11 - Davi's

19 6 9
                                    

Setelah perdebatan hebat bersama Naren tadi siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah perdebatan hebat bersama Naren tadi siang. Shireen merenungi kesalahannya sambil memandangi bintang yang tersebar luas di atas langit, padahal Shireen akan di marahi jika pulang terlalu larut, tapi Shireen tidak peduli.

"Shireen??" Davian menghampiri perempuan yang tengah merenung seorang diri.

Davian memegangi pagar yang di jadikan sandaran oleh kepala Shireen. Tapi, perempuan di sampingnya hanya tersenyum, tidak ada niat untuk menjawab, apalagi so akrab.

"Gak bareng Harsa?" Davian meneliti sekitaran mereka, siapa tahu ada Harsa di sana.

"Enggak kak, emang harus ya?" Tiba-tiba Shireen menjadi sensitif jika membahas soal Harsa.

"Berarti kamu sendiri?" Pertanyaan bodoh yang baru saja di lontarkan Davian membuat Shireen tertawa kecil.

"Keliatannya?"

"Sendiri"

Shireen mengangguk, perempuan itu kembali menatap ribuan bintang. Namun, lamunannya kembali di buyarkan.

Davian mencolek bahu Shireen, sebenarnya lelaki itu malu jika harus melibatkan Shireen dalam urusannya, tapi ini semua demi kebaikan dirinya sendiri.

"A-aku mau minta tolong.. " Lirihnya.

"Apa? tentang kak Harsa? aku gak mau" Tolak Shireen, bisa saja kan Harsa menyuruh Davian membantunya.

"Bukan? emang kamu sama Harsa ada masalah?" Dia jadi merasa tidak enak karena Shireen terus membahas Harsa dalam perbincangan mereka.

Shireen sontak menggeleng pelan, sepertinya teman-teman Harsa tidak ada yang tahu, kecuali Naren. Kenapa sekarang Shireen malah membawa masalahnya pada orang lain.

"Kenapa kak?" Shireen memperhatikan Davian yang terlihat gelisah.

"Bantu aku keluar dari rumah" Davian selalu meminta bantuan teman-temannya, bahkan Javiera, adik Harsa pun pernah menolongnya tapi kali ini akan di pastikan, jika Shireen akan menjadi orang terakhir yang menyelamatkannya dari nasib buruk.

"Emang kenapa kak?" Shireen mulai menyimak dengan baik ucapan yang keluar dari mulut Davian.

"Hmm sebenernya, kemarin malem aku ngambil uang ibu buat beli buku, tapi aku gak bilang" Katanya sedikit malu karena kesannya mencuri.

"Maling dong?" Tuduh Shireen, membuat Davian menggeleng.

"Enggak, kan aku udah ketahuan"

"Iya sama aja, maling yang udah di penjara juga kan ketahuan kak" Balas Shireen.

"Kenapa maling sih kak? uangnya di pake taruhan?" Sindir Shireen sedikit menekan kata taruhan pada Davian.

Lelaki itu berdeham, lalu menggulum bibir, sepertinya Harsa mengadu pada Shireen sampai di sindir secara langsung.

"Enggak kok, aku cuman ngambil satu juta, aku gak di kasih kartu kredit sama ayah, ibu. Jadi ya terpaksa aku ngambil karena lagi butuh banget, gak mungkin kan aku minta sama temen-temenku? aku juga punya rasa malu, meskipun kita deket, tapi tahu diri juga penting" Davian membuang nafas, sambil merasakan hembusan angin yang menyelimuti tubuhnya.

"Kak Davi miskin banget ya? kok bisa?" Shireen menatap Davian dengan wajah kasihan membuat lelaki di sampingnya tertawa.

"Aku gak semiskin itu kok, cuman ya ada aja masalahnya, aku juga gak di bolehin kuliah, tapi aku kejar beasiswa, jadi jangan tanya kenapa aku bisa kuliah di kampus yang isinya sultan semua, padahal aku maunya kuliah di luar negri tapi takdirnya di sin" Davian sedikit terkekeh.

Rasanya menyakitkan, tapi memang kenyataannya begitu, jika Davian tidak memiliki otak cerdas, mungkin lelaki itu akan kuliah di universitas kecil dengan biaya minim.

Entah apa yang membuat Davian tiba-tiba bercerita banyak pada Shireen, padahal perempuan itu belum tentu ingin tahu tentang hidupnya.

"Mau aku ganti uangnya?" Tawar Shireen, kisah Davian cukup menyayat hati, mana mungkin hati Shireen tidak tergerak setelah mendengarnya.

Davian menggeleng. "Aku selalu jujur meskipun aku kurang ajar" Balas Davian.

"Jadi kak Davi mau aku gimana?"

"Sebenernya aku mau kabur dari rumah, jadi nanti aku bakal masuk rumah lewat jendela dulu, terus nanti kamu bantu aku bawa koper keluar, kamu kesini bawa mobil kan?"

"Iya" Shireen mengangguk.

"Nah nanti kamu simpen dulu aja di bawah jendela kalo berat, sebenernya intinya bukan uang yang aku ambil, tapi barang-barang yang mau aku bawa"

"Nanti gimana kalo ayah ibunya kak Davi khawatir? terus kak Davi mau tinggal dimana?" 

"Khawatir? gak akan, aku bukan anak tunggal, aku punya adik, kalo masalah tempat tinggal, aku bisa pikir-pikir lagi nanti"

"Yang bener kak? masa kabur sih?" Shireen menggaruk pelipis sambil memikirkan maksud dari ucapan Davian.

"Mau tau?" Katanya, membuat Shireen mengangguk, karena memang itu alasannya bertanya.

༊·˚

Di dalam mobil Davian membuka kemeja putih yang di pakainya membuat shireen salah paham apakah Harsa juga memiliki niat terselubung untuk menjadikannya perempuan bergilir.

"NGAPAIN KAK? GAK MAU AKU GAK MAU JANGAN KURANG AJAR, MAU AKU LAPOR POLISI?"

"Ih otaknya" Davian menatap heran pada Shireen yang sedang memalingkan wajah. "Katanya mau tau" Sambung Davian.

Perempuan itu sedikit berdeham. Memberanikan diri untuk melihat Davian yang setengah telanjang. Mata Shireen berhasil membelalak saat mendapati banyaknya bekas luka pada tubuh Davian.

Memar di bagian pundak, dan beberapa luka gores yang membuat tubuh kurus Davian terlihat semakin menyedihkan.

"Kak?" Shireen khawatir karena, wajahnya tampan tapi tubuhnya tidak.

"Ibu yang kasih semuanya, luka di seluruh tubuh aku, ini perbuatan ibu" Lelaki itu kembali membungkus tubuh kurusnya, dengan kemeja putih yang sebelumnya dia pakai.

Shireen membungkam mulutnya, mana ada ibu yang tega melakukan itu pada anaknya. "Ayo nginep di rumah aku kak"

"Hah? gak mau" Davian menggeleng, gila sekali Shireen, mana mungkin Davian mau tidur di rumah pacar temannya.

"Eh maaf, mau di rumah kak Naren ya?" Shireen benar-benar sudah gila, nasibnya seperti ini karena dulu dia membiarkan Harsa menginap juga.

"Enggak, ibu tau kalo aku suka nginep di rumah Naren, dia bakal datengin juga, paling aku ikut tidur di mobil kamu boleh kan?"

"Enggak kak, check in hotel aja mau? aku yang bayar" Tawaran Shireen cukup ambigu, membuat Davian sedikit tersenyum.

"Makasih, nanti uangnya aku ganti, aku janji." Balas Davian, dia tidak mau terus berhutang pada orang lain, Davian harus bisa sukses agar hidupnya tidak terus seperti ini.

"Gak usah. Kita jalan sekarang? kak Davi bisa bawa mobil kan? aku kan gak tahu jalan."

"Oke gantian, biar aku yang bawa mobil."

Davian, dan Shireen bertukar tempat, kini Davian yang memegang stir, dan Shireen duduk pada kursi penumpang, jika Naren tahu, mungkin Shireen akan di marahi.

Bisa-bisanya perempuan itu mau-mau saja, dan mudah percaya pada orang lain, pantas saja Viola tidak tenang meninggalkan Shireen seorang diri.

༊·˚

HEHEI JANLUP VOTEEEEE

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now