DUA DUA

1.1K 86 7
                                    

Hari ini Zea dan Rey memutuskan untuk pergi ke kafe Savarna. Mengingat masa-masa muda mereka saat awal bertemu. Masa yang indah saat diingat.

Pertemuan dan pendekatan yang singkat tidak pernah disangka endingnya di pelaminan.

         "Dulu awal ketemu kita di sini." Zea tersenyum saat mengingat awal pertemuan mereka. "Kamu ngeledek Zea pendek mentang-mentang tinggi!" gerutunya kesal, Rey tertawa.

        "Tapi seriusan ya, dulu Rey pikir kamu masih anak SMP. Abisnya bocil banget, gemesin. Pengin gigit."

         "Ish mana Zea tau, orang Zea udah loncat-loncat juga tetep segini. Gak nambah tingginya."

         "Nanti malam kakinya Rey tarik aja." Rey memberi solusi, sialnya mendapat cubitan maut dari Zea. "Ngeselin!"

         Interaksi keduanya menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung kafe. Bahkan ada gadis seumuran Zea yang bergosip, bilang kalau mereka pasangan yang cocok. Apalagi cowoknya ganteng abis.

        "Zea ke kamar mandi dulu ya bentar."

         Rey manaikkan alis. "Mau ditemenin?" Zea mendelik. "Ngaco!"

         Lagi-lagi Rey tertawa, membuat Zea kesal menjadi salah satu hobinya sekarang. Gadis itu terlihat makin gemesin saat kesal. Meski sudah menikah, keduanya seperti remaja pacaran pada umumnya. Tidak terlihat Suami Istri.

        "Misi Mas."

         Rey mendongak, menatap gadis kuliahan yang menatapnya malu-malu. Cowok itu menaikkan alisnya bingung. "Ada apa?"

          "Boleh minta username Instagramnya gak? Aku dapet dare dari temen."

           Rey menatap heran, menggeleng tanda menolak. "Username Instagramnya aja gabisa?" gadis itu memaksa.

           "Ekhem." Rey berdeham, menunjukkan cincin pernikahan di jarinya. "Eh ada apa nih?" Zea yang baru kembali dari toilet bingung melihat Suaminya sudah ditempelin gadis lain.

           "She's my wife."

          Rey memeluk pinggang Zea seakan-akan ingin menunjukkan bahwa gadis dalam pelukannya ini adalah Istri yang paling dia sayangi, yang tidak pernah mau dia kecewakan hanya karena tergoda gadis lain.

         Gadis kuliahan itu malu setengah mati. Memilih kembali ke mejanya bersama teman-temannya. Dia terkejut saat tau kalau cowok itu sudah menikah, padahal kelihatannya seumuran dengan dirinya.

         "Ciee baru ditinggal bentar udah ada yang nempel." Zea menggoda, berusaha menahan salah tingkahnya. Apa yang telah Rey lakukan tadi, tidak baik untuk kondisi jantungnya.

          "Cicak kali ay nempel." Rey tertawa. "Kamu tenang aja, mau sebanyak apapun cewek di dunia ini, kamu tetap yang satu-satunya, bukan salah satunya." Rey diam. "Lebay banget gak sih?"

           Zea tertawa, Rey yang bilang sendiri, tapi cowok itu yang bergedik ngeri. Pasalnya Rey memang jarang sekali berbicara manis seperti itu. "Apasi kamu."

          Hubungan positif seperti mereka adalah impian banyak orang. Dua pihak yang saling mengerti satu sama lain, tidak ada yang egois. Cintanya sama-sama besar.

         "Iya, saya pesan cappucino saja. Terima kasih."

          Zea mendengar suara familiar, benar saja ada Alan di sini yang tengah berjalan mendekat ke meja sampingnya. Cowok itu tersenyum saat tatapan ke duanya bertemu. "Hai Zea."

         Jelas Rey langsung menatap ke arah cowok itu yang berani menyapa Istrinya. Rey belum tau wajah mantan Zea, meski ceritanya sudah dia tau secara lengkap.

         "Alan," gumam Zea panik. Dia takut Alan menghancurkan kebahagiaannya, takut Rey berpikir macam-macam dan rumah tangga mereka renggang.

          Rey yang mendengar nama itu pun tau. Cowok itu tersenyum. "Kenapa Mas?" Rey yang membalas.

           Alan menaikkan alisnya. "Lo pacar Zea ya?"

           Rey tidak menjawab. "Mantannya ya?"

            Skakmat. Alan terdiam seribu bahasa. "Iya. Gue cuman mau tau kabar Zea, itu aja."

            Rey mengangguk mengerti. "Alhamdulillah Zea semakin baik, semakin bahagia, semakin berkurang sedih-sedihnya."

             Alan mengangguk, terlihat dari kondisi Zea yang semakin cantik dan terawat. Gadis itu pasti semakin bahagia sekarang.

           "Bagus." Alan tersenyum, tatapannya tak berhenti memandang Zea. Sedangkan gadis itu hanya menunduk takut.

           Rey yang melihat itu jelas sakit, namun sebagai Suami yang baik. Rey akan bersikap dewasa. "Mantan ya mantan kan?"

          "Iya dan pacar belum tentu jadi Suami," balas Alan enteng.

          Lagi-lagi Rey mengangguk. "Apalagi masa lalu, gak akan bisa jadi masa depan."

          Rey menggenggam tangan Zea, menunjukkan cincin di jari manis Istrinya. "Dia Istri gue."

           Alan membatu.

           "Zea gak akan jadi Istri gue kalau dari awal gak lo lepasin. Kecuali kalau emang garis takdir Zea itu, gue." Rey tersenyum. "Move on bro, Zea Istri gue sekarang dan selamanya akan berstatus seperti itu."

HTS?!Where stories live. Discover now