Teryata pendapat Lily dan Mila sama. Keduanya sangat menyayangkan ketika Davina memilih kembali dan memperbaiki hubungan nya dengan Bagas.

"What?! Kamu baikan lagi sama dia? Davina, kamu yakin? Kamu yakin kamu gak bakal sakit lagi setelah ini?" totor Lily pada sambungan telepon.

"Mmm, entah ly, aku masih sayang sama dia."

"Vin... Huft..." Lily menghembuskan nafas nya gusar, "Oke, itu keputusan kamu. Emang, awal aku ngedukung, tapi sekarang aku cuma berdoa yang terbaik buat kamu, Vin. Sekarang kamu tanya gak, siapa cewek yang ada difoto yang ditunjukin sama temen kerja kamu?"

Davina menggeleng meski Lily tak melihat, "Nggak, Ly. Aku lupa, yang aku pikirin kemarin itu yang penting dia comeback in my life."

Lily tak habis pikir, memang cinta membuat seseorang menjadi se-bodoh itu. Cinta membuat seseorang menjadi kehilangan logika. Tapi cinta juga akan membuat seseorang menderita.

"Vin, kamu gak lupa kan, kalo konsekuensi dari mencintai itu adalah patah hati?" Lily membalikan kata-kata yang diberikan oleh sahabat itu ketika Lily mengalami patah hati.

"Aku gak lupa sama sekali, ly. Aku siap sama konsekuensi itu. Dan aku yakin dia bisa berubah, kedatangan untuk memintaku kembali itu terlihat tulus." jawab Davina.

"Aku harap, keputusan yang kamu ambil nggak bakal ngecewain kamu ya, Vin. Kalo ada apa-apa kamu jangan ragu buat curhat sama aku." ucap Lily lalu mengakhiri sambungan telepon.

Davina menelan Saliva nya. Bisa dipastikan jika sahabatnya itu tujuh puluh persen merasa kecewa. Tapi Davina tak bisa berbohong, ia masih menginginkan Bagas ada dihidupnya, bahkan ia berharap jika Bagas bisa menjadi teman semasa hidupnya. Begitu besar harap yang Davina sematkan, seakan ia lupa jika hukum seleksi datang dan pergi itu selalu ada.

Sekarang, yang Davina harapkan adalah Bagas akan tetap berada dalam hidupnya. Ia mau jika harus menemani Bagas dari nol hingga laki-laki itu sukses. Dan akan ia buktikan jika semua hal yang ditunjukkan pada Bagas oleh orang-orang disekitarnya itu salah.

***

Malam ini Davina akan keluar bersama Bagas. Tujuan mereka kali ini adalah sebuah tempat makan yang tak pernah sepi pengunjung. Sebelumnya mereka pernah pergi ketempat itu namun kali ini mereka akan pergi pada cabang yang berbeda. Mereka akan pergi ke Bintaro, dan makan Mie Gacoan yang ada dicabang Bintaro. Cukup jauh bukan?

Butuh waktu sekitar empat puluh menit untuk mereka sampai disana. Belum lagi antrian panjang harus mereka lewati saat hendak memesan.

"Teryata sama. Antriannya panjang banget, kayanya semua cabang mie gacoan itu emang gak pernah sepi pembeli deh." ujar Davina saat dirinya melihat manusia-manusia yang sedang mengantri untuk memesan.

"Kan kamu yang mau kesini. Masa mau balik lagi, jauh loh ini." jawab Bagas.

Davina mengerucutkan bibirnya, "Iya sih, ya udah, ayo kita ngantri." Davina mengajak.

"Duh, Vin... Kamu aja ya, aku nunggu disana. Kita take away aja. Kalo maksa buat dine in kayanya susah deh."

Mood Davina yang tadinya cukup bagus mendadak menjadi jelek saat mendengar perkataan Bagas. Bagaimana bisa ia membiarkan Davina untuk mengantri sendirian? Lalu, dirinya akan melakukan apa selama Davina mengantri?

Tak ada pilihan lain, Davina akhirnya ikut bergabung untuk menunggu giliran memesan. Davina melirik depan serta belakangnya, semua orang tampak berpasangan baik couple atau teman, tidak ada orang yang mengantri sendirian seperti dirinya kecuali para driver shopee food atau sejenisnya.

Setelah sepuluh menit mengantri, tiba gilirannya untuk memesan.

"Silahkan mbak mau pesan apa?" ucap seorang crew ber-name tag Wina.

Satu Cup Ice Cream Ditempat Yang Berbeda (End)Where stories live. Discover now