papi?

8.3K 911 111
                                    

"Astaga, langsung mandi sana" pekik Caine saat melihat Rion yang masuk ke kamar dalam keadaan basah kuyup. Rion langsung menurut, ia berjalan ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Caine meletakkan ponselnya di atas nakas, ia beranjak untuk menyiapkan baju ganti. Setelahnya ia langsung keluar kamar dan turun ke dapur untuk membuatkan sup ayam. Beruntung Rion masuk lewat balkon, jadi ia tak perlu membersihkan tetesan air saat Rion memasukki rumah.

Caine tengah berdiri menatap panci, menunggu beberapa menit lagi hingga sup itu matang. Ia sedikit merasa heran saat rumah terasa begitu sunyi, namun ia mengabaikannya dan melanjutkan masak. Beberapa menit kemudian ia mematikan kompor dan memindahkan sup panas itu ke dalam mangkok. Tak lupa pula ia membawa air putih serta obat-obatan di kotak p3k.

Sedikit kesulitan ketika dirinya harus membuka pintu dengan nampan di tangannya, setelah pintu berhasil di buka ia segera masuk ke kamar. Bisa ia lihat Rion tengah berbaring di kasur dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Caine meletakkan nampan berisi sup dan air di atas nakas, ia mendudukkan dirinya di samping Rion yang tengah menutup matanya.

"Rion? Makan dulu terus minum obat ya, nanti baru tidur" lirih Caine sambil mengusap keringat yang mengalir di dahi Rion. Perlahan mata itu terbuka, menatap Caine dengan tatapan sayu khas orang sakit. Rion duduk dengan bantuan Caine, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur.

Caine langsung sigap menyuapkan sup ayam itu, dirinya sedikit tertawa ketika melihat wajah memelas itu. Meski begitu, sup ayam buatan Caine habis tak bersisa. Rion langsung meneguk obat yang sudah disediakan oleh Caine. Tangannya menahan Caine yang ingin beranjak untuk mengembalikan mangkok kotor tadi.

"Sini aja" ucapnya pelan, menatap Caine memohon. Mau tak mau Caine menurut, ia kembali mendekatkan tubuhnya dengan Rion. Tangannya memuka laci nakas untuk mengambil plester kompres yang ia sediakan. Awalnya Rion menolak, tapi dengan ancaman tidak ada pelukan saat tidur buatnya menurut. Caine tertawa saat melihat wajah panglima tol kiri itu terpasang plester kompres di dahinya.

"Yaudah sini bobo" ucap Caine, kini gantian ia yang duduk bersandar dan Rion yang tiduran berbantal pahanya. Suhu panas dari tubuh Rion bisa Caine rasakan, ia yakin jika pria itu demam. Tangannya mulai mengusap rambut ungu itu perlahan, agar Rion bisa terlelap dan beristirahat.

Beberapa menit kemudian terdengar suara dengkuran, Caine kembali tersenyum kala menyadari jika Rion sudah tertidur. Perlahan ia membenarkan posisi Rion agar lebih nyaman, ia bangkit untuk mengembalikan mangkok kotor tadi ke bawah.

"Apa tuh mi?" baru sampai anak tangga terakhir Caine sudah mendapatkan pertanyaan dari Garin. Ia tertawa melihat Garin yang bertingkah seperti anak kecil melongok pada nampan yang dibawanya.

"Sup ayam punya papi, Garin mau juga?" dirinya menjawab pertanyaan Garin sambil melangkah menuju dapur, di belakangnya Garin mengikuti sambil mengangguk sambil bersorak girang. Setelah meletakkan mangkok kotor tadi di wastafel, Caine menyempatkan diri untuk mengambilkan Garin sup ayam yang masih tersisa di panci.

"Woah, looks so yummy. Thank you so much mami" ucap Garin saat Caine meletakkan semangkok sup ayam di meja makan, ia langsung mendudukkan dirinya dan menyantap sup itu dengan lahap. Caine yang tengah mencuci panci serta mangkok dibuat tertawa melihat tingkah Garin.

"Aku tinggal ya, kalau ada yang nyariin bilang aja mami lagi di kamar" tangannya mengusap pelan kepala Garin, dibalas anggukkan karena mulutnya masih sibuk mengunyah.

Sesampainya di kamar bisa dilihat Rion sudah membuka matanya, ia terkekeh saat Rion menatapnya dengan sinis.

"Kok kamu ninggalin aku sih?" ucap Rion dramatis, Caine melangkah mendekat dan duduk di pinggir kasur.

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang