8 - Peduli

17.4K 2.6K 1.4K
                                    


Kok Langit lebih ganteng? Gea nggak akan cegil kalau Langit nggak se-wow itu maniess😌

Tipe mukanya Arka Langit beda sih, Langit tengil, soft boy, manis gitu. Arka lebih ke muka kalem, jutek, dan julid. Tapi bagiku, Arka lebih ganteng. Rekeningnya hehe.

***

"PAGI, ARKA GANTENG!" sapa Gea dengan senyuman lebar ketika pintu kamar Arka terbuka, laki-laki itu muncul dengan wajah segar dan rambut sedikit acak-acakan, basah di bagian poninya. Sepertinya ia baru mencuci wajahnya.

"Kamu mau ke mana pagi-pagi gini? Olahraga ya?" Gea meringis akan kebiasaan produktif Arka itu. Aneh baginya, padahal rebahan itu surga dunia.

Arka sangat menjaga kebugaran tubuhnya, bahkan ia bisa pergi ke gym selama seminggu penuh tanpa jeda karena sangat menyukainya. Membuat tubuh pemuda itu terbentuk dengan baik. Kekar dan tinggi.

"Aku mau ikut lari pagi," kata Gea. Tidak seperti biasanya. Di hari minggu seperti ini, gadis itu lebih memilih nonton kartun seharian daripada olahraga.

Arka tidak memberikan jawaban, ia hanya menatap Gea sekilas sebelum melangkah meninggalkannya.

"Aku ikut! Aku ikut!" Gea mengejarnya setelah mengambil sepatu olahraga dari kamar, ia susah payah mengejar langkah panjang Arka.

Gea berlari kecil di belakang Arka, menatap punggung lebar yang terbalut kaus abu-abu. Gea merasa bersalah, Arka memang terlihat sangat marah. Arka begitu menghargai privasi hidupnya. Dan Gea malah menyebarkan nomornya demi uang semata.

Gea menghela nafas pelan. "Arka, kamu masih marah?"

Tidak ada jawaban. Arka bahkan tidak menoleh dan fokus berlari.

"Ish, Arka! Jawab dong!" ucap Gea. "Kamu masih marah? Aku kan udah minta maaf. Maafin, ya?"

Gea mulai frustasi karena Arka terus mengabaikannya. Gea berlari lebih cepat dan berhasil menyusul, ia berlari di sebelah Arka. Menatap pemuda itu lurus yang memasang wajah datar tanpa ekspresi.

Arka meliriknya sekilas, lalu dengan sengaja menambah kecepatan kakinya. Membuat Gea ngos-ngosan untuk mengejarnya.

Gea menghentakan kakinya kesal. Sekarang ia kehilangan jejak Arka. Gea mengelilingi lingkungan tempat tinggal mereka, tapi tetap tidak menemukan Arka. Wajahnya sudah banjir keringat, alhasil Gea duduk karena lelah.

Gea menelpon nomor Arka tapi tidak bisa. Apa nomornya diblokir oleh Arka?

Gadis itu menghela nafas pelan. Arka itu terlihat dewasa, tapi sebenarnya sangat kekanakan. Tidak terhitung berapa ratus kali Gea diblokir saat Arka marah padanya.

Tadinya Gea berniat pulang. Sampai tiba-tiba ia mendapat pesan dari Senja.

Senja : Ge, Kak Langit mau ke rumah gue siang ini. Kadonya gimana? Jadi lo titipin ke gue?

****

Arka diam dengan memandang pada dedaunan hijau di depannya. Ekspresinya tampak buruk. Suasana hatinya belum membaik sejak kemarin.

Kini Arka berusaha mencari ketenangan. Semilir angin dan suasana asri di sini sangat nyaman. Arka berada di dalam rumah pohon tepat di sebelah perkebunan bunga milik mamanya. Pohon besar dan tua itu sudah lama menjadi tempat persembunyiannya.

Arka berdecak. "Bocah nggak tau diri," gumamnya. "Dia lupa siapa gantiin popoknya waktu kecil? Siapa gendong dia keliling komplek pas dia nangis?" gerutunya.

My Lethal Boy Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang