7 - Marah?

19.3K 2.5K 1.6K
                                    

Baru bisa update, kemarin demam tinggi sampe memasrahkan diri, eh taunya sembuh😺


----

****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****


"Cekek mati Langit, nanti gue pinjemin uangnya."

Gea masih kesal mengingat syarat Arka kemarin, ia menendang kerikil di hadapannya kuat-kuat. Memang tidak ada yang bisa diharapkan dari Arka.

Gea sibuk menggerutu sampai tidak sadar jika kerikil yang ditendang mengenai sepeda yang distandar asal-asalan. Sepeda itu jatuh, menimpa motor di sebelahnya. Motor itu juga jatuh, lalu membuat motor-motor di sebelahnya ikut roboh bersamaan.

"GEANDRA! SINI KAMU!"

"APA SIH?" balas Gea kesal. Lalu bibirnya merapat melihat Pak Ucup menatapnya dengan wajah murka dan kumis lele yang berkedut. Gea tersenyum. "Bapak ganteng, kenapa?"

"Kamu ini sebelas dua belas dengan Arka!" tunjuk nya. "Masih pagi sudah buat gara-gara! Mau saya sumpahin berjodoh aja sama si Arka itu, hah?!"

"Amit-amit jabang bayi," gidik Gea. "Sumpahin aku sama Kak Langit aja, Pak," tawarnya.

"Langit?" beo Pak Ucup. "Mampus kamu, Langit mana mau sama orang yang merusak motornya."

"Motor ap----" mulut Gea terbuka lebar melihat kendaraan yang jatuh berjejer di parkiran sana. Semakin sial, karena setelah itu pemilik kendaraan termasuk Langit datang ke sana.

"KERJAAN SIAPA INI, ANJING?!" amuk Langit.

Gea berbalik, buru-buru menutup seluruh wajahnya dengan rambut dan kabur secepat kilat.

"GEA! TUNGGU! MOTOR SAYA GIMANA NASIBNYA?" teriak Pak Ucup yang juga salah satu korban.

"Mana Pak pelakunya?" tanya Langit kesal. Meluruskan tatapan pada gadis bersurai panjang dengan ransel kuning yang menjauh. "Cewek kerdil itu, ya?" tunjuknya.

"Iya, si kecil yang terlalu aktif," kata Pak Ucup memijit keningnya pusing.

"Wah, harus dikasih pelajaran," ucap Langit hampir melangkah pergi.

"Nggak usah dikejar. Nanti kamu ditonjok dedemitnya."

Langit mengerutkan keningnya tidak paham.

"Kerdil-kerdil gitu dia pelihara jin tomang, gepeng kamu nanti dibuatnya."

****

"Tenangnya hidup ini tanpa Arka," ucap Gea menghirup dalam-dalam udara kantin. Tiga detik setelahnya, wajah gadis itu mendatar melihat kertas ulangan harian di tangannya. Telur ceplok. Seperti biasa.

Kemudian Gea kembali tersenyum lebar. Setidaknya, Arka tidak di sini dan menghina nilainya seperti biasa. Indah sekali dunia tanpa Arka.

My Lethal Boy Friend Where stories live. Discover now