07 - Takut

20 6 3
                                    

Sudah dua bulan berlalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah dua bulan berlalu. Tapi sudah tiga hari Shireen tidak bertemu dengan Harsa, alasannya karena Harsa memang sibuk.

Tok! Tok!

Shireen meletakkan iPad yang sejak tadi ia pegang, perempuan itu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

"Bunda kok pulangnya jam segini, biasanya juga gak pulang" Shireen membuka pintu kamar, yang nyatanya tidak ada siapapun.

"Pintu luar?" Shireen berjalan perlahan, menuruni tangga, membuka pintu luar, tapi sialnya tidak ada orang juga di sana.

TOK! TOK! TOK! TOK!

Ketukan pintu keras membuat Harsa meringgis, lelaki itu terbangun, entah jam berapa sekarang, teman-temannya sudah tidur nyenyak di atas sofa, hanya Harsa yang tidur di atas tikar bulu milik Naren.

"Jancok, jancok" Gumam Harsa, dengan wajah bantal dan mata merahnya, terlihat seperti banteng mengamuk.

Harsa berjalan ke arah pintu, takutnya yang datang adalah orang tua Naren. Namun, saat membuka pintu, dia melihat Shireen yang sepertinya habis menangis, wajahnya kusut, piyama yang di kenakannya terlihat sedikit basah, karena air mata.

"Kak Harsa.. kok.. di sini?" Tanya Shireen, dengan nada yang sedikit terputus-putus. Dia heran karena yang membuka pintu bukan Naren.

"Aku nginep, kenapa? kamu abis nangis?" Harsa memegang kedua bahu Shireen. Mengamati penampilan Shireen dari ujung rambut sampai ujung kaki, perempuan itu hanya membawa ponsel genggam di tangannya, bahkan sandal yang di pakainya pun tidak sama.

"Bunda gak pulang, tapi tadi di rumah ada yang ketuk-ketuk, tapi pas aku buka gak ada siapa-siapa" Jelas Shireen, air matanya kembali turun.

"Oke-oke, gak apa-apa" Tangan hangat Harsa perlahan menghapus air mata yang membasahi pipi Shireen.

Salah satu hal yang Shireen takutkan adalah hal mistis, entah mengapa Shireen selalu percaya pada hal semacam itu.

"Takut.." Shireen masih bicara dengan nada yang bergetar, membuat Harsa tidak tega.

"Kamu mau tidur di sini? banyak cowo.. " Harsa melirik Galan, dan Davian, cara tidurnya saja sudah membuat Harsa geleng-geleng, dengkuran mereka keras, belum lagi tangan mereka selalu nakal.

"Aku temenin mau?" Harsa tidak mungkin membiarkan Shireen tidur di sini, meskipun Naren memberikan kamarnya, apa kata tetangga nanti, kalau Shireen keluar dari dalam rumah Naren dengan empat lelaki.

Shireen tidak terlalu yakin, niatnya kesini untuk bertemu Naren, tapi jika menolak tawaran Harsa, dan memilih Naren, mungkin nanti Harsa akan merasa sakit hati.

Shireen pun mengangguk. Mereka berjalan beriringan, tapi berjarak, tidak ada kontak fisik juga, karena takut tertangkap cctv.

Di dalam rumah, Shireen mengamati seisi ruangan, takut ada mahluk halus yang tiba-tiba muncul. "Yaudah kamu tidur gih, aku di sini aja ya?" Harsa terduduk di atas sofa.

Shireen menggeleng. Membuat Harsa kalut, masa harus tidur bersama. Tidak, Harsa tidak waras jika berani melakukannya.

Perempuan itu ikut terduduk di samping Harsa, tidak mau masuk ke kamarnya karena masih merasa takut.

Harsa menyimpan bantal di atas lahunannya. "Tidur di sini mau?" Tawar Harsa.

Shireen melirik. "Boleh?" Tanya Shireen di jawab anggukan oleh Harsa, perempuan itu langsung saja merebahkan dirinya.

"Kenapa gak nelpon aja" Harsa memakaikan selimut tipis pada tubuh Shireen, mengusap pelan surai hitamnya.

