Bab 8 : Emosi tentang fakta ini

9 1 0
                                    

Seusai melakukan aktivitas pembelajaran Sophia yang masih dengan perasaan bingung dan sedih, ia berjalan di koridor istana dengan langkah yang lamban. Pikirannya penuh dengan pertanyaan dan perasaan campur aduk, dan ia merasa benar-benar terombang-ambing.

Ia berusaha untuk merapikan pikirannya. Setiap langkahnya terasa berat, seperti beban perasaannya yang semakin mendalam.

ia berharap dapat bertemu kembali dengan penyemangatnya yaitu Lady Ivy, dialah warna yang membuat Sophia kembali pada keceriannya.

Dalam langkah yang kalut Sophia berpapasan dengan seorang pelayan, pelayan itu berhenti didepannya. Dengan rasa hormat kepada Sophia pelayan itu menyampaikan pesan dari seseorang yang misterius.

"Yang Mulia, Ada Seseorang yang ingin menemui anda di taman dekat kolam air mancur" ucap pelayan itu.

Sophia yang kalut akan perasaan bingung dan sedihnya, terkejut dengan pesan yang disampaikan oleh pelayan itu. Siapa yang ingin bertemu dengannya di taman? Pikirannya langsung tertuju pada Lady Ivy, harapannya untuk bertemu penyemangatnya kembali.

Dengan rasa penasaran, Sophia mengangguk pada pelayan itu dan berterima kasih atas pesannya. Dia segera mengarahkan langkahnya ke taman dekat kolam air mancur, berharap dapat kembali menemukan warnanya.

Namun harapan hanyalah sebatas harapan, ternyata bukanlah Lady Ivy yang menunggunya melainkan Sir Linford. Kekecewaanya kembali mengisi hatinya, dalam sekali menghela napas Sophia berusaha tetap tegar agar siapa pun tidak ada yang tahu tentang perasaan dan pikirannya yang mendalam.

Tapi....

"Mengapa dalam senyum Sir Linford , ia seperti tampak menahan kesedihan akan kerinduan?" ucap batin Sophia

Sir Linford tiba tiba memeluk Sophia dia memeluk sembari menangis rindu akan kehadiran Sophia, Sophia terkejut dengan pelukan itu. Dalam pelukan itu sir linford berkata.

"Cucuku" ucap Sir linford sembari menangis.

Namun Tangisan itu palsu, Sophia tidak menyadari bahwa tangisan itu merupakan Sebuah rencana licik, Sir linford.

#Flashback di kediaman Linford

Di ruang kerjanya, Sir Linford sedang berbicang dengan anak laki lakinya yaitu Edward penerus keluarga Linford selanjutnya.

"Aku yakin sekali bahwa anak pangeran Reynard masih hidup" ucap Sir linford

Edward mendengarkan perkataan ayahnya dengan serius. Dia adalah anak cerdas dan ambisius sama seperti ayahnya.

"Apa yang membuatmu yakin begitu, ayah?" tanya Edward dengan ekspresi serius.

Sir Linford menjawab dengan rasa keyakinan,

"Apakah kamu tidak merasa bahwa Putri Sophia sama sekali tidak mirip dengan pangeran Zevan, tapi dia sangat mirip dengan adikmu mulai dari rambut dan perilaku. Dan lagi aku mendapatkan informasi dari Dayang Anne dia mendengarkan pembicaraan ratu dan pangeran Reynard, saat itu mereka membahas mengenai takdir Putri Sophia dengan kecelakaan itu."

Edward mempertimbangkan argumen yang disampaikan oleh ayahnya dan informasi dari Dayang Anne.

"Jika Putri Sophia benar-benar adalah anak Pangeran Reynard, berarti yang harus nya menjadi pewaris tahta bukanlah pangeran zevan melainkan Putri Sophia. Ayah, berarti kita harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memanfaatkan situasi ini."

Sir Linford mengangguk, merasa puas dengan keputusan anaknya. Mereka berdua memahami bahwa ini adalah langkah pertama dalam rencana mereka untuk mencapai ambisi politik mereka.

#Flasback End

Sophia melepaskan pelukan Sir Linford ia bingung dengan apa yang terjadi, ia pun bertanya kepada Sir Linford.

"Apa yang anda maksud dengan cucu?"

Sir Linford menjawab dengan suara tenang,

"Yang Mulia, mungkin ini mengejutkan bagi anda. Namun saya akan menjelaskan mengenai pertanyaan pertanyaan yang menghantui anda selama ini"

Sir Linford menceritakan kepada Sophia mengenai asal usul kelahirannya dimana dulu Pangeran Reynard memiliki istri dan anak. Istrinya bernama Lady Martha, ia adalah anak Sir Linford sekaligus kakak Lady Ivy. Lady Martha baru saja melahirkan saat itu namun ia dan bayinya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Lady Martha meninggal dunia namun bayinya tidak diketahui tentang keadaanya. Sir Linford menambahkan,

"Publik hanya tahu bahwa bayi itu sudah meninggal, tapi saya selalu percaya bahwa cucu saya masih hidup. Dan saya sangat senang melihat anda dan mengetahui doa saya dikabulkan oleh tuhan" ujar Sir linford dengan tangisan bahagia yang sebenarnya tangisan itu adalah tangisan yang penuh dengan tipuan.

