04 - Nembak

19 7 4
                                    

Naren membuka pintu kamar Shireen, perempuan itu masih terbaring lelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naren membuka pintu kamar Shireen, perempuan itu masih terbaring lelap. Tidak tega rasanya jika Naren harus membangunkan Shireen dari mimpi indahnya.

Padahal belum tentu Shireen mimpi indah, bisa saja dia mimpi pocong.

"Shireen bangun.." Tidak butuh waktu lama bagi Naren untuk membangunkan Shireen, perempuan itu tidak kebo sepertinya. Shireen menggeliat dengan kepala yang terasa sangat berat.

"Ah, masih pagi kak, ngapain ke sini" Shireen terduduk. Melempar bantal ke arah Naren, tapi untungnya meleset.

"Minum obat sebelum bunda dateng" Naren memasukkan obat ke dalam mulut Shireen secara paksa, dengan segelas air putih di tangannya.

Shireen melirik jam dinding, masih jam 5 pagi, apakah Naren sedang kesurupan, biasanya lelaki itu bangun siang.

Setelah meminum obat, Shireen hendak kembali merebahkan tubuhnya. "Jangan tidur lagi, masih ospek, cepet mandi siap-siap, kita berangkat bareng biar kamu gak kesiangan, nanti sarapannya di mobil aja" Sekarang ucapan Naren terdengar seperti seorang ibu.

"Hmm" Shireen mengangguk.

Mau tidak mau perempuan itu berjalan ke arah kamar mandi, dengan wajah bantal. Shireen tidak pernah malu jika wajah bantalnya di lihat oleh Naren.

Naren membuang nafas lega, jika sampai Viola tahu, dia pasti akan mengadu pada Sarah, kemudian Naren akan di marahi dua ibu sekaligus.

Sebelum pergi Naren mengambil sticky note di atas meja milik Shireen, lelaki itu menuliskan beberapa pesan agar Shireen tidak memberi tahu Viola tentang semalam.

Setelah beberapa menit berlalu Shireen melihat kamarnya yang sudah rapih, bahkan selimutnya sudah di lipat. Shireen membaca tulisan Naren. Perempuan itu sedikit berdecak, ia tidak bodoh sampai akan memberi tahu Viola tentang minuman keras dan rokok semalam, lagi pula itu kesalahannya.

༊·˚

Sore ini Shireen terduduk di sebuah halte bus dekat kampus, Shireen terlihat berantakan, perempuan itu duduk sendirian dengan wajah lelah. Shireen sibuk menatap layar ponsel menunggu jemputannya datang.

"Shireen, mau bareng?" Harsa tiba-tiba duduk dengan jarak yang cukup dekat dengan Shireen.

"Gak apa-apa kak, aku sendiri aja" Tolak Shireen, membuat Harsa malu, tentu saja Harsa malu, ajakannya di tolak.

Shireen kembali membuang nafas, supirnya tidak membaca pesan Shireen. Sepertinya sedang tidur atau mungkin bermain bersama istri tetangga.

Harsa sedikit mengintip, dan tersenyum saat melihat Shireen melakukan spam chats pada supirnya. "Ayo aku anterin aja"

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now