Fushion

8.1K 973 55
                                    

Selama ini semua orang hanya tau bahwa Caine adalah orang yang tenang dan lembut, tidak pernah menggunakan nada tinggi ataupun mengeluarkan kata kasar. Bahkan Jaki dan Garin yang biasanya banyak tingkah bisa berubah menjadi anak yang tenang ketika berada di sekitar Caine. Dari awal mereka bertemu hingga kini, Caine tidak pernah sekalipun mengeluarkan emosi dalam segala situasi. Hal itu juga yang membuat semua orang termasuk Rion tidak pernah bisa untuk berkata kasar atau marah kepada Caine. Namun, kini image Caine yang manis itu hilang seketika saat dirinya tengah mengintrogasi anak baru.

Biasanya Rion yang bertugas untuk menginterogasi siapapun calon anggota yang akan direkrut, karena bagaimanapun dirinya adalah pendiri dari bisnis kotor ini. Namun kali ini ia ingin memberikan kesempatan bagi Caine untuk mengurusnya, sedangkan dirinya hanya berdiri dan memantau jalannya proses perekrutan ini dari sisi lain. Ia memberikan kepercayaan penuh bagi Caine untuk mengatasi hal ini, bukan tanpa alasan Rion menjadikan Caine sebagai wakilnya. Senyum tak pernah turun dari wajah Rion ketika melihat bagaimana cara Caine menginterogasi calon anggota itu.

Berbeda dengan Rion yang merasa bangga, semua orang dibuat menganga tak percaya melihat sosok Caine saat ini. Aura yang tak pernah mereka lihat sebelumnya, begitu menyeramkan. Meski bukan mereka yang ditanya, tapi perasaan tak tenang ikut mereka rasakan. Atmosfer yang mencekam itu membuat semua orang yang ada di ruangan sesak nafas, mereka diam-diam merasa kagum dengan apa yang mereka lihat saat ini.

Setelah proses perekrutan selesai, semuanya kembali ke mobil untuk pulang ke rumah. Kali ini Rion meminta Caine untuk satu mobil dengannya. Rion melajukan mobilnya di belakang semua orang, ia ingin memastikan yang lain aman dan tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Suasana dalam mobil terasa sunyi, tak ada pembicaraan apapun yang terjadi. Hembusan nafas panjang keluar dari mulut Caine, dirinya menyenderkan punggungnya pada kursi mobil. Kepalanya mengadah dan matanya tertutup, mencoba untuk membuatnya lebih tenang.

"Did I do it right?" tanya Caine pelan, sejujurnya ia sangat gugup ketika ditunjuk untuk mengambil alih proses perekrutan. Sedikit merasa bersyukur dirinya dibantu oleh Gin dan Selia tadi, ia benar-benar takut akan mengacaukan kegiatan penting itu. Kepalanya menoleh pada Rion, memperhatikan bagaimana raut wajah sang pemimpin itu.

"It's perfect baby" jawab Rion dengan bangga, menoleh sekilas pada Caine dan tersenyum. Ia paham jika Caine merasa gugup tadi, tapi melihat bagaimana dirinya menangani hal itu membuat Rion takjub.

"Aku bakal merasa aman kalau lagi gak di kota, soalnya ada kamu" sambung Rion, ia meraih tangan Caine untuk digenggam. Bak pengemudi handal, Rion tetap mengemudikan mobilnya dengan baik. Mendengar pujian tersebut membuat Caine lega, setidaknya ia tak mengacaukan acara penting tadi. Dirinya membalas genggaman itu lebih erat, tersenyum saat perasaan gugupnya perlahan hilang.

Tak terasa mereka kini sudah sampai di rumah. Semua mobil sudah terparkir rapih di garasi. Keduanya turun dan berjalan beriringan memasuki rumah. Tangan Rion merangkul pinggang Caine untuk merapatkan jarak keduanya. Tak ada penolakan dari Caine, justru dirinya tertawa melihat tingkah Rion.

"Idih idih, baru juga sampe rumah udah mesra-mesraan aja nih orang tua" cibir Krow saat melihat keduanya dari sofa ruang tamu.

