Bab 7: Perasaan Kecewa

18 1 0
                                    

Sophia bersedih dan menangis di kamarnya, Kesedihannya masih terasa begitu mendalam kesedihan itu masih ia rasakan hingga keesokan harinya. Di esok harinya dalam keheningan, Sophia duduk di pinggir kolam air mancur, membiarkan airnya mengalir perlahan di depannya.

Air kolam mencerminkan wajah Sophia, dan dalam refleksi itu, ia mencari jawaban atas banyak pertanyaan yang menghantuinya. Salah satu pertanyaan yang mengahantuinnya adalah mengenai fakta tentang dirinya. Sophia membiarkan air matanya jatuh ke dalam kolam, Dalam keheningan itu, ia mencari kekuatan dan ketenangan untuk mengatasi perasaan bingung dan sedih.

Sophia terkejut saat seorang wanita cantik berambut pirang mendekatinya. Wanita itu memiliki tatapan lembut dan penuh empati dalam matanya.

"Yang Mulia sedang apa disini?" Tanya wanita itu

Ia segera mencoba merapikan dirinya. Dengan hati-hati, ia menjawab,

"Hanya sedang melihat lihat taman saja."

Sophia mencoba menjawab dengan tenang, meskipun dirinya masih terkejut oleh kehadiran wanita cantik ini. Ia merasa perlu menjaga ketenangan dan menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dalam situasi ini.

Wanita itu tampaknya memahami dan hanya tersenyum lembut sebagai tanggapannya.

"Taman ini memang indah, bukan? Seringkali, tempat seperti ini bisa menjadi tempat yang baik untuk merenung dan memahami perasaan kita."

Sophia mengangguk dengan setuju, dan ia merasa sedikit lega bahwa wanita ini tidak menggali lebih dalam tentang alasan di balik pertemuan mereka.

Wanita itu tersenyum dan menceritakan lebih lanjut,

"Saya seringkali dibawa ke taman ini oleh kakak saya. Dia selalu mengatakan bahwa alam dapat memberikan ketenangan dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dalam hidup."

Sophia mendengarkan dengan perasaan yang semakin tenang. Cerita wanita ini membuatnya merasa lebih dekat dengan wanita itu, dan ia merasa bahwa mereka berdua bisa berbagi pemahaman yang mendalam tentang taman ini dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

"Terima kasih telah berbicara dengan saya. Ini membantu saya merasa lebih baik."

Wanita itu tersenyum penuh pengertian dan menjawab,

"Tidak masalah, Yang Mulia. Terkadang, berbicara dengan seseorang dapat membantu kita merasakan bahwa kita tidak sendirian dalam perasaan kita. Saya harap Anda akan merasa lebih baik setelah ini."

Sophia membalas dengan senyuman manisnya. Dengan perasaan ingin tahu yang tumbuh, Sophia akhirnya bertanya pada wanita itu,

"Maaf, saya belum tahu namamu. Bisakah kamu memberitahuku namamu?"

Wanita itu tersenyum dan menjawab, "Nama saya Ivy, Yang mulia."

Sophia merasa senang setelah mengetahui namanya. Ia merasa dengan kehadiran Lady ivy membuat dia bisa melupakan kesedihannya. Mereka melanjutkan berbicara, saling berbagi, dan merasakan ikatan persahabatan yang terjalin di tengah keindahan taman yang mereka nikmati bersama.

Sophia merasa semakin dekat dengan Lady Ivy setelah pertemuan mereka di taman. Wanita itu telah memberinya dukungan dan kehangatan, yang membuat Sophia merasa nyaman dalam berbicara dan berbagi cerita. Kini, taman telah menjadi tempat yang sangat istimewa bagi Sophia, dan dia sering pergi ke sana dengan harapan bertemu dengan Lady Ivy lagi.

Ketika Sophia mengunjungi taman, dia merasa tenang dan bebas untuk berbicara tentang perasaannya dan kekhawatirannya. Mereka berdua sering berjalan-jalan di taman, duduk di bawah pohon, dan berbicara tentang berbagai hal. Lady Ivy telah menjadi teman yang sangat berarti bagi Sophia, dan mereka telah membentuk ikatan persahabatan yang kuat.

Sophia sangat berterima kasih atas kehadiran Lady Ivy dalam hidupnya dan merasa bahwa pertemuan mereka adalah suatu berkah.

Namun suatu hari saat Sophia tiba di taman, ia merasa kebingungan dan sedikit kecewa karena tidak melihat Lady Ivy seperti biasanya. Ternyata Lady Ivy sedang bertemu dengan Ratu di ruangannya.

