Prolog

48K 3.7K 1.4K
                                    

HAIII GUYSS, KALIAN NEMU CERITA INI DARI MANA?

Btw, yang belum tau, ini squel dari cerita aku yang judulnya My Roommate. Tapi tenang ajaa bisa dibaca terpisah kok. Cerita ini berdiri sendiri soalnya. Yap, ini cerita anaknya Agatha sama Raka.

Hati-hati, Arka lebih berbahaya dari pada bapaknyaa. SIAPKAN HATI KALIAN.

***

"ARKA! ARKA! AKU PUNYA BERITA BAHAGIA!" Gea berlari seraya mengangkat ponsel tinggi-tinggi dengan senyum lebar. Gadis mungil itu mendorong pintu dan masuk ke dalam sebuah toko bunga.

Agatha Florist.

Melihat kedatangan gadis itu, Arka melirik sinis. "Apa? Boneka burik lo itu nambah?"

"OHO! Ini lebih bahagia dari itu!" Gea menunjukan layar ponselnya pada Arka dan memekik riang. "Aku di follback Kak Langit! Yeay! Jodoh aku selangkah lebih dekat!"

Arka tidak bereaksi, ia menghela nafas lalu menyingkirkan tubuh mungil Gea dengan menarik mundur kepang rambut gadis itu.

"Minggir lo, gue lagi sibuk!" katanya galak.

Gea berdecak kesal. Ia mengambil sebuah kursi tanpa sandaran lalu duduk sambil menatap Arka yang sibuk menata bunga segar yang baru datang. Arka begitu fokus, ia memisahkan setiap bunga sesuai jenisnya dengan cekatan. Seolah hafal di luar kepala.

Gea menarik kursinya ke samping untuk melihat Arka lebih jelas. Pemuda tinggi itu menyugar rambut tebalnya ke belakang, ada senyum puas di bibir kemerahannya. Dari sini side profil-nya sangat menawan. Kulitnya bersih seolah bersinar. Fitur wajahnya jelas, dihiasi hidung yang tinggi dan rahang yang tegas. Ditambah saat berkedip bulu matanya yang panjang menarik perhatian lebih.

Arkanza Archeron, fisiknya Gea akui mendekati sempurna. Gen keluarganya sangat bagus dan menurun seluruhnya pada Arka.

"Ngapain lo natap gue segitunya? Mau gue colok mata lo?"

Sayang sekali sifatnya tidak seindah rupanya. Emosian, kasar, galak, dan jahat! Gea mewajarkan jika selama delapan belas tahun hidupnya Arka tidak pernah memiliki kekasih sekalipun karena sifatnya itu.

Arka kembali pada pekerjaannya yang hampir selesai dan membuat Gea seolah-olah hanya debu tidak terlihat. Gea menarik kursinya lebih maju, lalu mencolek bahu Arka sampai pria itu menunduk, menatapnya malas.

"Apa lagi, anjing?!"

Gea menatap bunga-bunga cantik di depannya sebelum bertanya. "Arka, Arka. Kalau aku jadi bunga cocoknya jadi bunga apa?"

"Jadi manusia aja nggak bener. Sok-sokan mau jadi bunga," hinanya.

"Jawab dulu, Arka! Aku jadi bunga apa?"

"Bunga bangke."

"Cocok buat lo," sambungnya.

Gea menggembungkan pipi bulatnya. Ia memutar kursi ke kanan, menatap seorang wanita cantik yang duduk di meja kerjanya.

Gea tersenyum licik.

"Tante Agatha! Arkanya--- "

Sebuah tangan besar dilapisi sarung tangan menutup mulutnya. Kursinya di putar paksa membuat Gea harus menatap Arka yang menunduk dan sangat dekat, wajah tampan laki-laki itu ada tepat di depannya dengan tatapan tajam namun lekat.

"Pengadu," desis Arka lalu melepaskan Gea.

Selanjutnya Arka kembali fokus pada kegiatannya hingga membuat Gea semakin kesal. Padahal Arka yang memaksanya datang ke toko bunga sampai menelponnya ratusan kali. Tapi saat sudah di sini, ia malah diabaikan.

My Lethal Boy Friend Where stories live. Discover now