"Tau tuh, kan gue juga pengen" saut Garin yang berada di samping Krow. Dirinya hendak memeluk Krow namun tiba-tiba Jaki duduk di antara mereka dengan semangkuk popcorn yang entah darimana ia dapatkan.

"Uek uek uek" ejek Rion, justru ia semakin senang menggoda yang lain. Sedangkan Caine di sampingnya hanya tertawa melihat tingkah yang lain.

"Dah lah, mending gue main tin*er aja" ucap Istmo sambil membuka handphonenya dan menekan aplikasi kencan tersebut. Hal itu membuat yang lain tertawa akan tingkah yang tidak terduga itu.




Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, sudah sepatutnya semua orang pergi ke alam mimpi. Apalagi setelah melakukan perekrutan anggota baru yang melelahkan, mereka sangat membutuhkan istirahat. Namun rasa lelah itu tidak membuat Krow bisa terlelap dengan mudah, dia masih terbangun sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Sialan gue gak bisa tidur" ucap Krow pada dirinya sendiri, padahal tubuhnya sudah merasa sangat lelah. Segala cara sudah ia lakukan agar bisa tertidur, mulai dari melakukan yoga, minum susu, hingga menghitung domba. Tak ada satupun yang berhasil membuatnya mengantuk. Akhirnya Krow memutuskan untuk beranjak dari kamarnya, ia rasa akan berkeliling sebentar.

Entah apa yang ada di pikiran Krow, tapi saat ini ia justru berdiri di depan kamar milik Jaki. Tangannya mengetuk pelan pintu itu, tak ada jawaban dari dalam membuatnya berpikir bahwa pemilik kamar sudah tertidur. Bukannya kembali ke kamarnya sendiri, ia justru membuka pintu yang ternyata tidak terkunci itu.

Hal yang pertama kali Krow lihat adalah pria berambut pink itu tengah tertidur membelakangi pintu. Aroma strawberry yang manis membuat Krow tersenyum ketika menghirupnya. Setelah menutup pintu kamar, dirinya melangkah mendekat pada ranjang itu.

Tanpa pikir panjang, Krow ikut merebahkan tubuhnya di samping Jaki. Tangannya melingkar pada pinggang pria di depannya itu. Merasakan ada pergerakan membuat Jaki terbangun, ia menolehkan wajahnya ke belakang dan menemukan Krow yang tengah tersenyum padanya.

"Ngapain kamu?" tanya Jaki pelan, ia membalikkan tubuhnya agar menghadap Krow. Melihat wajah yang mengantuk itu membuat Krow merasa gemas, ia menarik Jaki lebih dekat dengannya.

"Gue ga bisa tidur" jawab Krow setelah puas menatap wajah imut itu, jika boleh jujur dirinya sering memperhatikan Jaki diam-diam. Wajah imut itu sangat menggemaskan setiap saat, terkadang ia juga ikut tersenyum saat melihat Jaki tertawa.

"Terus ngapain ke sini?" meski merasa sangat mengantuk, Jaki tetap bertanya dengan mata yang setengah tertutup itu. Ia berusaha keras untuk membuka matanya dan menatap wajah tampan milik Krow.

"Ga tau, pengin aja" ucap Krow jujur, ia juga tak tau kenapa kakinya melangkah ke kamar Jaki. Tangannya mulai mengelus punggung pria di depannya agar kembali tertidur. Sedikit tertawa melihat Jaki berusaha untuk terjaga dari tidurnya.

"Udah, lanjut tidur aja" sambung Krow, kini ia juga menutup matanya saat merasa kantuk mulai datang. Padahal sejak tadi ia sudah berusaha mati-matian agar bisa tertidur. Kini keduanya sudah masuk ke alam mimpinya masing-masing dalam keadaan berpelukan, sebuah hal yang jarang terjadi.


Ssup everybody, siapa yang kangen saya😋 ini jujur draft dari lama aku gabungin aja biar panjang😭 btw aku baru banget pulang rapat😀 so hopes y'all enjoy and see you on the next story byeeeeee 🦖

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Where stories live. Discover now