09 - That's okay

12 5 2
                                    

Siang ini, mereka tengah duduk pada tembok rendah di tepi atap, tidak ada orang di sana, di tempat seluas itu hanya ada Harsa, dan Shireen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang ini, mereka tengah duduk pada tembok rendah di tepi atap, tidak ada orang di sana, di tempat seluas itu hanya ada Harsa, dan Shireen.

Harsa mengedarkan pandangannya, di sana benar-benar hanya ada mereka berdua, biasanya ada beberapa orang yang merokok atau nongkrong di sekitar mereka.

"Kok kosong sih?" Harsa mengusap paha, sedikit menundukkan kepala untuk melihat raut datar Shireen.

"Aku suruh kosongin tempatnya"

"Emang bisa?"

Perempuan itu membuang nafas, bukan percakapan seperti ini yang akan mereka bahas, Harusnya Harsa diam dan nurut saja pada Shireen, tidak perlu banyak tanya.

Harsa terlalu banyak basa-basi, membuat Shireen ingin menamparnya hingga terpental ke atas langit.

"Bisa!" Tatapan sinis Shireen membuat Harsa menelan ludah.

Lelaki itu bungkam, ingin bertanya lagi tapi jawaban Shireen sepertinya akan sama, Harsa menggaruk pelipisnya, terlihat seperti suami takut istri.

"Setelah ini mau gimana?" Shireen membuang muka, dia lebih memilih melihat langit, dari pada Harsa.

"Aku juga lagi mikirin itu" Harsa setia menatap Shireen meskipun tidak di balas.

"Rahasiain aja kak, kalo sekali gak bikin hamil kan?" Shireen sebenarnya takut, bahkan ucapannya sekarang pun terasa berat, karena seharusnya Harsa bertanggung jawab, meskipun itu kesalahan mereka berdua.

"Gak menutup kemungkinan"

Shireen, menjatuhkan pandangannya pada Harsa, perempuan itu mengambil nafas, kemudian berucap. "Aku lagi gak mau pikirin itu kak, bisa di jalani aja dulu gak sih? kita liat kedepannya gimana"

Rasanya kepala Shireen sudah tidak sanggup menampung masalah sebesar ini, pikiran Shireen sudah buntu.

"Maaf.. " Harsa meraih tangan Shireen meskipun rasanya seperti sedang uji nyali.

Shireen menarik ujung bibirnya meski tidak ada keinginan untuk tersenyum, perempuan itu membalas genggaman tangan Harsa.

Merasakan hal itu, hati Harsa kembali menghangat, lelaki itu mengusap surai hitam milik Shireen. Mendaratkan satu kecupan pada dahi perempuan di sebelahnya.

༊·˚

Hari terus berlalu. Davian, dan Galan mulai kesal terus mewajarkan hubungan Harsa, dengan Shireen.

"Mereka jadi makin nempel gak sih? sumpah gue mau nanyain tentang taruhannya tapi si Harsa akhir-akhir ini susah banget di ajak ngomong, bahkan buat sekedar nongkrong di rumah Naren pun gak bisa, udah berasa jadi mio aja"

"Mio apa?" Davian mengerutkan dahi.

"Itu loh bapaknya si Harsa"

"CEO ANJING, MIO MAH MOTOR" Davian tidak segan-segan menendang lekukan betis Galan, hingga lelaki itu sedikit meliuk ke depan.

Galan spontan berdiri tegap, tidak ingin citranya rusak di hadapan perempuan cantik yang sedang berlalu lalang.

Tangan Davian terangkat menunjuk Harsa, dan Shireen yang saling melempar tawa, pada salah satu gazebo milik kampus.

"Gue yakin dia udah beneran suka sama Shireen" Galan berkacak pinggang agar terlihat keren, sambil memperhatikan Harsa yang menatap Shireen dengan penuh cinta, mendengarkan perkataan Shireen dengan senyum yang merekah.

"Mau coba samperin gak?" Davian menaikkan dagu.

Galan mengangguk, lelaki itu berjalan mengikuti langkah Davian dari belakang, seperti seorang rentenir yang hendak menangih hutang. Tentu saja orang yang di tuju melirik, secara jarak mereka tidak terlalu jauh.

Melihat kedua temannya mendekat, Harsa mengubah raut wajahnya, karena tahu niat mereka mendekatinya.

"Harsa-" Belum selesai Galan bicara, Harsa sudah memotong ucapannya.

"Sorry ya, gue gak bisa hari ini. Mau nemenin Shireen belajar, kalian bertiga aja" Ketus Harsa.

Harsa membawa barang-barang mereka yang masih berserakan, masukkan satu persatu barang ke dalam tas miliknya dan Shireen.

Lelaki itu mendekati Shireen, membawanya untuk pergi menjauhi kedua teman lelakinya. Jika di ingat-ingat Harsa kesal saat Galan memberikan rokok pada Shireen.

"Ayo pergi" Ajak Harsa.

"Oh, oke" Tidak ingin memperkeruh suasana Shireen pun mengangguk, memeluk tangan kanan Harsa sambil berjalan beriringan.

"Anjing?" Umpat Galan. Keduanya saling melirik, siapa sangka jika Shireen akan menjadi prioritas Harsa secepat itu.

Sepanjang hari. Harsa, dan Shireen menghabiskan waktunya bersama setelah pembelajaran mereka selesai. Bahkan, hingga langit berubah menjadi gelap pun mereka masih bersama.

Seperti saat ini.

Harsa masih berkutat dengan MacBook, di sampingnya tentu saja ada Shireen yang fokus mencatat materi melalui iPad. Jadi keduanya sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Shireen memasukkan tangannya ke dalam tas, hendak mencari keberadaan pen iPad miliknya, tanpa di sadari, Shireen menyimpan cutter yang tidak tertutup rapat, alhasil tangannya tertusuk.

"A-aw" Shireen hampir memekik tapi tertahan karena sadar posisi, jika mereka sedang ada di perpustakaan.

Harsa spontan memegang bahu Shireen. "Kenapa sayang?"

Shireen mengeluarkan jari tengah, dari dalam tas Burberry miliknya.  "Maaf kak bukannya gak sopan tapi-"

Harsa mengambil air dalam kemasan milik Shireen, lelaki itu meminumnya sebagian, setelahnya, Harsa masukkan jari Shireen ke dalam mulutnya.

"Kak.. aku kan belum cuci tangan" Bisik Shireen pada telinga Harsa.

"Gak apa-apa" Harsa mengecup luka di tangan Shireen, setelahnya lelaki itu kecup bibir Shireen.

"Ih, kak" Shireen memukul pelan bahu Harsa, saat lelaki itu terang-terangan mencium bibirnya, bukannya tobat Harsa malah semakin berani.

Lelaki itu sedikit terkekeh, untung saja di sana tidak banyak orang. "Gimana kalo ada cctv" Ucap Shireen dengan suara rendah.

"Di perpustakaan yang ini gak ada, aku gak berani kalo ada cctv" Harsa melirik sekitar dan memang benar tidak terpasang cctv di sana.

"Kerjain lagi, biar cepet pulang" Harsa kembali menatap layar, begitupun Shireen, perempuan itu menangkup pipinya yang terasa hangat.

༊·˚

HELOOOOW INGAT VOTEEE YA

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now