cukup

14.4K 1.4K 190
                                    

"DIH NAJIS"
"OGAH GUE"
"JAUH JAUH GAK LO"

Setidaknya itu beberapa ucapan yang biasa Krow ucapkan jika dijodoh-jodohkan dengan Jaki. Bukan hal baru sekumpulan sumpah serapah itu keluar dari mulut Krow. Tapi meski sering didengar, tetap saja ucapan tersebut menyakiti hati Jaki. Apa yang bisa Jaki lakukan selain tertawa seolah-olah hal itu adalah lelucon yang menggelitik perut. Sejujurnya ia tak masalah jika perasaannya itu tertolak, tapi terus-terusan mendengar kalimat seperti itu membuat hati Jaki berdenyut nyeri. Setiap hari ia selalu berpikir apakah seburuk itu dirinya di mata Krow?

"Woi Jak" panggil Riji pada Jaki yang tengah duduk sendirian di belakang rumah. Dirinya tengah duduk melamun dan menaruh kakinya di dalam air laut. Mendengar namanya dipanggil membuat Jaki menoleh ke atas, tapi tak berkata apapun.

"Makan ayok, dah mateng tuh" ajak Riji, sedikit heran dengan tingkah laku kepala pink itu. Tak biasanya Jaki lesu ketika mendengar kata makan. Sebenarnya Riji menyadari keterdiaman Jaki beberapa hari ini, namun ia berpikir nantinya juga akan kembali lagi ke sifat awal.

"Duluan aja, belum laper" jawab Jaki singkat, dirinya kembali menatap ke laut di depannya. Beruntung cuaca hari ini tidak terlalu panas sehingga membuatnya bisa berlama-lama di sana.

Melihat hal itu membuat Riji semakin heran, kepalanya sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Jaki. Ia memutuskan untuk masuk ke rumah dan berniat untuk menceritakan hal ini Rion. Yang lain sudah berkumpul di ruang makan, siap untuk memulai sesi makan bersama itu. Semua pasang mata menatap heran Riji karena tak melihat adanya Jaki di belakang Riji.

"Gak mau makan katanya masih kenyang" jelas Riji membuat semua orang terheran-heran. Seingat mereka Jaki tidak ikut sarapan tadi pagi, bagaimana bisa dirinya merasa kenyang? Merasa ada yang tidak beres membuat Rion bersiap untuk beranjak dari kursi dan berjalan keluar untuk menemui Jaki.

"Kalian makan dulu aja, biar aku yang urus" ucap Caine menghentikan Rion. Ia biarkan Caine untuk menemui Jaki, dirinya yakin bahwa situasi ini bisa diselesaikan oleh Caine. Akhirnya Rion memerintahkan yang lain untuk memulai makan tanpa kedua orang tersebut.

Caine bergegas melangkah ke belakang rumah, dirinya menerka-nerka apa yang sedang terjadi pada Jaki. Tak biasanya anak yang sering bertingkah ajaib itu menjadi pendiam. Sesampainya di sana, ia lihat punggung Jaki yang terlihat lesu itu. Caine memutuskan duduk di samping Jaki.

"Kenapa kamu?" tanya Caine lembut, tangannya mengusap pelan punggung Jaki. Wajah yang sedari tadi melamun itu seketika menunduk, tak lama kemudian bahu Jaki bergetar menandakan dirinya tengah menangis. Mendengar isakan yang begitu pilu membuat dada Caine ikut sakit. Tak tega mendengarnya, Caine membawa Jaki ke dalam pelukannya. Tangannya masih tetap mengelus punggung Jaki, berusaha membuatnya merasa sedikit lebih tenang.

"It's okay, keluarin aja semuanya" mendengar hal itu membuat tangis Jaki semakin mengeras. Rasanya semua hal menyakitkan yang ia tahan selama ini sudah terlalu banyak. Butuh waktu sepuluh menit bagi Jaki untuk mengeluarkan semua emosinya itu. Setelah dirasa cukup lega, Jaki melepaskan pelukan Caine. Dirinya menatap lelaki berambut merah di depannya dengan mata sembab dan wajah yang sudah berwarna merah itu.

"Emang aku seburuk itu ya? Sampai Krow selalu nolak kalau dipasangin sama aku?" tanya Jaki pada Caine, setelah mengucapkan kalimat itu dadanya kembali terasa sesak. Pandangannya kembali kabur karena air mata yang kembali keluar. Mendengar pertanyaan itu membuat Caine terdiam, ternyata selama ini Jaki merasa tersinggung atas ucapan Krow. Meski sebenarnya Caine tau bahwa Krow adalah orang yang tsundere, semua kalimat penolakan itu adalah bentuk dari rasa salah tingkahnya. Ingatkan dia untuk meminta Rion memukul Krow karena perilakunya itu.

