Bab 6 : Fakta yang Tersembunyi

19 4 0
                                    

Saat Sophia tanpa sengaja melihat kakaknya Luci,mengenakan seragam sekolah, keinginan untuk mengenal lebih jauh tentang kehidupan di luar istana semakin tumbuh dalam dirinya. Melihat Luci yang siap memulai petualangan barunya, Sophia merasa iri pada kakaknya karena luci bisa menikmati kehidupan di luar istana sedangkan dirinya terkurung di istana.

Dengan mata berkaca-kaca, Sophia mendekati Ibu dan ayahnya, dan bertanya,

"Mengapa Luci boleh pergi ke sekolah formal? Apakah aku juga bisa pergi ke sana?"

Ayah Sophia, yang melihat keinginan Sophia, mencoba menjelaskan dengan lembut,

"Sophia, sekolah formal adalah tempat yang berbeda dan memiliki peran yang berbeda dari apa yang harus kamu pelajari di istana. Luci memiliki kepentingan dan potensi di tempat yang berbeda dengan yang kamu miliki. Tapi jangan khawatir, kamu akan tetap belajar banyak tentang tugas dan tanggung jawab sebagai keluarga kerajaan di sini."

Namun, Sophia tetap bersikeras dan merengek pada orang tuanya,

"Tapi aku ingin pergi ke sekolah formal juga. Aku ingin belajar seperti dulu."

Ibunya, melihat tekad Sophia, akhirnya mengangguk dan berkata,

"Baiklah, Jika itu yang kamu inginkan, kita akan mempertimbangkan untuk memberimu kesempatan untuk belajar di sekolah formal . Namun, saat ini, kamu masih harus menyelesaikan persiapan yang telah dimulai. Jika kamu bekerja keras, suatu hari nanti kamu juga akan mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah formal."

Dengan janji yang diberikan oleh Ibu dan ayahnya, Sophia merasa sedikit lebih puas dan bersedia untuk melanjutkan persiapannya di istana. Meskipun ia masih merindukan petualangan di luar tembok istana, ia tahu bahwa pembelajaran di dalam istana juga sangat berharga, dan ia akan menjalani peran dan tanggung jawabnya dengan penuh tekad dan semangat.

Sophia terus menjalani hari-harinya di istana dengan penuh semangat dan tekad. Ia terus belajar tentang tugas-tugas sebagai anggota keluarga kerajaan dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang penuh tantangan.

Suatu hari raja memanggil Zara dan Sophia untuk datang menemui dirinya yang sedang berbaring di kamarnya. Mereka berdua memberikan salam hormat yang mereka pelajari kepada Raja. Raja sangat bangga dengan perkembangan Sophia dan Zara, mereka berdua memiliki kemampuan yang cepat dalam memahami sesuatu.

"Bagaimana kabar kalian apa kalian nyaman tinggal di istana?" Tanya raja

Sophia dan Zara menjawab dengan hormat,

"Kami baik, Kakek. Kami merasa sangat nyaman tinggal di istana. Ini adalah suatu kehormatan besar bagi kami."

Raja tersenyum mendengar jawaban mereka.

"aku senang mendengarnya. Istana adalah tempat yang memiliki banyak aturan yang rumit yang sudah berlaku secara turun temurun, aku senang kalau kalian nyaman. Tetapi selalu ingatlah nak, kita bisa tinggal di istana adalah berkat rakyat tetaplah hormati dan jaga rakyat seperti keluarga kalian sendiri."

Sophia dan Zara mengangguk penuh pengertian. Mereka mengerti apa yang diucapkan oleh kakeknya itu ia berjanji pada dirinya tidak akan pernah menjadi orang yang mengecewakan untuk siapapun terutama pada kakek, paman Reynard dan rakyat Adelaar.

Mereka melanjutkan percakapan mereka, Raja bercerita mengenai perjalanan hidupnya saat masih menjadi seorang pangeran hingga waktu tak terasa telah usai berlalu Sophia dan Zara pun izin pamit kepada raja. Raja pun mengizinkannya.

Saat di koridor Zara, yang penuh semangat, tersenyum pada Sophia dan berkata, "Kak, bagaimana kalau kita berlomba? Siapa yang dapat sampai duluan yang kalah harus memberikan makanan penutup nya selama 3 hari ?"

Sophia tertawa dan menerima tantangan dengan senang hati.

"Okey! Siapa takut."

Mereka mulai berlari secepat mungkin menuju kediaman mereka. Langkah mereka cepat dan ringan, dan mereka saling bersaing dengan penuh semangat.

Perlombaan itu memberikan mereka momen kegembiraan dan keceriaan di antara segala etika dan tanggung jawab mereka yang harus dilakukan sebagai anggota keluarga kerajaan. Mereka tertawa dan berteriak sambil berlomba di koridor istana yang megah, menciptakan kenangan yang indah bersama.

Sir William yang berjalan di depan mereka terkejut melihat kedua putri itu berlari, ia berbalik dengan cepat, dengan ekspresi kejutan di wajahnya, yang melihat Sophia dan Zara yang sedang berlomba di koridor istana.

Sir William mengernyitkan kening, namun tidak dapat menahan senyumnya. Ia berkata dengan nada candaan, "Tampaknya saya terlambat untuk perlombaan ini, Yang Mulia."

Sophia dan Zara tertawa. Mereka menjawab,

"Maaf, Sir William, kami tidak bermaksud melibatkan Anda dalam perlombaan ini. Kami hanya ingin sedikit bersenang-senang."

Sir William mengangguk mengerti dan melanjutkan perjalanan bersama mereka. Meskipun terkejut oleh tindakan spontan mereka, ia juga merasa senang melihat kebahagiaan dan persaudaraan yang mereka miliki. Momen itu adalah pengingat bahwa di antara segala etika yang harus mereka lakukan sebagai anggota keluarga kerajaan, kebahagiaan dan keceriaan tetap penting untuk dijaga.

Saat Sophia melewati kamar Luci di keesokan malam, dia mendengar suara tangisan yang datang dari dalam kamar. Sophia merasa prihatin dan ingin memastikan kakaknya baik-baik saja. Ia memutuskan untuk berhenti dan mendengarkan dengan hati-hati.

Dalam kamar, Sophia tidak hanya mendengar tangisan Luci, tetapi juga suara ibunya yang berbicara dengan penuh perhatian. Luci duduk di dalam kamar bersama ibunya.

Luci berkata,

"Ibu, aku merindukan rumah tempat tinggalku yang lama, tempat dimana kita hidup dengan bahagia sebelum kita pindah ke istana. Aku merasa seperti ada yang hilang di dalamku."

Ibu Luci mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Luci, aku mengerti perasaanmu. Perubahan ini memang tidak mudah, dan aku tahu betapa kamu merindukan rumah lama kita. Tetapi nak, mohon bersabar atas rintangan yang rumit ini ibu mengerti kamu sangat kesulitan untuk beradaptasi disini, tapi seiringnya waktu kamu pasti bisa terbiasa dengan kehidupan disini."

Luci juga membagikan perasaannya yang lain.

"Ibu, aku juga merasa kesulitan di sekolah. Beberapa anak bangsawan di sana sering mengolok-olokku dan membuatku merasa tidak nyaman."

Ibu Luci merangkul putrinya dan berkata,

"Luci, jangan biarkan perkataan mereka merusak harga dirimu. Kamu adalah seorang yang hebat dan memiliki kualitas yang luar biasa. Ini adalah tantangan yang sulit, tetapi bersama-sama, kita akan melewati semua ini. Dan jangan lupa, kita semua selalu ada untukmu."

Luci merasa didengarkan dan didukung oleh ibunya, dan itu memberinya sedikit kenyamanan di tengah-tengah perasaan kesulitan yang sedang dia hadapi. Luci menghapus air matanya dan merasa lebih kuat setelah berbicara dengan ibunya. Terlintas dalam pikirannya mengenai pertanyaan pertanyaan yang membuat dirinya selama ini penasaran.

Dengan rasa keberanian, Luci bertanya, "Ibu, Luci sebernanya bingung mengapa Sophia yang bukan anak kandung ayah bisa menjadi anggota keluarga kerajaan?"

Pertanyaan Luci tentang Sophia membuat ibunya terdiam sejenak. Saat ibu mau menjelaskan tiba tiba terdengar suara benda terjatuh, suara itu berasal dari Sophia yang tidak sengaja menjatuhkan vas bunga di dekatnya. Sophia terkejut mendengar fakta mengenai dirinya air matanya mulai menetes, ia berlari menjauh dari kamar Luci ia takut ketahuan mendengar perbincangan mereka.

Ibu dan Luci terkejut dengan suara itu, ibu segera menyadari potensi risiko bahwa fakta tentang asal usul Sophia bisa terungkap kepada pihak luar.

"Luci, mengenai pertanyaan itu akan ibu jawab lain kali. Ibu takut kalau fakta ini sampai terdengar oleh pihak pihak yang ingin menjatuhkan keluarga kerajaan, jadi kamu harus berhati hati dengan rahasia ini yah."

Luci mengangguk, Ia menyadari bahwa rahasia ini adalah hal yang sangat penting, dan ia bersedia untuk berusaha lebih hati-hati agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.


PEWARIS MAHKOTAWhere stories live. Discover now