Sophia mendengarkan dengan perasaan campur aduk. Itu adalah cerita yang sangat tidak terduga, dan ia tidak tahu harus meresponsnya. Ia merasa seolah dunianya tiba-tiba terbalik, dan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantuinya mulai mendapatkan jawaban.

"Apakah ini benar, Sir Linford?" Sophia bertanya dengan suara gemetar.

Sir Linford mengangguk,

"Iya, Yang Mulia. Semua ini adalah kenyataan yang selama ini disembunyikan dari publik. Saya merasa bahwa Ratu sengaja menyembunyikan fakta ini agar keluarga Harrison memiliki banyak kesempatan untuk mengendalikan Negara Adelaar dan Anda."

Sophia merasa marah dan sedih dengan kenyataan ini. Dia merasa ditipu dan dikhianati oleh semua orang yang dia percayai. Di balik kesedihan Sir linford yang ia perlihatkan kepada Sophia, ia sangat bergembira karena pada akhirnya rencana yang dulu dia buat bisa terlaksana.

Saat matahari mulai terbenam, para pelayan segera menyiapkan hidangan untuk malam itu. Mereka menyusun meja dengan penuh kerapihan, menaruh lilin-lilin yang indah di sekelilingnya, dan menyajikan hidangan-hidangan istana yang lezat. Hari ini adalah hari seluruh anggota Keluarga Kerajaan makan malam bersama

Sophia duduk di atas kursi yang luas, tetapi pikiran dan emosinya masih terbayang dengan cerita Sir Linford tadi. Ratu duduk disamping ujung meja, dengan wajah yang serius. Zara duduk di sebelah Sophia

Sedangkan Ayah, Ibu, Rendy dan Luci duduk di seberang mereka. Selama makan berlangsung, semua orang tampak menikmati makanan mereka dengan penuh selera, kecuali Sophia. Ia hanya bermain-main dengan makanannya, mengaduk-aduk makanan di atas piringnya tanpa benar-benar menyentuhnya. Pikirannya terus melayang pada pembicaraan dengan Sir Linford dan semua fakta yang telah diungkapkan.

Sophia merasa begitu terasing di antara keluarganya. Mereka duduk di sekeliling meja, tetapi rasanya seperti ada jurang yang memisahkan mereka. Ia merasa tertekan oleh semua rahasia yang telah terkuak, tetapi juga marah dengan bagaimana semuanya selama ini disembunyikan.

Ibu memperhatikan Sophia dengan perasaan cemas yang dalam. Ia merasa khawatir tentang perubahan dalam perilaku Sophia. Sebelumnya, Sophia adalah gadis yang ceria dan penuh semangat, tetapi akhir-akhir ini, ia tampak lebih pendiam dan murung. Pangeran Zevan yang melihat ke arah istrinya merasa keheranan karena tampak diwajah istrinya sedang mencemaskan dan mengkhawatirkan sesuatu. Ia merasa perlu untuk mengobrol dengan istrinya dan mencari tahu apa yang sebenarnya sedang mengganggu hati istrinya.

Setelah makan malam bersama selesai segera ayah bertanya pada ibu,

"Apa yang membuatmu begitu cemas dan khawatir?"

Ibu, dengan nada cemas di wajahnya, menjawab pertanyaan suaminya,

"aku khawatir tentang Sophia. Dia tampak berubah dalam beberapa waktu terakhir ini. Sifatnya yang dulu ceria dan bahagia berubah menjadi pendiam dan murung. Aku tidak tahu apa yang sedang mengganggunya." Ujar ibu

Ayah mendengarkan dengan serius dan ekspresi cemas. Setelah sejenak berpikir, dia berkata,

"Kita perlu berbicara dengan Sophia, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Ibu merasa lega mendengar reaksi suaminya yang bijaksana. Mereka sepakat untuk berbicara dengan Sophia dan mencari tahu apa yang telah mengubahnya dalam beberapa waktu terakhir ini. Ayah memanggil Sophia untuk datang ke ruang keluarga

Sophia yang mendengar panggilan dari ayahnya segera datang ke ruang keluarga dengan perasaan campur aduk. Ia merasa sedikit gugup dan penasaran tentang alasan panggilan tersebut. Sophia memasuki ruangan dengan ekspresi yang cemas, siap mendengarkan apa yang akan diungkapkan oleh ayah dan ibunya.

PEWARIS MAHKOTAWhere stories live. Discover now