"Udah aku telpon beberapa kali kak, tapi gak di angkat"

Harsa mengangguk, dia paham jika Naren memang kebo. "Maaf kak, udah bangunin malem-malem" Shireen merasa tidak enak hati pada Harsa.

"Gak apa-apa, eh ini jam berapa sih?" Harsa melirik sekeliling, mencari jam dinding yang mungkin terpajang di dalam rumah Shireen.

"Jam satu malem kak"

Harsa bahkan meninggalkan kunci mobil, ponsel, dan dompetnya di rumah Naren, karena langsung pergi ke tempat Shireen.

"Aku gak bisa tidur kak, mau ngemil aja gak?" Tanya Shireen, suasana mereka akan semakin canggung jika hanya diam, apalagi mereka sedang berduaan di dalam rumah.

Rasanya Harsa ingin menghisap rokok sekarang. Tapi tidak mungkin karena ada Shireen di sini. "Boleh deh"

Shireen bangkit, perempuan itu membawa minuman dengan beberapa makanan ringan di tangannya. "Kak Harsa suka nonton gak"

"Nonton apa?" Harsa mulai berpikir yang tidak-tidak saat Shireen meliriknya.

"Film lah kak, apa lagi?" Ucap Shireen sambil menyimpan beberapa makanan, dan minuman di atas meja.

Harsa merasa canggung, situasi macam apa ini, harusnya tadi Harsa ajak Naren saja. "Boleh aku ngikut aja"

Shireen kembali duduk di samping Harsa. memilih beberapa film yang akan mereka saksikan malam ini.

Harsa mencicipi minuman yang Shireen bawa. "Ini apa?" Harsa mengenal rasanya tapi apa?

"Gak tahu deh, ada di kulkas. Aku ambil aja, kayaknya jus itu, apasi anggur, udah aku coba tadi" Ucap Shireen, perempuan itu masih terus meneguk minuman dari dalam gelasnya.

Harsa menaikkan alis, tapi rasanya lebih enak, tidak seperti jus anggur.

Shireen, dan Harsa tidak berhenti minum, keduanya menonton dengan minuman yang terus membasahi tenggorokan mereka.

Merasa aneh, Harsa melirik Shireen yang bersandar padanya, lama-kelamaan Harsa merasa pusing tapi ingin terus meminumnya. "Shireen, kamu udah minum berapa gelas?

Harsa akhirnya sadar jika minuman ini bukan minuman biasa. Harsa sudah habis lima gelas sepertinya.

"Tiga" Jawab Shireen. Baru tiga gelas sudah membuat Shireen lemas.

"Kamu mau apain aku Shireen?" Sepertinya sebentar lagi Harsa akan hilang kesadaran.

"Kak, kok pusing ya?" Shireen hendak mengambil kembali minuman di dihadapannya tapi di cegah oleh Harsa.

"Enggak. Gak boleh sayang, ini bukan jus anggur" Harsa menyimpan gelas di tangan Shireen. Mencoba sadar dengan keadaan, Harsa tidak boleh sampai hilang kendali.

Harsa melirik Shireen yang juga meliriknya, mata mereka bertemu, membuat Harsa menelan saliva, ia mendekatkan wajahnya pada Shireen.

"Kak?" Shireen kebingungan, sepertinya kesadaran Shireen sudah hilang sejak tadi.

Harsa berhenti, ia harus sadar. Harsa tidak boleh hilang kendali. Tapi entah setan apa namanya, Harsa malah mengelus bibir Shireen dengan ibu jarinya.

Ibu jarinya perlahan turun meraih dagu perempuan itu ke atas dengan lembut. Seolah kedua bibir mereka sudah siap untuk saling bertemu.

Di dalam hatinya yang paling dalam Harsa sedang menjerit-jerit. Jangan Harsa jangan.

Shireen dapat merasakan hembusan nafas Harsa saking dekatnya jarak mereka, wajahnya merah karena pengaruh minuman.

"You want this?"

"I want you-"

Harsa tidak membiarkan Shireen melanjutkan ucapannya, bibirnya langsung menyambar ranum bibir milik Shireen.

༊·˚

WOI WKAKAKAKKA VOTE DULU DONGSS

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now