TUJUH

1.7K 78 0
                                    

"Malam tahun baru mau kemana?"

Zea yang tengah menikmati kebab menjawab, "Biasanya Zea bakar-bakaran di rumah sama temen-temen Zea."

"Kalau Rey?"

Seperti biasa, tahun baru sama aja seperti hari-hari biasa buat Rey. Dia hanya akan nongkrong bersama teman-temannya sampai pagi. "Nongkrong mungkin kalo emang Zea kumpul sama teman-teman Zea."

"Rey ikut Zea aja bakar-bakaran! Soalnya Seren juga bawa crush dan Kalea sama pacarnya." Ya, setidaknya Zea tidak harus jadi nyamuk kan?

"Boleh?" Rey menaikkan alis memastikan.

"Siapa yang ngelarang? Kan bakar-bakarannya di rumah Zea. Kalo Rey takut canggung, Rey bisa ajakin Dean. Tapi pastiin dia bawa cewek sih."

"Boleh, besok malam Rey ke Zea ya. Ada keperluan yang harus dibeli?"

"Itu urusan Zea sama temen-temen cewek, gampang itu mah." Zea berpikir. "Tahun kemarin sih Zea cuman bertiga dan bakar seafood aja. Tapi kalau malam tahun baru ini ramai, bakar ayam aja gimana?"

"Boleh. Nanti bilang aja ya totalnya berapa." Meski Rey hanya diberi uang saku sehari 200 ribu oleh Neneknya, cowok itu punya tabungan yang cukup mengingat Rey sangat hemat, hanya menggunakan uang untuk makan dan jika ada keperluan di sekolah.

Tapi untuk mengeluarkan uang buat Zea, Rey tak pernah merasa kurang. Tak pernah memperhitungkan asal Zea senang. Bahkan terkadang, Rey masih merasa bahwa dia belum bisa kasih Zea apa-apa.

Zea sendiri tidak meminta hal-hal berlebihan, dibelikan kebab saja sudah senang. Sebagai Mahasiswa yang sudah mendapat uang sendiri dari hasil penjualan novel jelas tau, Rey masih sekolah. Wajar jika belum punya uang sebanyak dirinya.

"Rey tinggal ke rumah aja nanti. Zea sama Kalea Seren yang nyiapin. Lagian selama kita jalan, Rey selalu keluar uang loh? Kali ini gausah ya, biar Zea aja."

Terdiam. Zea gadis yang baik, dia pengertian. Rey takut, suatu hari nanti tanpa sengaja menyakiti Zea. Meski sudah seberusaha mungkin dia membuatnya bahagia.

"Jangan gitu Zea, kan nanti Dean juga ikut sama ceweknya. Rey bawa uang 200, cukup?"

"Bukan cukup lagi, lagian ayam potong cuman berapa," ujar Zea. "Gausah Rey, simpen aja uangnya, kalo Rey masih maksa gausah ketemu Zea lagi," ancamnya pura-pura kesal.

"Heum? Rey cuman gak enak kalau ngerepotin Zea."

"Rey gapernah ngerepotin Zea loh? Yang ada Zea yang selalu ngerepotin Rey."

Keduanya tengah berada di angkringan malam ini. Zea bilang dia bosan di kafe Savarna dan menolak ajakan Rey untuk pergi ke kafe lain atau jalan-jalan ke mall. Gadis itu malah mengajak Rey ke angkringan yang ramai remaja berpasangan.

Rey menyukai kepribadian Zea, dia bukan gadis yang nego-nego. Bahagia Zea terlalu sederhana, bisa makan kebab setiap hari saja sudah surga duniawi baginya.

Kedekatan mereka sudah lumayan lama, selama ini pun Zea sudah bersikap baik pada Rey tak seperti saat pertama bertemu. Tapi, Rey belum berani menanyakan perasaan Zea untuknya, Rey terlalu takut untuk kembali canggung dan berakhir asing jika ternyata sampai sekarang Zea tetap menganggapnya sebatas teman.

Bukan tidak gentle, Rey hanya menyayangkan jika endingnya asing tanpa memiliki. Rey tidak mau terlalu buru-buru, dia menunggu waktu yang tepat untuk menjadikan Zea gadisnya.

"Rey punya mantan?"

Tiba-tiba saja Zea menanyakan hal itu. "Punya, kenapa Zea?" jawabnya jujur.

HTS?!Where stories live. Discover now