Lady Ivy memberikan salam hormat kepada Ratu, "Yang Mulia."

Ratu berbicara dengan tegas dan serius,

"Aku tahu bahwa kamu akhir akhir ini sedang dekat dengan cucuku Putri Sophia. Menjauhlah darinya"

Lady ivy yang mendengar perkataan ratu merasa terkejut dan sedih, Dengan penuh rasa hormat ia bertanya kepada Ratu

"Yang Mulia, apakah saya boleh mengetahui alasannya? Saya hanya ingin membantu Yang mulia Putri merasa nyaman di istana, dan saya merasa sangat terikat dengannya."

Ratu menjawab dengan tegas,

"Alasan saya adalah untuk menjaga keamanan Putri Sophia dari pengaruh keluarga Linford."

Lady ivy menitihkan air matanya, Ia merasa berat hati harus menjauh dari Sophia, yang telah menjadi seperti keluarganya sendiri. Dengan berani ia melontarkan sebuah kalimat.

"Sophia juga bagian dari linford Yang mulia"

Ratu yang merasa tersinggung dan marah mendengar lontaran kalimat Lady Ivy, tiba-tiba menampar wajah Lady Ivy dengan penuh amarah. Lady Ivy terkejut dan merasa sakit akibat tamparan tersebut. Ratu berbicara dengan tegas sambil membisikkan ke telinga Lady Ivy.

"Jangan sekali-sekali mengungkit-ungkit asal usul Sophia di depan saya! Ini adalah perintah terakhir saya, Lady Ivy. Jika Anda melanggarnya, Anda akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius."

Lady Ivy, sambil menahan sakit di wajahnya, tunduk dan memberikan jawaban yang penuh rasa hormat, "Saya meminta maaf, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud mengungkit-ungkitnya. Saya hanya ingin menjelaskan hubungan saya dengan Sophia."

Ratu menatap Lady Ivy dengan dingin,

"Ingatlah peringatan saya!"

Lady Ivy segera meninggalkan ruangan Ratu dengan diantar pelayan ratu, merasa sedih dan terpukul oleh peristiwa ini. Ia tahu bahwa ia harus lebih berhati-hati dan patuh terhadap perintah Ratu.

Sophia yang menunggu kedatangan Lady Ivy yang tak kunjung datang merasa semakin sedih. Namun, tiba-tiba Sir Linford muncul di dekatnya. Dengan ekspresi yang berbeda dengan biasanya, ia tampak lebih ramah.

"Apa yang sedang anda lakukan di sini Yang Mulia?" Tanya Sir linford sembari tersenyum

Sophia merasa kebingungan dengan ekspresi Sir Linford, ia tak biasanya bersikap ramah pada Sophia, dengan hati hati sophia menjawab dengan sopan.

"Saya sedang menunggu seseorang"

Sir Linford mengangguk mengerti. "Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Sophia merasa sedikit lega dengan perubahan sikap Sir Linford, meskipun ia masih merasa waspada. "Terima kasih, Sir Linford. Saya hanya ingin berbicara dengannya."

Sir Linford tersenyum lembut.

"Baiklah, Yang Mulia kalau begitu saya pamit pergi. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan bantuan apa pun."

Sir linford pun pergi meninggalkan Sophia sendirian di taman.

Sophia terus menunggu Lady Ivy hingga matahari terbenam, tetapi Lady Ivy tak kunjung datang menemuinya. Ia merasa semakin cemas dan bingung. Seorang dayang Ratu yang bernama lady Anne melihat Sophia sendirian di taman ia menghampirinya dengan penuh kekhawatiran.

"Yang Mulia, mengapa anda masih diluar? Hari sudah mulai gelap" tanya dayang Ratu dengan nada prihatin.

Sophia menatap lady anne dengan ekspresi sedih,

"Saya sedang menunggu Lady Ivy, tetapi dia tidak kunjung datang. Saya tidak tahu apa yang terjadi."

Lady anne tampak kebingungan karena ia mengetahui tentang kejadian antara Ratu dan Lady Ivy. Namun, ia mencoba menenangkan Sophia dengan penuh kebijaksanaan.

"Jangan terlalu khawatir, Yang Mulia," kata Lady Anne dengan lembut. "Saya yakin ada alasan tertentu mengapa Lady Ivy tidak dapat datang saat ini. Mungkin ada sesuatu yang mendesak yang membutuhkan perhatiannya."

Sophia yang merasa sedih karena tidak bisa menemui Lady Ivy, akhirnya dengan terpaksa ia kembali kekamarnya sembari diikutii perasaan kecewa.

PEWARIS MAHKOTAWhere stories live. Discover now