu cantik dengan dress hitam selutut yang menjadi pilihan utama saat sekretarisnya memberi pilihan beberapa dress yang cocok di pakai dara saat pesta nanti.

Dan saat ini dia begitu terpukau dengan tampilan dara malam ini, make up tipis mampu merubah tampilannya malam ini, di padu dress panjang hitam membuat tubuh jenjangnya semakin terlihat begitu menawan. Bahkan, jika saja malam ini tak ada acara penting, mungkin saat ini juga dia langsung mengunci dara di dalam kamar bersamanya.

Deo mengeleng-gelengkan kepalanya pelan untuk menghilangkan pikiran buruknya itu. Tatap wajahnya kembali menatap dara dengan tatapan penuh cintainya.

"Kenapa?"

"Penampilan ku sangat buruk ya?"

Deo langsung bergerak cepat menghampiri dara yang berada di depan kosannya."Nggak kok! Penampilan kamu malam ini sangat luar biasa hingga membuat ku tak bisa berhenti memujimu Ra," jelasnya tanpa mengedipkan matanya.

"Kamu sangat cantik Ra! Benar saja, selama empat hari ini kamu mampu membuatku mabuk kepayang karena tak bisa berjumpa dengan mu," lirihnya menatap teduh kedua mata dara.

"Aku sangat merindukanmu Ra!" Bisiknya lirih."Bahkan selama itu pula wajah kamu selalu terbayang-bayang di pikiran ku selama empat hari saat tak ada kamu di sisiku dan ingin rasanya cepat-cepat kembali lagi ke Jakarta hanya ingin bertemu dengan kamu." Deo menggapai jemari dara, lalu mengengamnya seerat mungkin.

"Ternyata berpisah dari kamu itu hal yang sangat menyakitkan bagi ku, rasanya aku tak akan sanggup jika sering seperti ini." Tatap Deo benar-benar meyakinkan tak ada kebohongan sedikitpun yang terlihat di sana.

"Dan aku ingin kamu selalu ada di sisiku selamanya," ungkap Deo, lalu mendekatkan bibirnya berniat mengecup bibir dara saat ini.

Dara mulai terbuai, namun ingatan-ingatan Tante Reni membuat dia sadar siapakah dirinya buat Deo.

"Jangan pernah terbuai dengan ucapan manis Deo!"

"Jangan pernah ada kata cinta di antara kalian!"

"Tante ingin Deo bersanding dengan wanita yang tepat untuk masa depannya!"

"Dan itu bukan kamu!"

Saat itu juga dara langsung mengelak dari ciuman Deo, meski sudah menempel beberapa detik. Ada rasa tak terima di dalam hatinya saat dia melepas secara paksa kecupan itu. Dia juga tak ingin terjebak dengan semua ini yang nantinya akan menyakiti hatinya sendiri.

"Kenapa Ra?"

Deo merasa terkejut dan kecewa saat dara menolak ciumannya secara tak terduga.

"Jam berapa sekarang?" Tanya dara berusaha menetralkan keadaan yang rasanya mulai berubah tegang.

"Kita nggak ada waktu buat main-main, kita juga harus sampai di pesta tepat waktu,"alibi dara mencari alasan supaya Deo tak curiga dengan gelagat anehnya saat dia menolak ciumannya.

"Tuh lihat!" Ujar dara menatap ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya yang ternyata jarum jam sudah menunjuk ke angka 7.

"Apa kata kolega kamu nanti, kalau lihat kamu datang terlambat?" Ujar dara lagi yang mampu membuat kesal Deo.

"Iya, iya Ra! Aku tahu dan mengerti apa yang kamu maksud." Kesal Deo menatap dara."Tapi, ya nggak di tolak juga lah," sambungnya lalu pergi berlalu begitu saja melewati dara tanpa mengandeng jemarinya.

Ada rasa kecewa saat melihat Deo benar-benar marah padanya. Tapi, mau gimana lagi, dia gak ingin masuk ke dalam lubang yang di buat Tante Reni terhadapnya, meski sudah banyak peringatan yang di berikan Tante Reni kepadanya.

Mungkin dengan seperti ini Deo sedikit menjauh darinya.

"Katanya mau datang di sana tepat waktu! Kok malah ngelamun sih."

Dara langsung bergegas berjalan ke arah mobil dan duduk di samping deo yang enggan berbicara kepadanya.

Bahkan selama perjalanan menuju tempat pesta berlangsung, mereka hanya berdiam diri tanpa bersuara dalam keheningan malam yang terasa begitu menyesakan.