"Enggak gitu kok" hanya itu yang bisa Caine katakan, ia rasa bukan haknya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa keduanya sadari bahwa orang yang sedari tadi dibicarakan ada di belakang mereka. Krow benar-benar merasa bersalah atas perkataan yang selalu ia ucapkan kepada Jaki. Semestinya ia bisa untuk mengontrol ucapannya itu. Sesungguhnya ia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Jaki, namun ketika berada di dekatnya membuat Krow malu dan salah tingkah.

Caine adalah orang pertama yang sadar adanya Krow di sana. Ia rasa keduanya harus menyelesaikan masalah ini empat mata. Dirinya mengisyaratkan Krow untuk mendekat dan duduk di samping Jaki. Menurut pada perintah Caine, dirinya berjalan perlahan dan kemudian mendudukkan dirinya di sisi Jaki. Merasa ada orang lain yang duduk di sampingnya membuat Jaki reflek menoleh, sungguh terkejut dirinya melihat ada Krow di sana.

"Diomongin baik-baik ya, aku masuk dulu" ucap Caine sebelum menepuk pundak Jaki dan beranjak untuk masuk ke dalam rumah.

Setelah ditinggal, situasi canggung menyelimuti keduanya. Jaki yang merasa malu karena ketauan menangis dan Krow yang merasa bersalah karena membuat Jaki sakit hati.

"Maaf" ucapan itu keluar dari mulut Krow, otaknya sibuk menyusun kalimat untuk menjelaskan semuanya. Sedangkan Jaki hanya terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Krow. Kalau boleh jujur, sebenernya Jaki senang mendengar kata itu, tapi rasa sakit lebih besar dari kesenangannya itu.

"Bukannya gue gak mau deket sama lo, gue juga gak benci sama lo" perlahan Krow sudah bisa mengatakan apa yang ingin ia jelaskan. Jaki hanya diam mendengarkan, tak berniat untuk menyela.

"Gue sebenernya seneng banget kalo ada di sekitar lo cuma gue malu banget. Gue gak tau harus ngapain setiap diledekin yang lain" akhirnya kalimat itu ia katakan, meski rasanya malu sekali. Terbukti dari wajahnya yang memerah bahkan hingga telinganya. Bukan hanya Krow, tapi rona merah itu juga menghiasi wajah Jaki. Krow masih setia menatap Jaki yang menunduk.

"Maaf banget, omongan gue bikin lo sakit hati" dengan sedikit keberanian yang ia punya, Krow merangkul Jaki untuk bersandar padanya. Awalnya ia takut tertolak, tapi melihat Jaki yang diam saja membuatnya sedikit tenang. Tangannya mengelus pelan rambut pink itu, membuat detak jantung keduanya tak beraturan.

"Ngomong dong anjing, jangan diem mulu" namanya juga Krow, kesabarannya bak tisu dibelah sepuluh. Mendengar kalimat itu membuat Jaki jengkel, ia menegakkan badannya dan menatap Krow sinis. Kenapa juga dia bisa menyukai manusia berkepala abu-abu itu?

"Ah lu kalau gak niat minta maaf mending gak usah deh, pergi sana" desis Jaki sambil mendorong Krow untuk menjauh. Wajahnya ia alihkan untuk melihat apapun selain wajah menyebalkan Krow. Bukannya merasa bersalah, Krow justru tertawa melihat tingkah Jaki yang menurutnya menggemaskan itu.

"Iya ampun, gue serius nih" ucap Krow sambil mendekatkan kembali badannya. Tanggannya menarik dagu Jaki supaya mau menatapnya. Keduanya saling berpandangan, seolah-olah ada aliran magnet yang mengunci kuat. Kali ini Krow menampilkan wajah seriusnya, membuat detak jantung Jaki semakin mengencang.

"Gue suka sama lo, gue sayang sama lo. Maaf ya, selama ini sikap bua malah bikin lo sakit hati" entah sihir apa yang ada di balik setiap kata itu, tapi mampu membuat Jaki terhipnotis. Krow mendekatkan wajahnya membuat Jaki reflek menutup kedua matanya. Hal itu membuat Krow tersenyum dan ikut menutup matanya.

Dengan latar sinar senja yang terasa hangat, serta suara nyanyian ombak seolah-olah ikut merayakan bertemunya kedua belah bibir itu. Semestapun ikut merayakan bagaimana kedua insan itu akhirnya bersama.

Tanpa keduanya tau, terdapat banyak pasang mata yang menyaksikan pemandangan indah tersebut dari atas. Semuanya menahan segala teriakan gemas karena tingkah laku keduanya. Tak lupa untuk mengabadikan kejadian itu, banyak lensa kamera yang berlomba-lomba untuk menangkap momen tersebut.






DOOOOOOORRRR~ hehehehe, siapa di sini yang suka krojaki👀 sebenernya ini adalah bentuk terimakasihku buat 12K readers🔥 sumpah gak nyangka banyak yang mau baca🥲 sebenernya mau up kemaren, cuma lagi hectic karena abis kuliah aku harus rapat sampe malem😭 anw hope y'all enjoy this story and see you soon💋 raaaaawwwwrrrrrr🦖

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Where stories live. Discover now