Meski kadang dara melirik sesekali ke arah Deo, ternyata pria itu bersikap acuh padanya. Dia ingin sekali berteriak kepada Deo untuk memutar balik mobilnya dan kembali mengantarkannya balik ke rumahnya dari pada dia berada situasi seperti ini, situasi yang sangat mencekam.

Tapi jika hal itu benar di lakukan, Deo pasti akan semakin marah terhadapnya, jadi dia mengurungkan hal itu karena bagaimanapun kejadian seperti ini terjadi itu karenanya.

Deo menghela nafas dengan kasar, saat mereka berdua berdiam diri selama lima menit lebih setelah mobilnya sampai di parkiran hotel bintang lima yang menjadi tempat pesta itu di selenggarakan.

Tatap matanya menatap dara sekilas, lalu keluar dari dalam mobil.

Terlihat deo berlari kecil memutari mobilnya dan berhenti tepat di pintu mobil tempatnya, lalu membukanya dengan perlahan."Ayo keluar!"

Dara menurut dan keluar dari dalam mobilnya dengan sedikit kesusahan.

"Hati-hati nanti jatuh."Deo memberi peringatan dan secara reflek memegang erat lengan dara supaya tak terjatuh karena dress panjang yang di kenakan malam ini.

Tatapan mereka berdua bertemu, senyum Deo kembali terukir menatapnya."Maaf karena pilihan ku ini membuat mu sedikit kerepotan karena bawahnya terlalu panjang."

Dara tersenyum kecil."Nggak apa kok! Mungkin aku belum terlalu terbiasa," jelasnya membalas tatapan Deo."Jadi, santai saja... Jangan terlalu heboh!" Sambungnya di iringi kekehan yang membuat Deo kesal.

"Heboh gimana sih Ra?" Tanya Deo heran tak terima dengan ucapan dara tadi."Aku begini itu nggak mau kamu terluka, hatiku teriris jika saja melihat mu terluka sedikitpun dan aku nggak mau itu terjadi sama kamu." Sambungnya memegang jemari dara dengan lembut penuh kasih sayang.

"Kok jadi melow kayak gini sih?" Tanyanya."Kita ke sini itu untuk menghadiri pesta bukan untuk tangis-tangisan seperti ini."

Deo terdiam menelisik wajah dara yang penuh perbedaan. Tatapan dara sangat berbeda tak seperti empat hari yang lalu sebelum dia pergi ke luar kota.

"Kamu harus percaya bahwa aku nggak akan kenapa-napa saat kamu berada di sisiku," ungkapnya berusaha bersikap biasa saja seperti tak ada apa-apa."Jadi, aku selalu percaya bahwa hidup ku tak akan kenapa-napa jika kamu ada di dekat ku, jangan pernah tinggalkan aku!" Lirih dara terbata tak kuasa menahan rasa sesaknya di dalam hatinya.

Deo tersenyum gemas, lalu mengacak pelan rambut dara yang tertata rapi."Aku janji akan selalu ada dimana pun kamu berada Ra! Hidup ku hampa jika tak ada kamu di sisi ku," jedanya pelan."Kamu tahu selama empat hari lalu saat aku berada di Batam, hidupku hampa penuh kekosongan... Dan aku sadar ternyata aku sangat membutuhkan kamu untuk selalu ada di sisi ku, ingin rasanya aku sesegera mungkin kembali ke Jakarta hanya untuk memeluk erat tubuh mu untuk menuangkan semua rasa rindu ini yang mendalam, eh, sampai di Jakarta beneran dianya nggak mau di cium lagi... Gak tahu apa kangennya nggak ada obat."

Saat itu juga dara langsung memeluk erat tubuh Deo menumpahkan semua perasaan kalutnya selama beberapa hari terakhir setelah pertemuannya dengan tante Reni.

"Maaf!"

"It's oke!" Deo tersenyum bahagia menatap dara, lalu kembali memeluk tubuh dara dan mengecup pelan kening dara.

"Ayo kita masuk ke dalam!" Ajak Deo mengulurkan tangannya untuk di sambut oleh dara.

Dengan senang hati dara menggapai tangan Deo lalu berjalan bersama menuju ke arah pesta itu dengan beberapa ocehan Deo yang membuat dara tersenyum di sepanjang perjalanan menuju tempat pesta berlangsung.

Jangan lupa vote dan komen di part ini.

Terima kasih 🙏🙏🙏



DEORANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang